You are here : Home Profil

Kelompok Kategorial Paroki

KELOMPOK DOA MEDITATIF TAIZE

Taize adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Roger Schtz. Pada saat perang berkecamuk di Eropa (1940), Bruder Roger meninggalkan negeri kelahirannya, Swiss, dan pergi ke Perancis, negeri ibunya. Pada saat mencari rumah, ia sampai ke Cluny dan segera menemukan sebuah rumah yang hendak dijual di desa Taize. Taize terletak beberapa kilometer dari garis demarkasi yang membagi Perancis menjadi dua. Di dalam rumahnya Bruder Roger menyembunyikan pengungsi-pengungsi politik, terutama orang-orang Yahudi. Ia tinggal di Taize dari tahun 1940 sampai tahun 1942. Ia selalu berdoa tiga kali sehari, seperti yang dilaksanakan oleh komunitasnya di kemudian hari. Pada saat Perancis diduduki oleh Gestapo Bruder Roger tinggal di Swiss dari tahun 1942 sampai tahun 1944. Tahun 1944 Bruder Roger kembali ke Taize, namun kali ini ditemani oleh biarawan-biarawan komunitas yang pertama. Tahun 1949 beberapa orang biarawan kemudian berkaul untuk hidup berselibat, hidup bersama dan hidup dalam kesederhanaan. Bruder Roger kemudian menulis pada tahun 1952 peraturanperaturan yang disebut Peraturan-peraturan Taize, yang kemudian berganti nama menjadi Sumber-Sumber Taize.

Dari hari ke hari komunitas berkembang; apabila pada awalnya para biarawan berasal dari Gereja Kristen Protestan, perlahan-lahan biarawan Katolik mulai bergabung dan sekarang komunitas dihuni oleh kurang lebih seratus bruder dari berbagai tradisi Kristen dan kebangsaan yang berbeda. Dalam tahun 1950-an beberapa bruder pergi hidup di daerah-daerah miskin di dunia untuk menjadi saksi perdamaian dan hidup berdampingan dengan orang-orang yang menderita. Sekarang para bruder dalam kelompok-kelompok kecil hidup di daerah-daerah miskin di Asia, Afrika dan Amerika.

Doa dengan nyanyian dari Taize adalah doa yang dilakukan sehari tiga kali oleh para biarawan komunitas Taize di mana pun mereka berada, dengan susunan (1) Nyanyian pembukaan; (2) Mazmur; satu atau dua orang membacakan atau menyanyikan ayat-ayat mazmur dan umat yang lain menjawab dengan alleluia atau aklamasi lainnya; (3) Bacaan Kitab Suci; (4) Nyanyian pengantar hening; (5) Hening; bertekun dalam keheningan dan merasakan kehadiran Kristus untuk menyambut Roh Kudus adalah doa yang sangat indah; dalam doa bersama saat hening dilaksanakan selama lima sampai sepuluh menit; (6) Doa syafaat atau doa pujian; doa-doa syafaat yang singkat yang menyatakan segala sukacita dan harapan, kesedihan dan kecemasan manusia, dan doa pujian kita menyampaikan segala pujian atas kemuliaan Allah atas diri manusia. Doa umat diselingi dengan refren: Kyrie eleison atau Gospodi pomiluj atau Louange  Toi, Seigneur; (7) Doa Bapa Kami; (8) Doa Penutup; (9) Nyanyian Penutup; untuk tetap mendukung suasana doa, beberapa orang tetap tinggal dan menyanyi sambil menemani umat yang masih ingin berdoa.

Setiap hari Jumat malam seusai doa, ikon salib dibaringkan di atas lantai, dan umat dapat berdoa di sekeliling salib sambil menempelkan kening pada ikon salib sebagai tanda menyerahkan segala beban kepada Kristus dan turut serta memanggul salib Kristus. Doa pada hari Sabtu malam seperti malam Paskah ditandai dengan upacara cahaya dan perayaan kebangkitan. Lilin-lilin dinyalakan, dibacakan bacaan tentang kebangkitan Kristus dan dilambungkan nyanyian-nyanyian tentang kebangkitan Kristus.

Pada tahun 1990 dalam pertemuan Uskup-uskup se-Asia (FABC) di Lembang, seorang bruder dari Komunitas Taize ditemani seorang sukarelawan dari Korea memperkenalkan cara berdoa dalam suasana meditatif, menggunakan nyanyian dengan iringan musik lembut khas Taize. Sejak saat itu sampai saat ini nyanyian dari Taize pun mulai dikenal tidak hanya di kota Bandung, tetapi juga di kota-kota lain seperti Jakarta, Sukabumi, Flores, Ende, Larantuka, Kabanjahe (Sumatera Utara), Klaten, Yogyakarta, Semarang, Solo, Madiun, Menado dll. Kelompok doa dengan nyanyian dari Taize berpusat di Susteran Ursulin Bandung/Asrama Providentia (Kabar Gembira) di Jalan Anggrek No. 60 Bandung.

Pada tanggal 18 Maret 1999 Gereja Trinitas Cengkareng mengundang kelompok doa Gereja St. Lukas Sunter untuk menyelenggarakan ibadat Taize perdana di Cengkareng. Kurang lebih 75 umat hadir dalam ibadat tersebut. Nyanyian dari Taize memang sudah tidak asing lagi di Gereja Trinitas karena sudah dipergunakan dalam Misa pagi. Sejak saat itu kelompok doa meditatif dengan nyanyian dari Taize Gereja Trinitas Cengkareng menyelenggarakan ibadat secara rutin setiap hari Senin minggu ke-3 di Gereja jam 19.30 WIB.

Kelompok doa meditatif Gereja Trinitas Cengkareng juga sudah turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan gereja antara lain: (1) Perayaan ekaristi dalam rangka penutupan bulan Maria; (2) Doa bersama dengan Bruder Ghislain dari Taize dalam rangka Pesta Salib Suci; (3) Ibadat pada Rekoleksi Guru-guru Sekolah Santo Yoseph Jalan Dwiwarna, Jakarta; (4) Misa Natal di Gereja Kalvari Pondok Gede; (5) Doa tuguran menyambut milenium baru; (6) Seminar tentang Penyembuhan melalui Ekaristi; (7) Misa konselebrasi Penyembuhan melalui Ekaristi; (8) Pengenalan ibadat doa meditatif dan nyanyian dari Taize di Lingkungan-Lingkungan; (9) Misa Penutupan Bulan Maria berupa Doa Rosario Hidup; (10) Ibadat Tobat dalam rangka Pesta Salib Suci; (11) Pengenalan ibadat meditatif dengan nyanyian dari Taize di Gereja Keluarga Kudus Pasar Minggu; (12) Misa-misa tematis: mengenai abortus, perkawinan Katolik, Maria dalam Konsili Vatikan II; dan lainnya.

 

Jadwal Kegiatan Ibadat/Misa Meditatif dengan Lagu-Lagu dari Taize:
Senin minggu ke-3 setiap bulannya, pkl. 19.30, di gereja.

PEMBARUAN KARISMATIK KATOLIK (PKK) TRINITAS

Pembaharuan Karismatik Katolik (PKK) Trinitas lahir pada tahun 1979. Kelahirannya berawal dari keinginan Pastor Kepala Paroki yang saat itu dijabat oleh Romo Petrus McLaughlin, OMI. Romo Petrus meminta beberapa umat yang telah mengikuti Seminar Hidup Baru Dalam Roh (SHBDR) untuk mengadakan Persekutuan Doa Karismatik di Gereja Trinitas, yang saat itu masih berlokasi di Jl. Sakura, Cengkareng. Beberapa umat yang telah ikut PKK di Paroki Mangga Besar, Paroki Maria Bunda Karmel, dan Paroki Kristoforus Grogol, diminta mau terlibat di PKK Paroki Cengkareng dengan didampingi oleh Moderator, Romo James C. Kalchthaler, MM.

Tahun 1980 untuk pertama kalinya diadakan SHBDR di Paroki Cengkareng sepanjang bulan Oktober sampai November selama 7 minggu berturut-turut. Setelah berlangsung seminar ini kemudian diadakan Persekutuan Doa setiap hari Kamis, pkl. 19.3021.00.

Pertumbuhan umat yang sangat pesat memekarkan Paroki Cengkareng pada tahun 1981 menjadi dua paroki dengan dibentuknya Paroki St. Thomas Rasul, Bojong. Sejalan dengan hal itu, PKK juga ikut berkembang menjadi dua, di Paroki Cengkareng dengan Bp. Tjokro Djayadi sebagai Koordinator, dan di Paroki Bojong dengan Bp. Y.P. Budi Widagdo sebagai Koordinator.

Sejak pemekaran itu, PKK di masing-masing Paroki juga berkembang terus; dan sampai saat ini telah mengalami beberapa kali pergantian Koordinator. Sampai saat ini persekutuan doa PKK di Paroki Cengkareng tetap dilangsungkan pada setiap Kamis malam, jam 19.3021.00. Bertempat di Aula St. Eugenius de Mazenod, penyelenggaraan PKK ini setiap kalinya diikuti oleh sekitar 70 umat.

Mengawali acara PKK dilantunkan pujian dan penyembahan. Setelah itu, umat diajak untuk merenungkan Firman Tuhan yang dibawakan oleh seorang imam atau pewarta awam dari berbagai Paroki dan Kelompok Persekutuan Doa di tanah air. PKK merupakan salah satu kekayaan ibadat dari Gereja Katolik yang antara lain bertujuan melayani umat dalam mengalami Tuhan secara pribadi, melalui Roh KudusNya. Semoga kita selalu membuka hati bagi kehadiran Roh Kudus, yang senantiasa akan menghibur kita, juga dalam melewati lembah yang kelam, jalan licin yang terjal.

 

Jadwal Kegiatan Pembaruan Karismatik Katolik Trinitas:
Setiap Kamis, pkl. 19.00, di Aula St. Eugenius de Mazenod

LEGIO MARIAE KURIA BUNDA RAHMAT ILAHI
Legio Maria tidak dibutuhkan di Paroki Cengkareng? Demikianlah kegundahan yang muncul di benak para perintis Legio Mariae di Gereja Katolik Trinitas ini. Kala itu, di awal tahun 90-an salah seorang imam di paroki ini keberatan dengan adanya organisasi ini. Menurut Beliau, berbagai kegiatan sudah tersedia di Gereja Trinitas. Di lain pihak, imam yang lain mempertanyakan ketiadaan kelompok Legio Mariae di sebuah Paroki yang dilayani oleh imam yang berasal dari kongregasi dengan pelindung Maria Imakulata.

Terdorong oleh motivasi kuat untuk berdevosi kepada Bunda Maria, kemudian beberapa orang mendirikan presidium (kelompok) pertama yang mengambil nama salah satu gelar Bunda Maria, yaitu Tahta Kebijaksanaan. Atas kerja keras dan usaha yang tiada henti dari para perintislah maka Legio Mariae di paroki ini telah berkembang menjadi 10 presidium.

Legio Mariae, yang harafiahnya berarti Tentara Maria, adalah perkumpulan umat Katolik yang, dengan restu Gereja dan bimbingan kuat Maria Tak Bernoda, telah menggabungkan diri ke dalam suatu laskar untuk bertempur dalam peperangan abadi antara Gereja melawan dunia dan kekuatan jahatnya (Buku Pegangan Bab 1).
Berdiri sejak 1921, organisasi kerasulan awam Katolik ini berpusat di Dublin, Irlandia. Tujuan Legio Mariae adalah kemuliaan Tuhan melalui pengudusan diri para anggotanya dan orang lain, yaitu dengan cara berdoa dan berkarya. Para legioner dipanggil untuk banyak berdoa dan bermatiraga serta melakukan pelayanan kepada sesama, misalnya mengunjungi orang sakit, cacat, dan jompo.

Para legioner juga diutus untuk membantu mereka yang mengalami masalah dalam keluarga. Misalnya, dengan cara menghibur, mendoakan atau pun mengajak mereka ke Pastor Paroki. Selain itu, para legioner juga melakukan tugas-tugas kerasulan lain, membantu para katekis adalah salah satu di antaranya.

Dengan berdoa dan melaksanakan tugas-tugas kerasulan, para legioner belajar untuk semakin melihat dan merasakan kehadiran Allah dalam diri sesamanya. Hal ini diamini oleh para anggota junior dan bapak-ibu. Dengan menjadi anggota Legio Mariae, saya menjadi rajin berdoa, tidak hanya untuk ujud-ujud pribadi, tapi juga untuk kepentingan orang lain, demikian ungkap seorang legioner remaja dari Presidium Bunga Mawar yang Gaib.

