You are here : Home Artikel

Cincin Cekal Selingkuh - Sebuah Permenungan untuk Pasutri

Pembaca, cobalah taruh sebentar Sabitah yang sedang Anda pegang ini, perhatikanlah jari jemari kedua tangan Anda dengan seksama, masih adakah melingkar di salah satu jari manis Anda cincin pernikahan yang telah diberkati Imam dalam Upacara Perkawinan Anda di Gereja?

Masih ada? Syukurlah.  Tapi, seberapa jauh dampak pemakaian cincin itu bagi Anda?  Apakah Anda masih bisa merasakan keberadaan cincin itu di jari tangan Anda?  Atau cincin itu hanya menjadi asesori pelengkap saja?  Atau yang lebih parah lagi, hanya menjadi hiasan belaka?

Mari kita kilas balik ke hari saat Anda dan pasangan Anda melangkah ke depan Altar Tuhan, hendak memohon berkat dan penyertaan Tuhan dalam hidup pernikahan Anda.  Bagaimana Anda memandang pemberkatan itu?  Hanya sebagai syarat pelengkap pembuatan surat pernikahan sipil  Anda?  Atau ada arti lebih yang Anda rasakan dari upacara sakral itu?

Add a comment
Readmore

Selamat Datang Kepada Romo Superior Jenderal OMI

Romo Louis Lougen, OMI, Superior Jenderal OMI, akan mengadakan kunjungan ke OMI Provinsi Indonesia pada 13-26 Februari 2012.  Dalam kunjungannya ini, Romo Lougen akan melihat dari dekat misi dan karya para Oblat di Indonesia.

Romo Lougen lahir di Buffalo, New York, Amerika Serikat di tahun 1952.  Beliau bertemu OMI saat menjadi siswa di SMU Bishop Neumann di Buffalo, lalu masuk Seminary Menengah di Newburgh, New York, di tahun 1970.  Kaul Pertamanya diucapkan Beliau pada tahun 1973 di Novisiat di Godfrey, Illinois.  Beliau lalu melanjutkan masa formasinya di Oblate College, Washington, D.C. Beliau memiliki gejar Sarjana Filsafat dan Master dibidang Teologi. Kaul Kekal diucapkan Romo Lougen di Newburgh di tahun 1976.

Add a comment
Readmore

Ucapan Terima Kasih

EVANGELIZARE PAUPERIBUS MISIT ME

Kepada orang miskin aku diutus untuk mewartakan Kabar Gembira.

Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh umat Paroki Trinitas, Cengkareng, yang telah bersama dalam perjalanan iman dan panggilan, dalam kegembiraan dan keprihatinan, dalam tantangan dan harapan, menuju Gereja yang hidup, setia dan bersatu sebagaimana Allah Tritunggal Maha Kudus.

Pada kesempatan ini, saya kutip sebuah lirik lagu yang terinspirasi dari Efesus 5:1-21, yang kiranya berguna bagi kita semua: “Jadilah penurut Allah, dan hiduplah dalam kasih, seperti Yesus telah mengasihi. Dia t’lah serahkan diri-Nya, sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Jauhkan dirimu dari yang jahat dan serakah, perkataan kotor dan kosong. Ucap syukurlah senantiasa dan rendahkan dirimu dan takutlah akan Tuhan. Ubah hati kami seperti hati hati-Mu Tuhan.  Buatlah kami mengerti semua rencana-MU. Ubah hidup kami seperti yang Kau-inginkan. Agar saat malaikat-Mu menjemput, kami layak. Hari-hari semakin jahat, jangan sia-siakan waktu, hiduplah sebagai anak terang. Kau pasti akan berbuah kebaikan dan kebenaran, jadilah terang Tuhan.”

 

Add a comment
Readmore

Tahun Baru, Harapan Baru

Selamat Tahun Baru buat kita semua!

Tahun baru selalu membawa kita untuk mau terus maju dan bertahan, mau terus berusaha menggapai harapan yang lebih baik lagi demi masa depan yang lebih cerah.  Mari kita isi tahun yang baru ini dengan harapan baru, semangat baru, serta sukacita dan kegembiraan yang terus menghiasi hari-hari kita bersama.

Ada juga kegembiraan di awal tahun yang ingin kami sampaikan kepada seluruh umat Paroki Trinitas, Cengkareng.  Kami umumkan secara resmi keputusan dari Dewan Provinsi OMI Indonesia terkait dengan para Imam yang berkarya di Paroki Trinitas.

 

Add a comment
Readmore

Si Keledai

Dahulu kala, hiduplah seorang petani bersama dengan seekor keledai. Setiap pagi, petani itu selalu membawa hasil panennya ke pasar untuk dijual, dengan dengan menggunakan kantong yang besar, yang disampirkan di tubuh si keledai. Supaya tidak terlambat sampai di pasar, petani selalu menyuruh keledainya berjalan cepat-cepat. Kalau sedikit lambat saja, si keledai dimaki-maki dan sesekali dicambuk dengan pecut. Alhasil, tubuh dan tenaga keledai lambat laun mulai melemah. Akhirnya suatu pagi, si keledai tidak sanggup lagi untuk berjalan, karena sudah sangat kesakitan dan kelelahan. Karena sudah kesal, akhirnya petani itu menjual keledainya kepada tukang kayu tetangganya.

Beruntunglah si keledai, karena tukang kayu ini orang yang baik hati. Dirawatnya keledai itu dengan baik, diberinya makan dan minum, hingga tenaganya pulih kembali. Keledi begitu senang dengan tuan barunya ini, karena begitu menyayangi dia. Karena pekerjaannya, praktis tukang kayu tidak banyak menggunakan tenaga si keledai.

Add a comment

Readmore
Page 54 of 91