Sementara, salah satu anggota presidium senior bapak/ibu menegaskan bahwa Legio Mariae mengembangkan dirinya. Sebelum menjadi legioner ia begitu tertutup dan kuatir dengan lingkungan dan masa depannya. Namun, lewat aktivitas di Legio Mariae, ia belajar menjadi pribadi yang lebih terbuka, penuh syukur dan siap membantu sesama. Kini ia tidak hanya aktif di Legio Mariae, tapi juga di sebuah seksi di paroki. Apa pun yang bisa saya lakukan bagi Gereja akan saya buat, karena saya telah terlebih dahulu menerima segala macam keindahan dari Allah, demikian pengakuannya.

Legio Mariae terbuka bagi setiap umat Katolik yang tergerak melakukan karya kerasulan awam dan bersedia memenuhi setiap kewajiban sebagai anggota Legio Mariae. Kewajiban utama seorang legioner adalah menghadiri rapat mingguan dan menjalankan tugas pelayanan. Dalam rapat mingguan itu mereka memohon kehadiran Roh Kudus, mendoakan rosario, melaporkan tugas kunjungan yang mereka lakukan dan menerima tugas untuk satu minggu yang akan datang. Kewajiban ini hanya berlaku bagi anggota aktif, sedangkan anggota pasif diminta untuk berdoa seluruh rangkaian doa Legio demi intensi kepada Bunda Maria.

Dengan semakin berkembangnya Paroki cengkareng, tuntutan akan pelayanan umat makin besar. Di sanalah Legio Mariae mencoba mengambil bagian dalam tugas-tugas kerasulan dalam Gereja. Oleh karena itu, bagi umat yang tertarik dengan Legio Mariae, silahkan hadir dalam rapat di salah satu presidium yang ada di Paroki Cengkareng.
Presidium Legio Mariae di Paroki Cengkareng:
Nama Presidium
Tempat & Waktu Pertemuan
Senior - Tahta Kebijaksanaan :
Ruang Dewan, Sabtu, pkl. 16.00
Senior - Bunda Penasihat Yang Baik
: Ruang St. Petrus, Sabtu, pkl. 16.00

Senior - Ratu Pencinta Damai

: Ruang Dewan, Sabtu, pkl. 17.00
Senior - Bunda Yang Tersuci
: Ruang Dewan, Minggu, pkl. 16.00
Senior - Bunga Mawar Yang Gaib
: Depan Ruang Dewan, Minggu, pkl. 16.00
Senior - Maria Ratu Para Bangsa : Sekolah Bintang Kejora, Sabtu, pkl. 15.00
Senior - Bunda Penebus : Sekolah Bintang Kejora, Sabtu, pkl. 16.30
Junior - Bejana Rohani
: Susteran ADM, Jumat, pk. 16.00
Junior - Pohon Sukacita Kami
: Gedung Kopdit Lt. 3, Minggu, pkl. 08.00
Junior - Ratu Para Malaikat : Ruang Dewan, Minggu, pkl. 08.00

MARRIAGE ENCOUNTER (ME)

Di antara kita masih banyak yang belum mengetahui apa itu ME (Marriage Encounter), untuk siapa ME, dan apa yang terjadi pada weekend ME.

Berikut ini akan diperkenalkan sejarah dan perkembangan ME, serta berbagai aspek dan kegiatan-kegiatannya.

Sejarah dan Perkembangan Weekend (WE) pertama ME di Jakarta dilaksanakan di Evergreen, Puncak pada tanggal 25-27 Juli 1975. Saat itu Tim ME didatangkan dari Belgia, yang terdiri dari Romo Guido Herbout, pasangan suami isteri (pasutri) Inneke & Andre de Hondt dan Simmy & Rene Mues. Jumlah peserta WE pertama tersebut sebanyak 9 pasutri, 2 suster, dan 2 imam (salah satunya adalah Alm. Mgr. Leo Soekoto SJ). Setahun kemudian, tepatnya 7-9 Mei 1976 diadakan WE pertama dalam bahasa Indonesia di Samadi Shalom, Sindanglaya, yang diikuti oleh 10 pasutri dan 2 suster.

Saat ini ME telah berkembang luas di seluruh Indonesia. Di Paroki Cengkareng WE pertama kali diikuti oleh pasutri Valentinus Pramono & Wies pada tahun 1979. Pasutri  yang saat ini tinggal di Toronto, Canada - inilah yang pertama sekali menjadi Koordinator Pasutri Paroki (Korpar) di Paroki Cengkareng, dan mengembangkan ME di sini.

Program ME disusun sedemikian rupa untuk memberi pasutri kesempatan guna mengevaluasi hidup mereka bersama suatu waktu untuk membagi perasaan-perasaan, harapan, kekecewaan-kekecewaan, sukacita dan frustrasi-frustrasi mereka. Juga merupakan kesempatan untuk menjalankan semua ini secara terbuka dan jujur dengan satu-satunya orang yang mereka pilih sebagai partner seumur hidup.

Tekanan ME terletak pada komunikasi antara suami-isteri yang mau melewatkan satu akhir pekan bersama, jauh dari gangguan serta ketegangan-ketegangan hidup sehari-hari dan mau memusatkan perhatian pada diri mereka berdua.

WE ME bukan retret atau lokakarya perkawinan atau kerja kelompok tentang kepekaan. WE ME adalah pendekatan unik yang terarah pada menghidupkan kembali Perkawinan Kristiani. WE adalah suatu kesempatan khusus untuk suami dan istri guna menemukan kembali diri mereka berdua dan bersama-sama memfokuskan relasi mereka selama satu akhir minggu penuh. Sudah selayaknya kita menaruh perhatian pada perkawinan kita.

ME diperuntukkan bagi pasutri yang ingin memperkaya perkawinan mereka. WE dirancang untuk memperluas dan memperdalam sukacita mereka, baik yang sudah menikah lama atau baru beberapa tahun saja. ME diperuntukkan juga bagi imam-imam dan biarawan-biarawati yang ingin menghidupkan kembali relasi mereka dengan
umat Allah dan mengembangkan penghargaan yang makin dalam akan panggilan mereka.

Apa yang terjadi pada WE ME? Suasana yang diciptakan pada WE membawa pasutri untuk memfokuskan perhatian istimewa satu sama lain. Suatu seri presentasi disampaikan oleh tim yang terdiri dari pasutri yang terlatih dan seorang pastor. Tiap presentasi memberi kepada diri suami dan diri isteri kesempatan untuk mengamati diri sebagai individu dan juga relasi satu sama lain serta relasi dengan Allah dan orang lain. ME bertitik-tolak dari cinta pasutri terhadap pasangannya dan membantu untuk membangun cinta itu, memperluas dan memperdalam relasi itu. WE menunjukkan cara bagaimana melaksanakan ini dan juga membekali pasutri dengan sarana. Yang diperlukan untuk mengikuti WE ME adalah bakat untuk mencintai dan dambaan untuk menciptakan perkawinan yang lebih baik lagi.

Apakah privasi suami-isteri dijaga baik-baik? Ya! ME menekankan komunikasi antara suami-istri melalui pengalaman WE yang bebas dari segala gangguan dan tegangan sehari-hari. Pasutri berkonsentrasi pada pasangannya dengan intensitas sedemikian sehingga pasutri hampir tidak sadar akan kehadiran pasangan-pasangan lain yang ikut WE itu. Presentasi-presentasi diberikan kepada seluruh kelompok. Setelah tiap presentasi, suami dan isteri punya waktu pribadi di kamarnya untuk sharing pribadi dengan memakai teknik-teknik komunikasi yang sedang dipelajari selama WE. Tidak ada diskusi kelompok.

Bagaimana memperkaya perkawinan? Perbedaan mendasar antara perkawinan yang baik, yang sedang-sedang dan kurang baik, terletak pada tingkat komunikasi suami dan isteri. Dalam perkawinan, ada kalanya kita hanya mengandalkan satu sama lain dan mengandalkan relasi kita. Dalam WE kita diberi kesempatan untuk secara segar mengamati perkawinan kita dan prioritas-prioritas kita. Kita belajar suatu teknik komunikasi yang memungkinkan dan mendorong kita untuk menjelajahi bidang-bidang penting dalam hidup kita bersama dengan semangat cinta dan pengertian. Pengalaman WE memberi kepada setiap pasangan suatu pandangan, sarana dan kepercayaan untuk memperkaya relasi perkawinan mereka dan memperkuat cinta mereka satu sama lain. Bagi banyak pasangan, WE merupakan salah satu pengalaman yang paling berarti dalam hidup mereka.

ASOSIASI MISIONARIS MARIA IMAKUATA (AMMI)

Asosiasi Misionaris Maria Imakulata (AMMI) merupakan mitra Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) untuk mengikutsertakan umat dalam karya kerasulan. Anggota AMMI terdiri dari para awam yang bergabung dalam doa dan karya misi Konggregasi OMI. Hal ini sesuai dengan Pedoman Hidup Konggregasi OMI: Orang-orang tertentu merasa terpanggil untuk mengambil bagian secara aktif dalam karya perutusan, pelayanan dan hidup berkomunitas para Oblat.

Bersama dengan para Oblat, para anggota AMMI menjadi mitra kerja yang erat dalam doa maupun dalam karya. Para anggota AMMI diharap mengembangkan iman pribadi agar menjadi Umat Allah yang hidup.

Beberapa wujud nyata peran serta anggota AMMI adalah saling mendoakan antar anggota AMMI, serta antar Misionaris OMI dan anggota (Direktur AMMI setiap tanggal 515 mengadakan misa khusus untuk para anggota); ikut serta menyuburkan panggilan dalam Gereja, dan mendorong kaum muda untuk menjadi Misionaris OMI; menyumbang secara sukarela dan tulus hati dalam bentuk tenaga, pemikiran, atau dukungan lain dalam mengembangkan karya Misionaris OMI.

AMMI di Paroki Cengkareng dimulai pada tahun 1991 oleh Romo John O Doherty, OMI sebagai Direktur AMMI saat itu. Banyak aktivis dan tokoh umat yang mendukung berdirinya AMMI. Beberapa kegiatan AMMI di Gereja Trinitas antara lain: mengadakan seminar/pameran panggilan, seminar spiritualitas Eugenius de Mazenod, rekoleksi, doa bersama di depan Gua Maria/di gereja, perayaan St. Maria Dikandung Tanpa Noda (pelindung Konggregasi OMI), pameran foto karya OMI, bazar 25 tahun OMI, pementasan drama, bertanggung-jawab atas liturgi Jumat pertama, mengkoordinir ziarah ke Gua Maria, mengambil bagian dalam panitia tahbisan imam atau sambutan imam baru, mengadakan novena orang sakit, ikut menyiapkan buku litani, memperkenalkan St. Eugenius de Mazenod kepada anak-anak SBI, membuat buku novena
St. Eugenius de Mazenod untuk paroki yang dilayani oleh OMI di Indonesia, mengadakan pameran panggilan dan pertemuan mudika paroki, ikut serta dalam peringatan hari raya OMI.

Siapa yang bisa mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan AMMI ? Setiap umat bisa mendukung serta terlibat aktif dalam doa dan karya sesuai dengan bagian/fungsi masing-masing, meskipun belum menjadi anggota.

AMMI telah ada di beberapa paroki di Indonesia yang dilayani oleh Konggresasi OMI, yaitu Paroki Cilacap, Balikpapan, Semarang dan Banyumas. Tuhan telah memulai dan terus melakukan hal-hal yang baik. Semoga di dalam terang Roh Kudus, AMMI dan OMI senantiasa saling mendoakan dan saling mendukung dalam karya, sesuai dengan semboyan Bapa Pendiri Kongregasi OMI (St. Eugenius de Mazenod)  yang berasal dari Perancis, hidup 17821861 dan dikanonisasi pada tanggal 3 Desember 1995  Aku diutus Tuhan untuk menyampaikan kabar baik kepada kaum miskin .
Jadwal Kegiatan AMMI:
Misa AMMI, Senin ke-2 setiap bulan, pkl. 19.30, di gereja.

KOMUNITAS CENGKARENG (PAGUYUBAN)
Komunitas Cengkareng adalah satu bentuk paguyuban yang terdiri dari para pekerja/buruh yang tinggal di Cengkareng dan sekitarnya, yang sadar akan segala kekurangan dan kebutuhan mereka, dan merupakan sarana bagi para buruh untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik dari segi jasmaniah, rohaniah (spiritual), dan sosial.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, era globalisasi dalam industrialisasi yang kini telah mewabah di Indonesia menyebabkan timbulnya urbanisasi ke daerah-daerah industri, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, dan lain-lain. Jakarta, sebagai ibukota negara dan pusat industri di Indonesia, merupakan daerah tujuan urbanisasi yang utama. Tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap tahun, arus urbanisasi selalu bertambah deras, terutama urbanisasi ke Jakarta, karena sebagian besar orang menganggap Jakarta sebagai satu-satunya penyedia, lahan pekerjaan yang menjanjikan. Tragisnya, sebagian besar dari urban itu bekerja sebagai buruh di sektor-sektor industri (pabrik), sebagian lagi di restoran, pertokoan, dan sektor lain. Mereka harus menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja, dari pagi sampai malam, atau dari malam sampai pagi, dengan berbagai macam peraturan yang mengikat. Karena kondisi itulah, banyak dari urban tersebut yang menghadapi dan menemui kesulitan/masalah, baik berkaitan dengan finansial, rohaniah, maupun sosial.

Dalam masalah finansial, para buruh terbentur pada masalah gaji, taraf hidup, dan masalahmasalah pekerjaan. Dalam masalah rohaniah, para buruh harus berhadapan dengan masalah kurangnya waktu dan kesempatan untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka. Dalam masalah sosial, buruh-buruh yang kebanyakan hidup sendiri di perantauan, tentunya juga memerlukan suatu bentuk relasi atau komunikasi dengan pihak lain. Karena kurangnya komunikasi atau relasi dengan sesama yang seiman, telah terjadi banyaknya kawin campur atau adanya warga Katolik yang pindah agama.

Melihat situasi dan kondisi para buruh/pekerja seperti tersebut di atas, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang saat itu di bawah kepemimpinan Uskup Agung Mgr. Leo Soekoto, SJ (alm), merasa prihatin dan berkewajiban untuk turut memikirkan dan memperhatikan para buruh, khususnya yang beragama Katolik. Sebagai tindak lanjutnya, KAJ merealisasikan satu lembaga yang langsung berada di bawah kontrol PSE-KAJ, yaitu Lembaga Daya Dharma (LDD). Melalui lembaga ini, KAJ ingin memperhatikan dan ikut membantu para pekerja di seluruh Jabotabek.

Pada tahun 1992 dibentuklah satu paguyuban yang tersebar di seluruh Jabotabek, dengan nama Paguyuban Pekerja Katolik (PPK). PPK ini tersebar di Tangerang-Jatake (Tiga Raksa, Balaraja, Cikupa, Keroncong, Cimone, Cikande, Cikoneng, Cengkareng), Tanjung Priuk, Bekasi (Cikarang, Cilincing, Sunter), dan Bogor (Cilengsi).

Dari tahun 1992-1996, PPK di masing-masing daerah didampingi oleh suster atau frater. Hasil pendampingan itu cukup menggembirakan. Program-program kerja yang telah disusun dapat berjalan dengan lancar dan baik. Pada tahun 1997, LDD telah menyerahkan PPK kepada masing-masing paroki untuk membawahinya dan memasukkannya ke dalam kelompok kategorial untuk mempermudah penanganan dan pengontrolannya, juga agar PPK semakin dekat dengan pihak Gereja. Sejak itu, PPK Cengkareng mulai mengembangkan kegiatannya dengan ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan di Gereja Trinitas.

Pada era reformasi (sekitar tahun 1999), LDD melihat bahwa perhatian tidak cukup hanya diberikan kepada pekerja Katolik saja. Sejak itu, PPK mulai melebarkan ruang lingkup anggota dan kegiatannya. PPK mulai berusaha untuk tidak membawa bendera Katolik dalam berbagai kegiatan yang bersifat universal, lalu nama Paguyuban Pekerja Katolik (PPK) kemudian diubah menjadi Komunitas Pekerja dan ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada pekerja Katolik saja, namun boleh beranggotakan pekerja dari golongan/agama apapun. Dengan perubahan ini, LDD menganggap bahwa Komunitas masih memerlukan pendampingan untuk kegiatan-kegiatan perburuhan, pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas buruh. Maka, setiap komunitas (termasuk Komunitas Cengkareng) kembali di bawah pendampingan LDD yang juga bertindak sebagai fasilitator semua kegiatan Komunitas.

Kegiatan-kegiatan yang diprogramkan dan dilakukan oleh Komunitas Cengkareng meliputi bidang perburuhan, kewirausahaan dan ketrampilan, kerohanian, sosial dan kesehatan, olahraga. Setiap bidang kegiatan tersebut dikoordinir oleh masing-masing seksi.

Beberapa contoh kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Komunitas Cengkareng adalah: (1) Analisis social; (2) Penyuluhan hukum perburuhan; (3) Penyuluhan komunitas basis; (4) Penyuluhan tentang pengupahan; (5) Pelatihan fasilitator (how can we be a fasilitator); (6) Pelatihan perkoperasian; (7) Pelatihan kepemimpinan; (8) Kursus bahasa Inggris; (9) Natal bersama buruh se-Jabotabek; (10) Renungan adven dan prapaskah; (11) Ziarah ke Goa Maria; (12) Aksi Nyata Paskah; (13) Aksi Peduli Sesama Lebaran-Natal; (14) Latihan koor; (15)Rekoleksi dan retret.

PAGUYUBAN LANSIA STA. THERESIA AVILLA

Hidup menggereja yang semakin berkembang tidak hanya dihayati oleh umat muda pada umumnya, tetapi lebih-lebih di kalangan umat lanjut usia. Menyadari hal tersebut dan arti pentingnya pelayanan dan pendampingan bagi umat lanjut usia (lansia), Dekenat Jakarta Barat II melalui surat No. 004/DJB/VI/2001 tanggal 22 Juni 2001 memutuskan untuk membentuk dan mengangkat pengurusan Paguyuban Lanjut Usia se -Dekenat Jakarta Barat II yang diberi nama PAGUYUBAN LANJUT USIA SIMEON HANNA Dekenat Jakarta Barat II. Surat tersebut juga mengangkat Romo Martinus Hadiwijoyo, Pr dari Paroki Bojong Indah sebagai Moderator, serta mngangkat wakil-wakil Paguyuban Lanjut Usia dari Paroki yang ada di Dekenat Jakarta Barat II sebagai Dewan Pengurus. Ketua I dari Paroki Meruya, Ketua II dari Paroki Grogol, Sekretaris dari Paroki Bojong Indah, Bendahara dari Paroki Cengkareng, Paroki Tomang menjadi penggerak Bakti Wisata, Paroki Kedoya menjadi penggerak Bakti Kesehatan, Paroki Pluit menjadi penggerak Bakti Sosial, dan Paroki Kapuk menjadi penggerak Bakti Spiritual.

Paguyuban Lansia Gereja Katolik Trinitas Paroki Cengkareng yang diresmikan pada tanggal 7 Mei 2000 oleh Dewan Paroki Cengkareng dengan memilih St. Theresia dari Avilla sebagai pelindungnya. Hal ini mengandung harapan agar lansia Gereja Trinitas dalam hidup menggerejanya dapat meniru kerendahan hati, semangat, keteguhan, dan ketaatan yang telah ditunjukkan/diteladankan oleh St.Theresia dari Avilla. Meskipun dalam keadaan sakit menahun, St. Theresia dari Avilla masih terus berkarya dan berusaha agar dirinya berguna untuk orang lain.

Berbagai kegiatan dilakukan oleh dan untuk Lansia - yang sebelumnya pernah disebut Manula (Manusia Usia Lanjut) atau ada juga yang menyebut Wulan (Warga Usia Lanjut) - dengan bantuan dan pendampingan Dewan Paroki, Ibu-ibu WK, dan Seksi-seksi yang ada di Paroki antara lain: (1) Perayaan Natal Lansia; (2) Misa Hari Orang Sakit sedunia; (3) Misa Yubileum Lansia; (4) Misa Syukur merayakan Hari Lansia Nasional bersama Lansia se-Dekenat Jakarta Barat II KAJ, yang dilaksanakan bersamaan dengan pelantikan Dewan Pengurus Paguyuban Lansia Dekenat Jakarta Barat II; (5) Rekoleksi untuk para Lansia; (6) APP Lansia; (7) Doa Rosario; (8) Kunjungan ke Panti Jompo; (9) Menghadiri undangan kegiatan Lansia di Paroki lain di Dekenat Jakarta Barat II.

KELOMPOK LINGKUNGAN HIDUP

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4

Sebagai Kelompok yang baru terbentuk di Paroki ini, Kelompok Lingkungan Hidup (KLH) berharap dapat menjelaskan kepada seluruh umat di Paroki Cengkareng bahwa barang-barang yang ada di sekitar itu masih bisa dimanfaatkan  entah itu manfaat untuk diri sendiri atau untuk dijual. Contoh kecilnya adalah sampah-sampah yang bisa diolah menjadi kompos. KLH sudah mulai memberdayakan umat dalam hal pengelolaan sampah, dan terus berupaya untuk menanamkan pemikiran bahwa semua barang - termasuk sampah - itu ada nilainya, jangan dibuang begitu saja. Dalam jangka pendek, KLH mengharapkan peranserta orang muda dalam program ramah lingkungan, mengajak para orang muda untuk ramah terhadap sampah-sampah.

 


BALAI PENGOBATAN SAMARIA (DAHULU PELAYANAN KESEHATAN TRINITAS)

Pelayanan kesehatan merupakan suatu kebutuhan pokok masyarakat, karena itu pelayanan kesehatan yang memadai dapat dipandang sebagai salah satu aspek penting dari keadilan sosial. Bagi mereka yang berstatus sosial tinggi, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai mungkin tidaklah sulit, karena hal itu dapat dicapai melalui asuransi kesehatan yang dimiliki, ataupun langsung berobat ke dokter yang dikehendaki sesuai dengan kemampuan mereka. Tetapi bagaimana dengan mereka yang sakit dan kurang mampu? Seperti anak pemulung yang terinfeksi tetanus melalui luka kakinya di tempat pembuangan sampah, jika mereka tidak bertemu dengan orang mampu yang baik hati, sulit dibayangkan kesehatan mereka pulih kembali. Terkadang sanak-saudara penderita hanya melantunkan doa kepasrahan untuk mengurangi beban penderitaan si sakit. Fenomena ketidakberdayaan ini mengindikasikan secara jelas betapa masyarakat miskin membutuhkan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.

Kita patut bersyukur kepada Tuhan sebab sejak 5 Mei 1998 di Gereja kita telah diadakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi masyarakat yang tidak mampu, tanpa membedakan suku, golongan dan agama. Pelayanan kesehatan yang diberikan bukan bersifat komersial, namun bersifat sosial. Dokter melayani dengan sukarela tanpa menerima jasa pelayanan medis, begitupun para relawan/ti lain yang melayani di Tim Pelayanan Kesehatan. Pada awal pelayanan kesehatan ini, hanya ada 2 orang dokter umum yang meluangkan waktunya untuk melayani. Seiring dengan perkembangannya, saat ini tim tenaga medis berjumlah 21 orang dokter yang terdiri dari dokter spesialis syaraf, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis penyakit dalam/internis, dokter spesialis kejiwaan/psikiater. Pelayanan ini dibantu pula oleh 2 orang perawat, 3 orang bidan, dan 1 orang apoteker, serta sejumlah ibu-ibu yang membantu di bagian pencatatan data dan pelabelan obat.

Pelayanan Kesehatan Trinitas yang kini disebut Balai Pengobatan Samaria berkembang semakin luas. Di bawah payung Yayasan Sosial Dharma Kasih, pelayanan yang semula hanya ditujukan bagi umat Gereja ini kini telah pula merentangkan tangannya untuk menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa pandang agama, suku, dan ras,. Para pasien pun berdatangan dari berbagai sudut kota Jakarta dan Tangerang, bahkan ada pula yang berasal dari Bekasi, Depok, Bogor, dan daerah Pulau Jawa lainnya.

Ketika ditanya alasan mereka berobat jauh-jauh ke Cengkareng  padahal di dekat tempat tinggal mereka juga tersedia klinik-klinik murah yang cukup baik bahkan Puskesmas yang melayani pengobatan paru-paru secara gratis  mereka menyatakan bahwa saudara atau temannya mengalami kesembuhan setelah berobat di Pelayanan Kesehatan Trinitas, dan mereka ini yang sudah berobat ke mana-mana dan tak kunjung sembuh ingin pula memperoleh kesembuhan.

Sejak awal tahun 2005, Balai Pengobatan Samaria mencoba untuk melebarkan pelayanannya dengan karya-karya sosial di luar Paroki  bahkan di luar Jakarta. Tercatat BP Samaria membantu para korban bencana alam tsunami di Aceh dan Nias yang terjadi pada akhir tahun 2004; datang ke Sintang di Kalimantan Barat dan menembus pedalaman Putus Sibau di wilayah yang sama; Kembali ke Nias setelah gempa bumi kembali mengguncangnya; Menjelajah Propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya masuk ke daerah pedalaman sekitar Kupang dan Atambua; menolong para korban gempa bumi Yogyakarta; menolong para korban banjir besar di Jakarta, dan lainnya.

Tujuan BP Samaria memperluas pelayanannya hingga ke luar Jakarta adalah untuk membantu Paroki-Paroki lain, khususnya yang ada di pedalaman, dalam hal mutu dan tingkat kesehatan. Dari kunjungan-kunjungan yang telah dilaksanakan, BP Samaria mencatat betapa banyak rakyat Indonesia yang tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup sehat, betapa penanganan medis sangat amat dibutuhkan masyarakat pedalaman, dan betapa kita sebagai pengikut Kristus harus lebih berani lagi menebarkan kasihNya di tempat-tempat yang tidak terjamah.

 

Jadwal Kegiatan Pelayanan Kesehatan Trinitas/Balai Pengobatan Samaria:
Setiap Jumat dan Sabtu: Pkl. 09.00 - selesai
Pendaftaran mulai pkl. 08.00

 


KOMUNITAS EVANGELISTA

Kasih, Evangelisasi, dan Persekutuan

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4

Komunitas Evangelista merupakan kelompok kategorial khas Paroki Trinitas, Cengkareng. Khas karena berasal dan lahir di Paroki ini dan terlebih khas dalam bidang pelayanan yang dititikberatkan, yakni bidang evangelisasi.

Pada mulanya adalah Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) Angkatan V yang diselenggarakan pada September 2003-Mei 2004 di Paroki Trinitas, Cengkareng yang diikuti oleh 189 peserta. Dari peserta yang lulus, sebanyak 73 orang langsung berkomitmen untuk melayani sebagai Panitia Penyelenggaraan KEP Angkatan VI, tahun 2004 - 2005. Setelah berhasil baik menjalankan tugas Kepanitiaan KEP Angkatan VI dengan jumlah 321 peserta yang berlangsung selama 9 bulan tersebut, persaudaraan kelompok ini menjadi kian erat dan makin saling mengenal. Kelompok Panitia ini sepakat untuk tidak bubar! Lebih jauh, bahkan beritikad melanjutkan kebersamaan dan melayani Gereja! Pertemuan rutin setiap bulan pun bergulir dari satu rumah ke rumah lain dari para anggota kelompok yang mengambil bentuk ibadat sabda, arisan keluarga, dan perjamuan sederhana. Setelah rutin menjalani pertemuan maka, dalam rapat pleno kelompok pada 27 Januari 2006 secara resmi lahirlah komunitas ini karena pada tanggal tersebut kelompok ini mantap berkomitmen untuk rutin bersekutu dan melayani Gereja. Pada saat itu, komunitas belum menetapkan nama resminya.

Nama, visi, dan misi komunitas ini ditetapkan tepat 2 tahun setelah hari jadinya, yaitu pada tanggal 27 Januari 2008. Komunitas ini sepakat menamai dirinya Komunitas Evangelista karena cikal bakal terbentuknya adalah dari program evangelisasi. Evangelista berasal dari kata Evans yang berarti mewartakan, sehingga Evangelista berarti pewarta keselamatan. Komunitas ini teguh mau menjadi pewarta keselamatan yang pertama-tama melalui diri pribadi yang kemudian akan terpancar ke keluarga dan komunitas, Lingkungan dan Paroki, serta Keuskupan dan masyarakat luas.

Visi Komunitas Evangelista adalah menjadi komunitas religius Katolik dengan persaudaraan kasih yang erat, yang peduli dan berkontribusi terhadap kemajuan evangelisasi Gereja, dengan berlandaskan pada amanat perutusan Yesus Kristus (Mat 28:18-20).

Misi Komunitas Evangelista adalah membangun komunitas religius yang meneladani Yesus Kristus, yang saling mengasihi dan saling melayani untuk terus mengembangkan spiritualitas diri, sehingga dapat berguna bagi keluarga dan komunitas, lingkungan dan paroki, serta keuskupan dan masyarakat.

Nilai-nilai utama yang ingin diperjuangkan oleh Komunitas Evangelista adalah KEP yaitu Kasih, Evangelisasi, dan Persekutuan, lebih rinci:

* Menjunjung tinggi persaudaraan kasih dengan meneladani Yesus Kristus.
* Mengembangkan potensi spiritualitas yang secara khusus diarahkan pada kemajuan evangelisasi.
* Menjadi wadah persekutuan religius yang beribadat dan terbuka bagi semua orang untuk berkomunitas.

Dengan tujuan agar karya dan pelayanan Komunitas Evangelista sesuai dengan reksa pastoral Paroki Trinitas, melalui pemaparan latar belakang, visi, misi, dan nilai utama komunitas ini oleh Agustinus Tjandra, F.A. Freddy Gandasuteja, Margaretha Muyana, dan Gregorius Junus kepada Pastor Kepala Paroki, maka pada pertemuan 31 Mei 2008 tersebut Komunitas Evangelista mendapatkan lampu hijau dari Pastor Peter Kurniawan Subagyo, OMI. Setelah blessing tersebut, Komunitas Evangelista selanjutnya terdaftar sebagai kelompok kategorial termuda dalam buku Profil Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011.

Sejak terbentuknya, Komunitas Evangelista telah melayani Paroki dengan beberapa program, antara lain:
(1) Panitia Rekoleksi Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011
(2) Penyusunan Buku dan CD Profil Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011
(3) Up-load Profil Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011 di Website Trinitas
(4) Bakti Sosial Komunitas Evangelista Tahun 2009 di Yayasan Bhakti Luhur
(5) Bekerjasama dengan WKRI Trinitas dan PKK Trinitas dalam program Kursus Mendoakan Orang Sakit Tahun 2009


Kegiatan internal komunitas pun terus berlangsung seperti pertemuan rutin setiap bulan, ziarek dan jalan salib, rekreasi rohani ke Wisma Erema dan pulau Untung Jawa, dan kegiatan lainnya.

Komunitas Evangelista mengundang siapa saja yang tertarik, terdorong, dan peduli untuk pelayanan gerejawi, komunitas ini terbuka bagi umat serta penguruslingkungan dan wilayah, seksi dan bagian, kelompok dan kategorial,termasuk dewan paroki di lingkup Paroki Trinitas, Cengkareng maupun lingkup Keuskupan Agung Jakarta untuk bekerjasama dan berkontribusi khususnya bagi kemajuan evangelisasi Gereja.

Komunitas Evangelista
Sekretariat:
Citra 2 Blok K1/3, Jakarta 11830
Telp.: (62-21) 544-4041 Fax.: (62-21) 544-2454
Email: This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it

 


PANITIA APP

 


PANITIA PENGEMBANGAN PAROKI TRINITAS (P3T)

Paroki Cengkareng telah berkembang sangat pesat. Jumlah umat bertumbuh sejalan dengan berkembangnya perumahan di seputar Gereja ini, yaitu Perumahan Citra Garden City, Taman Surya, Taman Kencana, Taman Palem Lestari, Puri Gardenia, City Resort, dan lain sebagainya.

Untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah umat, Paroki Cengkareng bersama dengan Keuskupan Agung Jakarta telah mencanangkan pembangunan gereja baru yang terletak di depan Perumahan Citra Garden City 3, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Usaha pembebasan tanah dan perubahan peruntukan menjadi sarana beribadah mulai dilakukan sejak tahun 2001 dan telah selesai. Usaha penggalangan dana dari umat juga sudah dimulai sejak 2-3 tahun yang lalu lewat kolekte ke-2 di setiap Misa.

Pada bulan Januari 2003, Dewan Paroki Trinitas, Cengkareng, menunjuk Tim Formatur dengan tugas khusus membentuk Panitia Pembangunan Gereja (PPG). Tim Formatur ini terdiri dari F.X. Bing S. Chandra sebagai Ketua, J. Heri Adisena sebagai Sekretaris, dan A.M. Wilson Hasyim sebagai Anggota.

Pada tanggal 19 Februari 2003, dalam rapat Dewan Paroki Harian, telah ditetapkan Pengurus Inti PPG yang dilantik dalam Misa Kudus pada tanggal 2 Maret 2003 oleh Romo G. Basir Karimanto, OMI.

Masa kerja Tim PPG ini adalah bermula sejak tanggal pelantikan sampai selesainya pembangunan gedung gereja baru dan kapel Dadap di Wilayah 41 (Dadap) yang kini telah terwujud. Sejak pelantikan, PPG telah melaksanakan beberapa langkah awal seperti penyusunan program kerja masing-masing seksi, pendekatan ke masyarakat/tokoh masyarakat sekitar gereja baru oleh Seksi Humas dan Perizinan, mempelajari segala surat yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan, dan lainnya. PPG yang dikenal sebagai PPG Sta. Maria Imakulata telah merampungkan tugas utamanya, yaitu menggalang dana dan membangun Gereja Sta. Maria Imakulata yang telah diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta, Bpk. Fauzi Bowo, pada Sabtu, 08 September 2012.

Lewat Surat Keputusan Dewan Paroki Trinitas bernomor 034/DP/SK/VI/2012 tertanggal 01 Juni 2012, Dewan Paroki mengganti nama PPG menjadi Panitia Pengembangan Paroki Trinitas (P3T) dengan lingkup tugas antara lain pembelian dan pembangunan lahan parkir gereja Trinitas, renovasi gereja Trinitas, pembangunan pastoran gereja Trinitas, dan menyelesaikan pembangunan gereja Sta. Maria Imakulata selanjutnya.

(Sumber: Sabitah no. 3, 2003 - dengan penyesuaian seperlunya; Wapita 05 April 2009 dan Wapita 05 Agustus 2012)


YAYASAN DHARMA KASIH

Yayasan Sosial Dharma Kasih (YSDK) didirikan atas prakarsa Seksi Sosial Paroki (SSP) Cengkareng dan disetujui oleh Pengurus Gereja Dana Papa (PGDP) Paroki/Gereja Katolik Trinitas. Yayasan ini didirikan dengan akta no. 50, tanggal 23 Februari 1981. YSDK mengemban misi Gereja untuk melakukan pelayanan sosial untuk memberdayakan keluarga-keluarga miskin dan meningkatkan taraf kesejahteraan hidup mereka yang ada di wilayah cakupan Paroki Cengkareng dan sekitarnya, tanpa memandang suku, agama, ras, dan aliran politik. Titik awal dan titik akhir pendekatan YSDK adalah sesama manusia yang mesti tolong-menolong. Visi YSDK adalah "Masyarakat Yang Berdaya".

Dalam usaha untuk mewujudkan visinya, YSDK mengelola 2 proyek sosial. Kedua proyek sosial ini bergerak dalam bidang pendampingan dan pengembangan ketrampilan anak-anak sekolah dari keluarga miskin. Selain itu, Yayasan juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin secara semi karitatif.

Proyek Kesejahtareaan Keluarga KINCIR dimulai 01 Mei 1981. Dalam melakukan pelayananya, Proyek Kincir menempati bangunan milik PGDP Trinitas Cengkareng di daerah Cengkareng Bedeng. Pada awalnya, Proyek Kincir melayani keluarga-keluarga miskin di Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sejak tahun 1994, Proyek Kincir juga membuka pelayanan pendampingan keluarga-keluarga miskin di Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Secara bertahap, Proyek Kincir sedang melaksanakan proses pemandirian untuk kedua kelurahan tersebut, dan mulai mengadkan penjajakan un tuk pindah ke kelurahan lain yang dipandang lebih membutuhkan bantuan. Proyek Kincir sekarang ini mendampingi lebih dari 967 keluarga miskin.

Proyek Kesejahteraan Keluarga TUNAS KASIH diterima YSDK pada 31 Agustus 1990 sebagai pelimpahan Proyek Tunas Mekar dari Paroki Kristoforus, Grogol. Setelah bernaung di bawah YSDK, proyek ini diganti namanya menjadi Proyek Kesejahteraan Keluarga TUNAS KASIH.

Proyek ini mendampingi sekitar 700 keluarga miskin dari Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Pada bulan April 2004, Proyek Tunas Kasih mulai mendampingi keluarga-keluarga miskin dari wilayah Kelurahan Jamal, yang terletak di pesisir Pantai Utara Teluk Jakarta.

Dalam menjalankan pelayanannya, YSDK menjalin kerjasama dengan Dinas Sosial, Direktorat Sosial Politik, Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial, aparat Kelurahan dan para tokoh masyarakat untuk mendapatkan izin operasional di lapangan. Sedangkan untuk pendanaan seluruh kegiatan, YSDK menjalin kerjasama dengan Christian Children's Fund (CCF) Indonesia dan donatur lokal. Sampai sekarang YSDK melaksanakan proyek dari CCF.

Kelompok sasaran dari proyek-proyek YSDK adalah: (1) anak usia 10 tahun ke bawah; (2) anak yang kekurangan gizi; (3) anak yatim dan atau piatu, cacat, terlantar, anak jalanan, anak korban kekerasan, dll; (4) anak dan keluarga yang tidak memiliki akses untuk melakukan usaha produktif dan tinggal di rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Program-program yang dilaksanakan oleh YSDK adalah:

(1) Bidang Kesehatan yang meliputi pengobatan, pendidikan kader, penyuluhan, imunisasi, perbaikan gizi dan perbaikan sarana sanitasi seperti MCK sehat, rumah sehat, lingkungan sehat, penanggulangan bencana banjir.

(2) Bidang Pendidikan yang meliputi bantuan uang sekolah, taman bacaan, kursus komputer dan kursus menjahit untuk remaja putus sekolah dan ibu rumah tangga, kelompok bermain balita.

(3) Peningkatan Pendapatan yang meliputi permodalan bagi keluarga, pembuatan KTP, SIM, dan akte kelahiran.

Dalam mewujudkan visi dan misinya lewat proyek-proyek tersebut, YSDK melibatkan keluarga-keluarga miskin yang menjadi sasaran program untuk berpartisipasi aktif, baik dalam penilaian kebutuhan maupun pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian program. Mereka juga diajak untuk memanfaatkan dana secara hati-hati dan bijaksana agar dapat memberi hasil maksimal. Tenaga pelaksana adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang karya sosial dan telah terlatih di bidang pelayanan sosial kemasyarakatan.


Proyek Kesejahteraan Keluarga KINCIR
Jl. Kincir Raya No. 2
Cengkareng Timur
Jakarta Barat
Telp. 619 21 05

Proyek Kesejahteraan Keluarga TUNAS KASIH
Jl. Peta Utara I/55
Pegadugnan, Kalideres
Jakarta Barat
Telp. 541 64 43


KOPERASI KREDIT USAHA SEJAHTERA (KKUS)
Kini Gereja Trinitas telah memiliki Koperasi Kredit yang besar dan berpengalaman, tetapi kebanyakan dari kita belum/tidak mengetahui bagaimana lembaga itu tumbuh dari biji yang teramat kecil. Di bulan November 1978 lahir di antara kerikil-kerikil tajam bersemak duri, yang siap memusnahkannya sebelum biji berkecambah.

Awal tahun 1970-an Romo Albrecht Karim Arbie SJ, sebagai Ketua Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memperkenalkan, mendampingi, dan mengembangkan Koperasi Kredit di KAJ. Sejak pertengahan 1977 banyak umat di Paroki Cengkareng yang datang kepada Romo, Bapak R.A. Tjuk, atau Ibu C. Sumarsih untuk meminta bantuan dana pembeli obat, kontrak rumah, biaya sekolah, biaya untuk pulang ke daerah, dll. Beberapa di antara mereka membawa ijasah, surat tanah, dan surat berharga lainnya sebagai jaminan. Akhirnya disepakati dan dibuat strategi, agar seseorang yang memerlukan bantuan dana dan datang kepada Romo dialihkaan kepada Bapak R.A. Tjuk atau Ibu C. Sumarsih yang sejak pertengahan 1977 menangani Seksi Sosial Paroki.

Sebagai keluarga kami iba menghadapi mereka yang datang karena kebutuhan yang mendesak. Masalahnya juga dilematis dan cukup banyak permintaan yang diragukan kebenarannya, terbukti pula ada beberapa kali terjadi penipuan ala Jakarta. Akhirnya bantuan langsung dibelikan materinya seperti tiket, menebus obat dari resep yang ada, dan lainnya.

Permintaan bantuan semakin banyak dan pastilah kewalahan untuk dipenuhi. Saat itu ada inisiatif untuk mendirikan Koperasi Kredit saja, supaya umat belajar mandiri secara ekonomis, memiliki mental berkelimpahan, bukan berkekurangan nyadong, saling membantu, dan mereka tidak terus tergantung pada bantuan karitatif. Beberapa tokoh umat akhirnya didekati untuk membahas berdirinya Credit Union. Ide itu kemudian sampai kepada Romo Petrus Mc Laughlin, OMI yang pada saat itu menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki. Ide CU dibahas dalam Rapat Dewan Paroki, dua dari anggota Dewan Paroki dengan berbagai alasan tanpa kompromi dan dengan keras serta tegas menolak pembentukan Koperasi Kredit. Alasan yang paling ditekankan adalah bahwa umat yang berhutang dan tidak mampu membayar nantinya akan malu/tidak ke gereja. Sebaliknya, beberapa anggota Dewan Paroki lainnya pun mengemukakan berbagai argumentasi. Sementara itu satu orang lainnya tetap bermimpi akan kehadiran Credit Union di Paroki ini. Pastor Kepala mencermati adu argumentasi itu dengan bijak. Dalam Rapat Dewan Paroki berikutnya bahasan semakin memanas. Mimpi pada kemandiriaan umat untuk mengatasi berbagai kesulitan, permasalahan dan kebutuhan akan dana merupakan sesuatu yang mendesak, sementara itu sumber dana sangat terbatas. Sayang, kedua anggota Dewan Paroki yang menolak itu tetap pada pendiriannya. Akhirnya Romo Petrus McLaughlin, OMI menyetujui pembentukan Credit Union di Paroki Cengkareng dalam kondisi ketidaksepakatan dari dua anggota Dewan Paroki.

Saat itu Dewan Paroki menugasi seorang anggotanya untuk mendampingi Credit Union. Lalu dilakukan inventarisasi calon pengurus. Para Ketua Seksi Sosial Lingkungan praktis mendukung dan langsung menjadi anggota Credit Union. Rapat peminat CU diadakan dan terbentuklah kepengurusan pertama pada tanggal 27 November 1978

Anggota pertama terdiri dari 12 orang di luar pengurus dan mereka segera menginventarisasi dan memburu calon anggota lainnya. Pendidikan pertama diadakan oleh Tim CUCO (Credit Union Conselling Office) yang diikuti oleh 25 peserta. Credit Union tertatih menghadapi banyak kendala. Untung Malaikat Penolong datang tepat waktu. Romo James Kalchthaler, MM dating dari Filipina. Beliau sudah berpengalaman dan sangat memahami manfaat dari Koperasi Kredit, dan sangat mendukung kehadiran Koperasi kredit di Paroki Cengkareng.

Credit Union yang lahirnya dibidani oleh Seksi Sosial Paroki sudah ber-Badan Hukum sejak tahun 1994. Dalam peziarahannya, Koperasi Kredit Gereja Katolik Trinitas yang diberi nama Usaha Sejahtera tidak cukup hanya ditangani oleh Pengurus. Maka sejak tahun 1993 diangkat seorang Manager dengan lima orang staf.

Agar umat lebih dapat mendalami manfaat dari Koperasi Kredit, berikut disajikan informasi singkatnya:

Koperasi Kredit adalah sekumpulan orang, dalam satu ikatan pemersatu, yang bersepakat untuk menabungkan uangnya secara bersama-sama, sehingga tercipta modal bersama yang dapat dipinjamkan di antara mereka sendiri, dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Tujuan Koperasi Kredit adalah (1) Membimbing dan mengembangkan sikap menghemat di antara para anggotanya; (2) Memberikan pinjaman cepat, dan tepat dengan bunga yang layak; (3) Mendidik anggota dalam hal menggunakan uang secara bijaksana.

Prinsip-prinsip Koperasi Kredit: (1) Keanggotaan sukarela dan terbuka; (2) Pengendalian oleh anggota secara demokratis - one man one vote; (3) Partisipasi ekonomi anggota; (4) Otonomi dan kebebasan; (5) Pendidikan, pelatihan, dan informasi; (6) Kerjasama di antara koperasi; (7) Kepedulian terhadap masyarakat.

WANITA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA (WKRI) CABANG TRINITAS

Sejak terbentuknya Dewan Paroki yang pertama di Cengkareng, wanita-wanita Katolik Cengkareng berkiprah lewat wadah Wanita Paroki Trinitas (WP Trinitas). Kesalahan persepsi yang menganggap WKRI adalah organisasi politik mengakibatkan munculnya banyak hambatan untuk mendirikan WKRI Trinitas. Hal ini dapat dimaklumi karena banyak orang kala itu masih belum tahu arah gerak organisasi WKRI yang sebenarnya. Memang, sesuatu yang berbau politik sungguh membuat siapa pun akan merasa tidak nyaman pada masa itu.

Ibu Nani Purwoko yang kala itu menjabat sebagai Ketua Presidium WKRI DPD Jakarta berkenan mengunjungi Paroki Cengkareng dan memberikan penjelasan tentang WKRI kepada Romo, ibu-ibu, dan Dewan Paroki. Akhirnya, pada 15 Agustus 1993, dilantiklah Pengurus WKRI Cabang Trinitas yang pertama dengan seorang ketua dan 2 orang wakil ketua.

Pada awal terbentuknya, WKRI Trinitas memiliki 9 Ranting dengan jumlah anggota sebanyak 273 orang. Kini,WKRI telah memiliki 16 Ranting dengan jumlah anggota lebih dari 600 orang.

Sebagai sebuah organisasi yang tertib, WKRI Trinitas dituntut untuk melaksanakan Rapat Anggota 3 tahun sekali. Tujuannya adalah untuk memilih Pengurus baru dan mendengarkan laporan pertanggung-jawaban kegiatan dan keuangan dari Pengurus yang akan diganti. Rapat yang disebut juga Konferensi Cabang ini telah dilaksanakan sebanyak 4 kali di Paroki Cengkareng yang selalu dihadiri oleh para anggota WKRI Trinitas dan Pengurus WKRI DPD Jakarta.

Sejak berdirinya, telah banyak karya yang dilakukan oleh WKRI Trinitas. Ke dalam, karya-karyanya banyak membantu kelancaran kegiatan-kegiatan di Paroki Cengkareng di samping juga untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Ke luar, WKRI Trinitas mengadakan kerjasama dengan unit-unit pemerintahan dalam hal memberikan perbaikan gizi pada anak-anak balita, di samping juga mengadakan serangkaian bakti sosial dan bakti kesehatan, serta mengumpulkan dana, makanan, dan pakaian layak pakai untuk para korban bencana alam di Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh Pengurus WKRI Trinitas tidak hanya bermanfaat bagi para anggotanya, tetapi lebih ditekankan untuk menabur perhatian dan kasih Kristus kepada masyarakat sekitar.

Tujuan WKRI adalah untuk mewujudkan wadah kesatuan gerak wanita Katolik dalam mengungkapkan iman dan cinta kasih Kristiani di dalam lingkungan masyarakat; mengembangkan kualitas wanita secara utuh; mengembangkan multi-peran wanita dalam keluarga, Gereja, dan masyarakat; serta meningkatkan peranserta wanita dalam pembangunan Gereja, bangsa, dan negara.

Visi WKRI adalah sebagai organisasi kemasyarakatan wanita Katolik yang mandiri, memiliki kekuatan moral dan sosial yang handal demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, khususnya perempuan.

Misi WKRI adalah memberdayakan wanita Katolik yang ada di Indonesia mulai dari unit yang terkecil; meningkatkan kualitas hidup, nilai-nilai Injili, dan ajaran sosial Gereja di dalam wadah WKRI; meningkatkan kehidupan yang lebih baik berdasarkan keadilan sosial; dan memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender dalam semua aspek kehidupan.


HOUSEHOLD COUPLE FOR CHRIST (CFC)


KELOMPOK MEDITASI SADHANA


KOMUNITAS SANTO LEOPOLD
"Percaya dan berimanlah kepada Tuhan. Di dunia ini kita bekerja dengan tubuh, tapi roh kita senantiasa bersama dengan Allah." (St. Leopold)
Komunitas St. Leopold adalah kelompok awam yang berkomitmen menghayati dan melaksanakan ajaran Iman Katolik dengan meneladan peri hidup St. Leopold. Kelompok awam ini menyatukan diri dalam suatu wadah yang disebut Komunitas St. Leopold. Komunitas ini merupakan salah satu Mitra Kategorial Keuskupan Agung Jakarta dengan visi "Menjadi wadah yang terbuka untuk menerima setiap orang sebagai saudara dan sahabat tanpa membeda-bedakan dan membagikan kemurahan Kasih Allah pada mereka. Merangkul, menyemangati, membimbing dan mengarahkan dengan penuh Belas Kasih Allah pada setiap pribadi/orang untuk merasakan Kasih Allah dengan menjalani Pertobatan seumur hidup." Pelayanan St. Leopold membawa orang kepada pertobatan, menyatukan mereka kembali seutuhnya kepada Bapa, Putera, dan Roh Kudus dan menjadikan Bunda Maria sebagai penolong dan perantara dalam doa-doa bagi hidup kita.
Komunitas St. Leopold Kombas Citra Garden mulai terbentuk sejak 22 September 2003 dengan Misa Pemberkatan oleh Romo Bernardus Rukmono, OMI. Hingga saat ini kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh komunitas ini adalah Misa Komunitas pada Jumat ke-3 setiap bulan, pkl. 19.30. Pelayanan Doa dan Firman pada Sabtu ke-4 setiap bulan, mulai pkl. 10.00, Ibadat Novena St. Leopold pada setiap hari Rabu, mulai pkl. 10.30 yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan orang sakit. Konsultasi seturut dengan perjanjian. (Kontribusi Ibu Sarnelly Afang/ts)
(Disarikan dari Majalah Sabitah Edisi 55, Juli-Agustus 2012)

PELAYANAN RUMAH DETENSI DAN IMIGRASI (RDI)


KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS (KTM)
Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) adalah sebuah perkumpulan orang beriman yang didirikan sebagai sebuah Komunitas Awam di dalam Gereja untuk melayani umat Allah dalam kesatuan dan di bawah bimbingan para Uskup setempat. KTM adalah suatu Persekutuan Hidup, sebuah Perserikatan Publik Kaum Beriman Kristiani yang diatur ketentuan Kanon 298-311 sebagai norma umum dan Kanon 321-326 sebagai norma khusus.
Gagasan pendirian suatu Komunitas Awam diterangkan oleh Romo Yohanes Indrakusuma, O.Carm di hadapan para pendoa yang membantu Beliau di Ngadireso, Malang, pada bulan Desember 1986. Lewat sebuah retret perdana pada 09-11 Januari 1987 yang dihadiri oleh sekitar 30 orang dari Surabaya, Malang, Pasuruan, dan Probolinggo, dibentuklah suatu komunitas awam yang berinspirasikan pada komunitas Kristiani yang pertama dan diberi nama Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM). Tanggal 11 Januari 1987 ditetapkan sebagai hari lahirnya KTM.
KTM memiliki visi dan misi yang secara singkat dirumuskan sebagai berikut: "Dalam kuasa Roh Kudus mengalami dan menghayati sendiri kehadiran Allah yang penuh kasih dan menyelamatkan sampai pada persatuan cinta kasih serta membawa orang lain kepada pengalaman yang sama."
KTM dalam hidup dan karyanya berinspirasi dan dijiwai oleh Spiritualitas Pembaharuan Hidup Dalam Roh, dan Spiritualitas Karmel. KTM bernaung di bawah perlindungan Bunda Maria, dan bernaung di bawah perlindungan Nabi Elia, insan Allah yang senantiasa hidup di Hadirat Allah dan segala kegiatannya didorong oleh kehendak Allah.
Keanggotaan KTM mencakup orang-orang yang telah berkeluarga, juga yang belum berkeluarga, ataupun mereka yang telah membaktikan diri dalam hidup selibat. Kegiatan rutin KTM adalah doa bersama dalam pertemuan sel. Setiap anggota harus berkomitmen untuk hadir dalam pertemuan sel tersebut seminggu sekali, minimal 2 minggu sekali. Dalam pertemuan sel, setiap anggota terlibat dalam berdoa dan memuji Tuhan, mendengarkan Sabda Tuhan (membaca Alkitab), merenungkannya, dan men-sharing-kan iman berdasar bacaan Alkitab untuk membangun iman sesama anggota, dan juga doa syafaat. Selain kegiatan rutin tersebut, anggota KTM juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan Paroki maupun Lingkungan di Gereja/Paroki setempat. KTM juga bekerjasama dengan Pastor, Frater/Suster secara berkala dengan mengadakan rekoleksi, seminar, retret, Misa dan Adorasi Sakramen Mahakudus.
Paroki Trinitas dan Stasi St. Vincentius Pallotti memiliki 4 sel, yaitu Sel St. Yohanes Pembaptis (Citra 1 ext dan Citra 2), Sel St. Petrus dan Paulus (Taman Palem Lestari), Sel St. Thomas Rasul (Taman Surya dan Citra 6), dan Sel Sta. Maria Bunad Karmel (Dadap). Bagi umat yang berminat untuk bergabung dengan KTM dapat menghubungi Sekretariat KTM Wil. 2 Trinitas: 0818 0880 2999; email: This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it
(Disarikan dari Majalah Sabitah Edisi 55, Juli-Agustus 2012)

PERSEKUTUAN DOA OMK KARISMATIK KATOLIK ST. THOMAS AQUIANAS
Persekutuan Doa OMK Karismatik Katolik St. Thomas Aquinas sudah menjadi bagian dari Gereja Paroki Trinitas sejak 13 tahun lalu, tepatnya 13 Juli 1997. Sebagian besar umat Paroki Trinitas sudah mengerti bahwa Kelompok Kategorial ini adalah media bagi para OMK yang rindu untuk lebih dapat mengekspresikan cintanya pada Tuhan Yesus melalui pujian, penyembahan serta pengajaran Firman yang lebih mendalam namun mudah dicerna.
Motto PDOMKK St. Thomas Aquinas adalah "Love, love, and keep on loving and you will have no time to judge." Dengan mencintai secara tulus, tidak akan ada celah bagi kita untuk menghakimi.
PDOMKK St. Thomas Aquinas dilaksanakan pada Rabu, pkl. 19.00, di Aula St. Eugenius de Mazenod dengan bentuk yang bervariasi sesuai dengan kalender liturgis Gereja Katolik.
(Disarikan dari Majalah Sabitah Edisi 48)
Add a comment

Seksi-Seksi Paroki

PERKEMBANGAN KEBERADAAN SEKSI-SEKSI DALAM GEREJA KATOLIK TRINITAS

Untuk melaksanakan dan memperlancar tugas Dewan Paroki di bidang reksa pastoral, dibentuklah Seksi-Seksi dalam tubuh Dewan Paroki. Seksi-Seksi yang kini ada merupakan wadah dari kebutuhan-kebutuhan yang timbul dalam Gereja. Semua Seksi bertitiktolak pada 4 bidang pelayanan pastoral yang diemban oleh Gereja, yaitu:

a. Bidang Pewartaan/Kerugma
b. Bidang Ibadat/Liturgia
c. Bidang Pelayanan/Diakonia
d. Bidang Persekutuan/Koinonia

Inilah Seksi-Seksi yang ada di Dewan Paroki yang telah mengalami pengembangan sesuai dengan kebutuhan Gereja:
BIDANG PEWARTAAN


1.1. SEKSI KATEKESE

Setiap umat, berkat Sakramen Inisiasi diutus untuk menjadi pewarta. Pewartaan dapat dengan pandangan hidup, sikap, pikiran, kata, perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. "Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak 2:17).

Menjelang berdirinya Dewan Paroki, sejak tahun 1977 telah dimulai pengajaran agama (katekese) oleh Bapak V.A. Adiwahyanto, seorang awam yang tidak berlatar belakang kateketik. Sejak Agustus 1980, Seksi ini ditangani oleh Suster Florentia, ADM. Mulai saat itu, semakin banyak umat yang mau mengajar, berkatekese dan menjadi pewarta/guru agama, masuk dalam jajaran Tim Katekese, walau kebanyakan dari mereka tidak berijasah kateketik. Sr. Flor kemudian ditugaskan ke luar Jakarta, Beliau diganti oleh Sr. Agatha, kemudian Sr. Yuliana M., rekan sebiaranya. Kembali ditugaskan di Jakarta, Sr. Flor terus berkarya di Seksi Pewartaan (sekarang disebut Seksi Katekese) hingga kepindahannya ke Kroya, Jawa Tengah, di tahun 2006. Kini Ketua Seksi Katekese diemban oleh seorang awam.

Seksi ini berperan penting dalam pengembangan agama Katolik dan pembinaan iman Kristiani pada murid-murid Kristus sekarang ini. Tugas Seksi ini adalah mengajar, mempersiapkan dan membina para calon baptis, calon penerima Komuni Pertama, calon penerima Krisma, serta pembinaan iman umat - khususnya dalam bidang pewartaan - disamping juga memperhatikan pelajaran agama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Paroki.

Katekese remaja-dewasa umumnya dimulai di bulan Oktober-November setiap tahunnya, berlangsung sekitar 18 bulan yang dilanjutkan dengan upacara pembaptisan bagi mereka yang 'lulus' wawancara. Para calon Baptis perlu diteliti dan diselidiki terlebih dahulu, misalnya tentang status perkawinannya sah atau dapat disahkan secara gerejani. Selama menjalani masa katekumenat, calon baptis diharapkan telah juga mempraktekkan hidup Katolik, membaca Kitab Suci, mengikuti liturgi, terlibat dalam kegiatan Lingkungan dan kegiatan gerejani lainnya. Hal ini diperlukan agar calon Baptis telah terbiasa dengan praktek hidup menggereja selepas menerima baptisannya. Setelah itu, masih ada 3 bulan masa mistagogi (pendampingan setelah pembaptisan). Selama ini, pembaptisan dilaksanakan dalam Pekan Suci menjelang Paskah dan pernah terjadi, calon baptis remaja-dewasa mencapai 200 katakumen. Mulai tahun 2009, masa katekumenat diselaraskan menjadi 12 bulan dengan pembaptisan yang dijadwalkan berlangsung menjelang peristiwa kelahiran Yesus Kristus (Natal).

Hingga sekarang Bapak/Ibu Wali Baptis belum berperan seperti yang diharapkan oleh Seksi Katekese maupun Gereja. Bapak/Ibu Wali Baptis seharusnya terus mendampingi putra-putri baptisnya selama hidupnya. Mereka adalah Bapak/Ibu Rohani bagi baptisan yang bertanggungjawb atas kehidupan dan perkembangan iman putra-putri baptisnya.

Sub-Seksi Katakese Lansia mulai berkarya sejak 2002. Katekese bagi para orang lanjut usia ini berlangsung sekitar 3 bulan yang dilanjutkan dengan pembaptisan tanpa masa mistagogi.

Sub-Seksi Baptisan Bayi bertugas mempersiapkan dan membina para orangtua bayi yang hendak dibaptis. Untuk itulah, sebelum sang bayi menerima baptisan, para orangtua diwajibkan mengikuti Bimbingan Baptisan Bayi yang dilaksanakan seminggu sebelumnya. Baptisan bayi berlangsung di gereja setiap hari Minggu kedua di bulan berjalan setelah Misa ke-2.

Sub-Seksi Bina Iman merupakan salah satu pelayanan yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan iman Katolik pada diri anak-anak yang sudah dibaptis maupun yang belum dibaptis yang tinggal di Paroki Cengkareng. Sekolah Bina Iman banyak berkembang di Wilayah dan Lingkungan. Sebagian besar Sekolah Bina Iman ditangani terutama hanya oleh generasi muda. Kalau kita berpikir untuk pengembangan potensi dan harapan ke depan, keadaan ini memang baik sekali, tetapi para pembina Bina Iman tetap membutuhkan pembekalan agar dalam menjalankan tugasnya mereka tidak merasa dilepas begitu saja. Pertumbuhan iman seseorang merupakan proses yang harus dilalui setapak demi setapak, dan oleh karenanya pembinaan iman di masa anak-anak tak boleh dilewatkan begitu saja oleh orangtua, para Ketua Lingkungan, Ketua Wilayah, maupun guru-guru agama.

Patut dipikirkan dan diupayakan bersama kelangsungan kegiatan serta peningkatan kualitas pelayanan pembina Bina Iman. Jumlah pembina yang ada masih terbilang sedikit untuk melayani anak-anak yang kian hari kian bertambah banyak. Penambahan jumlah pembina serta pemberian bekal maupun ketrampilan yang memadai mutlak diperlukan. Sebenarnya, setiap orang Katolik dewasa dapat membina yang lebih muda karena dalam setiap hati orang Katolik tinggallah Kristus Sang Guru Sejati yang mampu mengajar siapa pun. Dengan demikian, setiap umat telah mengambil bagian dalam memperluas Kerajaan Allah, lebih-lebih pada anak-anak, hingga setiap orang dapat mengatakan: "Biarlah anak-anak datang padaku, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga."

Sub-Seksi Komuni Pertama bekerja hampir sejalan dengan Bina Iman. Sebagian besar calon Komuni Pertama dibimbing oleh para guru di sekolah Katolik atau awam yang menyediakan diri untuk hal ini. Terobosan baru dicoba dilaksanakan dengan juga melibatkan para Katekis untuk menjadi pembimbing Komuni Pertama.

Sub-Seksi Sakramen Krisma pada umumnya menjadi tanggungjawab para katekis. Sampai sekarang, penerimaan Sakramen Krisma diadakan 2 tahun sekali di Gereja Katolik Trinitas.

Kursus Evangelisasi Pribadi sudah diadakan beberapa kali dan telah melahirkan 4 angkatan. Semoga seluruh umat dapat 'memanfaatkan', memahami, dan mengembangkan iman antara lain dengan kegiatan Kitab Suci, termasuk dengan ber-KKS (Kerasulan Kitab Suci). Kini ladang membentang luas, menantikan para anggota Evangelisasi Baru sebagai kesempatan emas untuk pengembangan iman diri sendiri dan menjadi pewarta khusus bagi umat Paroki lewat KKS.

Kelompok Kategorial "Komunitas Evangelista" dibentuk sebagai wadah para alumni Kursus Evangelisasi Pribadi mengembangkan diri dan terus terhimpun dalam semagat evangelisasi baik ke dalam diri pribadi maupun ke luar kepada sesamanya.

Tugas Seksi Katekese menurut Peraturan Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengajar, mempersiapkan dan membina para calon baptis, calon penerima komuni pertama, calon penerima Krisma serta pembinaan iman umat khususnya dalam bidang Katekese. Seksi ini juga memperhatikan pelajaran agama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah paroki (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 1).

Sub-Seksi Baptis Dewasa bertugas mempersiapkan dan membina para calon baptis, mempersiapkan dan menyelenggarakan acara penerimaan Sakramen Baptis dan membina para penerima baptis muda.

Sub-Seksi Batipsan Bayi bertugas mempersiapkan dan membina para orangtua bayi.

Sub-Seksi Komuni Pertama mempersiapkan dan membina para calon komuni pertama serta mempersiapkan dan menyelenggarakan acara penerimaan komuni pertama.

Sub-Seksi Sakramen Krisma mempersiapkan dan membina para calon penerima Sakramen Krisma serta mempersiapkan dan menyelenggarakan acara penerimaan Krisma.

Sub-Seksi Bina Iman menyelenggarakan pengenalan/pengajaran iman Katolik pada anak-anak.

Sub-Seksi Sekolah menyelenggarakan pengajaran agama Katolik untuk anak-anak yang ada di sekolah-sekolah di Paroki.

 

1.2. SEKSI KERASULAN KITAB SUCI

Kegiatan ber-Kitab Suci sebenarnya sudah dimulai sejak Juni 1975. Kegiatan ini lahir lebih karena kebutuhan umat di Lingkungan atau Wilayah. Tercatat pernah lahir Kelompok Kitab Suci (KKS) Santo Yohanes, yang bergerak untuk seluruh Paroki. Bapak Johanes K. Handoko sebagai Ketuanya dengan tekun membina Kelompok ini. Kegiatan kemudian berkeliling di rumah-rumah anggotanya, tetapi sekitar 2 tahun kemudian kehadiran anggota Kelompok ini menurun dan akhirnya kegiatan ini terhenti.

Seksi ini dibentuk sebagai wadah kegiatan untuk mendalami Kitab Suci yang adalah sumber dan pokok ajaran Yesus Kristus. Lewat kegiatan-kegiatan Seksi ini, diharapkan umat dapat menghayati kehidupan sesuai semangat ajaran Kitab Suci. Umat Katolik masih sangat sedikit yang memiliki kebiasaan membaca Kitab Suci, maka untuk itulah KKS juga turut mendorong umat agar lebih sering membuka Kitab Suci.

Kitab Suci adalah kabar baik yang harus didengar oleh banyak orang, bahkan ada yang menyebutnya sebagai 'surat cinta dari Tuhan'. Sudah selayaknyalah kalau setiap umat membacanya setiap hari. Umat perlu terus dibina sehingga dari dalam dirinya selalu timbul dorongan dan semangat membaca Kitab Suci sebagai suatu kebutuhan.

Kegiatan rutinSeksi ini adalah pendalaman Kitab Suci di tingkat Paroki yang diadakan setiap Rabu terakhir dari bulan. Untuk mengajak agar umat semakin mencintai Kitab Suci, Seksi ini juga pernah mengadakan Seminar Mencintai Kitab Suci dengan mengundang Bapak Stefan Leks sebagai narasumbernya.

Tugas Seksi Kerasulan Kitab Suci menurut Peraturan Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Membimbing dan mendidik umat untuk lebih mengenal dan mendalami Kitab Suci (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 2).

 

1.3. SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS)

Seksi Komsos bertugas mengkomunikasikan ajaran-ajaran iman Gereja (warta keselamatan) dengan baik kepada seluruh umat manusia tanpa kecuali, sempurna dan tepat sasaran, dengan memanfaatkan seluruh sarana yang sudah tersedia atau yang akan dibentuk.

Komsos dibentuk pertama kalinya di tahun 1999, sejalan dengan Kepengurusan Dewan Paroki yang ke-8 (masa bakti 1999-2002). Dalam usianya yang masih muda, memang banyak yang perlu diperlengkapi dan digiatkan untuk mengisi rangkuman 5 sarana yang diajukan oleh Keuskupan Agung Jakarta, yaitu Media Cetak, Media Elektronoik, Media Tradisional, Media Massa dan Media Kelompok.

Warta mingguan 'Wapita' terbit sejak tahun 1978 sebagai sarana komunikasi antar umat Cengkareng. Wapita yang semula terbit setengah halaman folio yang distensil bolak-balik berisi rencana-rencana kegiatan atau acara Gereja sedikitnya untuk rentang waktu seminggu ke depan di samping juga pengumuman pasangan yang akan menerima Sakramen Pernikahan, petugas liturgi dan daftar bacaan Misa Harian selama seminggu. Melihat laju perkembangan gerak kegiatan umat yang semakin hari semakin marak dan beragam, maka sejak tahun 2008 Wapita terbit 8 halaman. Hal ini dimaksudkan agar sebanyak mungkin informasi kegiatan Paroki dapat diberitakan kepada umat sehingga umat dengan leluasa dapat mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Majalah Sabitah terbit sejak awal tahun 2003. Majalah dwi-bulanan ini terus berupaya mengembangkan dirinya hingga sekarang. Kesulitan sumber daya manusia yang mau mengabdikan dirinya sebagai 'wartawan pewartaan Kerajaan Allah' memang menjadi suatu kesulitan tersendiri. Demi untuk kemajuan umat yang terhimpun dalam redaksi Majalah Sabitah, maka Seksi Komsos telah 3 kali mengadakan Pelatihan Jurnalistik berupa Sarasehan Jurnalistik bersama Bpk. Eka Budianta, Bpk. Ign. Haryanto, dengan menampilkan sesi Bagi Pengalaman oleh Sdri. Angelina Sondakh. Sarasehan kedua diadakan dengan narasumber Bpk. Sasra Wijaya, seorang jurnalis dari BBC London. Dengan bekerja bersama Tabloid Genie, Sarasehan ke-3 dilaksanakan dengan fokus lebih kepada siswa-siswi sekolah-sekolah Katolik yang ada di lingkup Paroki.

Sejak tahun 2006, Majalah Dinding yang dikelola orang muda Paroki hadir mengisi pelataran gereja. Majalah dinding dengan tema khas orang muda ini disajikan dalam bentuk tampilan seni sehingga tidak membosankan orang yang membacanya.

Perpustakaan Trinitas diresmikan pada 30 September 2006. Dengan menempati ruang sendiri, perpustakaan ini mencoba menghadirkan bacaan-bacaan rohani maupun non-rohani untuk menyemarakkan khazanah literatur umat Paroki.

Seksi ini juga membawahi Bidang Dokumentasi Foto dengan tugas membuat dokumen kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Paroki, serta menyimpannya dengan baik. Sayangnya, terdapat kesulitan dalam penyimpanan ribuan foto-foto dokumentasi yang ada karena tidak ditunjang dengan pengadaan sarana maupun tempat yang layak.

Sejalan dengan surat gembala Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II dalam menyambut Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-37 beberapa tahun yang lalu, yang meminta umat Katolik untuk memberdayakan dunia maya sebagai salah satu sarana pewartaan iman Katolik, Seksi Komsos meluncurkan situs Paroki Cengkareng (www.trinitas.or.id) di Minggu Paskah 2004.

Tugas Seksi Komsos menurut Peraturan Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menyiarkan warta keselamatan kepada seluruh umat dengan memanfaatkan media komunikasi sosial seperti media cetak, sinema, radio, televisi, dan sebagainya (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 3).

Sub-Seksi Dokumentasi Foto meliput acara dan peristiwa penting di paroki dan menyimpan serta memelihara hasilnya.

Sub-Seksi Media Cetak/Wapita menerbitkan buletin paroki sebagai sarana informasi mengenai kegiatan paroki dan menambah pengetahuan serta wawasan umat.

Sub-Seksi Perpustakaan menyelenggarakan dan mengelola perpustakaan paroki.

Sub-Seksi Radio dan TV menyiarkan warta keselamatan melalui media komunikasi radio dan TV.

Sub-Seksi Media Elektronik: membuat dan mengelola website paroki sebagai sarana untuk menyebarluaskan warta keselamatan dan berbagai informasi kegiatan paroki.

 

BIDANG IBADAT


2.1. SEKSI LITURGI

Liturgi merupakan poros kegiatan iman umat yang nyata dalam kehidupan menggereja. Dalam setiap ibadat, Allah hadir di tengah umatNya secara dekat. "Dalam liturgi Allah berbicara" dan "dalam liturgi umat memberikan tanggapan kepada sapaan Allah." (Dokumen Konstitusi Liturgi Art. 33) Maka, peribadatan perlu selalu sungguh-sungguh diupayakan agar dapat membantu umat bersatu dengan Allah.
Liturgi Ekaristi merupakan puncak liturgi Gereja. Saat Paroki lahir, liturgi masih terkesan asal jalan, tetapi secara perlahan namun pasti liturgi mulai ditata dan dibenahi. Hal ini bertujuan agar umat semakin menikmati dan menghayati makna Perayaan Ekaristi, apalagi saat itu tempat Misa selalu berpindah, seadanya dan belum mendukung kekhidmatan beribadat karena suasana yang menyedihkan. Dengan Liturgi yang ditata rapi umat dibantu untuk dapat mendengarkan Sabda, bersatu dalam Ekaristi Kudus, dan bergaul dengan Yesus Kristus. Perayaan-perayaan Sakramen diupayakan berlangsung semestinya dengan suasana standar. Seksi Liturgi untuk pertama kalinya hadir di tengah umat pada 20 Februari 1977 dengan Ketuanya Bapak R.Y. Prabowo.
Seksi ini segera melahirkan Sub-Seksi Putra Altar/Misdinar. Para Putra Altar bekerja keras, terutama sekitar Tri Hari Suci dan Paskah. Pembinaan bagi Putra Altar memang pasang surut, padahal panggilan imamat dan biarawan kebanyakan berasal dari mereka. Misdinar adalah petugas/pelayan Ekaristi yang paling dekat dengan imam dan panti imam, tempat khusus dan pusat perhatian semua umat, karena di situ Yesus hadir serta mengorbankan DiriNya. Karena kedekatannya dengan Yesus di altar, seringkali Misdinar mempunyai pengalaman iman yang khusus dengan Tuhan dan tak jarang benih-benih panggilan tampil dari putra-putra yang paling dekat dengan altar Tuhan ini.
Sub-Seksi Musik membawahi tiga hal yang tak terpisahkan: koor, dirigen dan organis. Sub-Seksi ini sangat menentukan meriah tidaknya sebuah perayaan gerejawi, karena nyanyian menjadi sarana pengungkapan iman untuk menyatakan rasa syukur lebih nyata, semakin bersemangat dan indah nyanyian kita, semakin nyata ungkapan iman kita kepada Allah, hingga sering dikatakan 'bernyanyi merupakan dua kali berdoa'. Organis memegang peranan penting dalam mengiringi koor dan umat dalam menaikkan pujian. Akan terasa hambar jika Misa dilaksanakan tanpa iringan musik. Penataan dan pembekalan organis gereja sungguh diperlukan. Di Paroki ini diyakini terdapat banyak pemain organ yang baik di luar personil yang sering tampil selama ini. Sedikit himbauan bagi umat yang memiliki talenta ini untuk dengan suka hati menyumbangkannya untuk Gereja.
Sub-Seksi Lektor/Komentator hingga sekarang umumnya beranggotakan angkatan muda. Adalah lebih baik jika beberapa orang tua pun tetap dilibatkan dan diberi kesempatan tampil untuk menghindarkan preseden negatif bagi umat generasi muda.

Sub-Seksi Dekorasi Altar lahir karena kepeduliaan akan harmonisasi dekorasi Altar yang sebetulnya sebagai wujud nyata rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan yang senantiasa hadir dalam hidup kita. Merangkai bunga Altar bukanlah pekerjaan mudah, karena si perangkai bunga harus senantiasa mengetahui warna liturgi dan masa liturgi yang sedang berjalan. Misalnya, pada masa Prapaskah dan Adven - masa pertobatan - Altar sebaiknya tidak dihias dengan bunga, tetapi hanya dengan dedaunan saja, karena bunga melambangkan kemeriahan. Maka sejak Oktober 2004, telah dibentuk 8 kelompok merangkai bunga Altar yang pada akhirnya dikecilkan menjadi 5 kelompok hingga sekarang.

Sub-Seksi Prodiakon yang merupakan bagian dari Seksi Liturgi bermula di awal 1979 dengan ditunjuknya Bapak R.Y. Prabowo, Bapak J.B. Agus Supaat, Bapak Robertus A. Tjuk, dan Bapak V.A. Adiwahyanto sebagai Pelayan Ekaristi (PE). Pastor Kepala Paroki menugasi mereka karena melihat kebutuhan pelayanan umat yang tak tertangani oleh imam yang terkadang harus ke luar kota. Dalam kevakuman itu, para Pelayan Ekaristi akan memimpin Ibadat Sabda dan membagikan Komuni kepada umat. Sejak 1995 dikenal istilah Prodiakon, anggota PE ditingkatkan peran dan tugasnya menjadi anggota Prodiakon.

Prodiakon adalah seorang umat/awam yang ditugaskan dan diangkat oleh Bapa Uskup guna membantu Pastur Paroki untuk menerimakan Komuni Suci dalam Perayaan Ekaristi serta membawa dan menerimakan Tubuh Kristus kepada orang sakit dan jompo baik di tempat tinggalnya maupun di rumah sakit. Prodiakon juga bertugas memimpin ibadat-ibadat non-sakramental umat Lingkungan seperti ibadat sabda, pemberkatan rumah, upacara kematian (penutupan peti jenazah, pelepasan jenazah dan ibadat di pemakaman/ krematorium) serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pastur Kepala Paroki.

Seperti dijelaskan di atas, istilah 'Prodiakon' baru digunakan di tahun 1995. Sebelumnya, sebutan para awam yang bertugas menerimakan Komuni Suci dalam Misa adalah 'Pelayan Ekaristi' (PE). Tugas-tugas Pelayan Ekaristi kala itu juga tidak semajemuk seperti Prodiakon sekarang ini. Sejalan dengan perkembangan pesat jumlah umat Paroki Cengkareng dan meningkatnya permintaan umat akan kebutuhan pelayanan gerejani yang mustahil dapat seluruhnya dipenuhi oleh para imam yang berkarya di Paroki Cengkareng, maka sejak tahun 1999 fungsi dan peran Prodiakon mulai aktif digalakkan oleh Romo John O'Doherty, OMI yang saat itu menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki dan menaruh perhatian khusus pada Prodiakon.

Dari pendataan terakhir yang dilakukan pada tahun 2002, tercatat 10 orang Pelayan Ekaristi yang masih aktif yang bertugas sejak sebelum tahun 1995 serta 12 orang Prodiakon aktif yang diangkat tahun 1995. Pada November 1999 dilantik 29 Prodiakon baru, dan di bulan Oktober 2000 menyusul pelantikan 29 Prodiakon baru. Di bulan Februari 2003 kembali dilantik 31 Prodiakon baru. Dengan masa tugas selama 3 (tiga) tahun yang dapat diperpanjang atau diperpendek, dan setelah melalui reorganisasi di awal tahun 2003, maka jumlah Prodiakon Paroki Cengkareng yang akan aktif bertugas di tahun 2003 ini adalah 82 orang. Dalam menjalankan tugas-tugas pelayanannya, Prodiakon juga dibantu oleh para Suster dari kongregasi Amal Kasih Darah Mulia (ADM) dan kongregasi Jesus Maria Joseph (JMJ).

Karena tugas utama Prodiakon adalah menjadi mitra imam dalam pelayanan umat, maka diperlukan penanganan yang serius guna menjamin kredibilitas Prodiakon itu sendiri. Untuk itu di tahun 1999 telah dibentuk sebuah Tim Koordinator Prodiakon Paroki yang bertugas untuk: (1) menyusun tatalaksana pembagian Komuni di gereja/kapel; (2) menyusun jadwal tugas Prodiakon untuk Perayaan Ekaristi di Gereja Katolik Trinitas; (3) membantu Pastur Kepala Paroki dalam melakukan perekrutan anggota baru; (4) membina para Prodiakon; dan (5) memonitor tugas Prodiakon. Sedangkan untuk meningkatkan pelayanan kepada umat, para Prodiakon dibagi dalam Kelompok-Kelompok Prodiakon di Wilayah masing-masing. Lewat Kelompok Prodiakon ini jugalah pembinaan yang berkesinambungan terhadap para anggota Prodiakon terus diupayakan seperti setiap bulan secara rutin diadakan pertemuan Kelompok Prodiakon untuk saling berbagi pengalaman pelayanan dan saling menguatkan lewat pendalaman Firman Tuhan, disamping juga diadakan retret setiap tahunnya. Keseriusan Paroki Cengkareng dalam mengupayakan yang terbaik untuk pelayanan umat lewat para Prodiakon dinyatakan dengan dibentuknya Tim Pendamping/Pembina Prodiakon dalam Kepengurusan Dewan Paroki yang baru dilantik November 2002. Tim ini bersama-sama dengan Tim Koordinator Prodiakon Paroki akan berbagi tugas demi kemajuan para anggota Prodiakon.

Sedikitnya umat yang terpanggil untuk pengabdian sebagai Prodiakon merupakan kendala tersendiri dalam upaya pemenuhan harapan Dewan Paroki Gereja Katolik Trinitas yang menginginkan adanya satu orang Prodiakon di setiap Lingkungan di Paroki Cengkareng.

Tugas Seksi Liturgi menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Membantu penyelenggaraan perayaan liturgi dengan tertib dan rapi, menyadarkan dan mendidik umat agar bersama-sama merayakan liturgi dengan sadar dan aktif sesuai dengan peranan masing-masing serta mengembangkan bentuk-bentuk ibadat lainnya dengan tetap menjaga kemurnian iman (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 4)

Sub-Seksi Koor, Dirigen, dan Organis membina koor, dirigen, dan organis, membagi tugas dan mengatur jadwal tugas masing-masing.

Sub-Seksi Lektor & Komentator membina para lektor dan komentator agar dapat bertugas dengan baik, membagi tugas dan mengatur jadwal tugas masing-masing.

Sub-Seksi Putera Altar membina para putera altar agar dapat bertugas dengan baik, membagi tugas dan mengatur jadwal tugsa masing-masing.

Sub-Seksi Penata Umat & Kolektan mengatur tata tertib Perayaan Ekaristi dan ibadat lainnya, mengatur pembagian dan jadwal tugas para kolektan.

 

BIDANG PELAYANAN


3.1. SEKSI KERASULAN KELUARGA

Dalam pertemuan para pastor dengan Bapa Uskup di Sukabumi di bulan Mei 1993, telah diputuskan dibentuk Seksi Kerasulan Keluarga (SKK) di tingkat Paroki yang berinduk dengan Komisi Kerasulan Keluarga KAJ (Komkaka KAJ), serta membentuk Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) di tingkat Dekanat guna melayani calon-calon pasangan keluarga baru dengan lebih sungguh-sungguh. Koordinator pertama SKK adalah pasutri Bapak J.B. Agus Supaat dan Ibu M.A. Hadiyanti. Mereka bertugas memberikan kursus persiapan perkawinan di tingkat Dekanat disamping juga mendampingi keluarga, membantu mengatasi keluarga yang bermasalah, dan sudah beberapa tahun menyelenggarakan Konseling Keluarga. Anggota tim selama ini adalah pasutri Marriage Encounter (ME). SKK juga memberikan pembekalan kepada calon pengantin yang meliputi Hukum Kanonik Gereja, Komunikasi Keluarga, Ekonomi Rumah Tangga, Seksualitas dan Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Pendidilan Anak dan Panggilan. Selain itu SKK juga bertujuan menyiapkan dan mendampingi keluarga Kristiani agar menjadi 'sakramen kasih Allah' dalam seluruh hidup, baik dalam keterlibatan mereka di tengah umat maupun di masyarakat luas.
Tugas Seksi Kerasulan Keluarga menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):
Mempersiapkan dan membina kehidupan berkeluarga secara Katolik, mencegah semakin banyaknya perkawinan campur agama, memberikan penjelasan ajaran Gereja tentang Keluarga Berencana dan hormat terhadap kehidupan (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 5)


3.2. SEKSI KEPEMUDAAN (dahulu Seksi Mudika)

Maret 1975 Mudika dibentuk karena kebutuhan. Daerah Cengkareng yang telah bertumbuh menjadi daerah industri baru telah membuat banyak pemuda perantau bekerja di wilayah Paroki ini. Mereka berasal dari berbagai daerah dan kebanyakan dari mereka tidak saling mengenal. Ketua Mudika pertama, Bapak Felix Wiratmo, ternyata berhasil menghimpun mereka. Para aktivis Mudika berupaya terus mencari, menghimpun, dan memberdayakan muda-mudi. Maka, kegiatan koor pun dibentuk, olahraga bersama diadakan, dan pertemuan berkala dilakukan. Mereka umumnya karyawan muda, tetapi beberapa dari mereka tidak senantiasa dapat berhimpun. Maklumlah, sebagian dari mereka bekerja paruh waktu.

Kaum muda adalah harapan dan masa dengan Gereja serta masyarakat. Arah dan pembinaan kaum muda adalah membantu perkembangan diri mereka sebagai manusia dan sebagai orang Katolik Indonesia yang tanggap, tangguh, serta terlibat dalam menggereja dan bernegara. Untuk itulah pembinaan kaum muda sangat diperlukan supaya mereka mampu menemukan dan mengembangkan nilai-nilai Kristiani, cinta tanah air, memiliki suara hati yang jernih, kebebasan dan tanggungjawab pribadi, berdaya cipta serta memiliki semangat membangun. Maka menjadi tugas Seksi inilah untuk selalu mendampingi dan melayani kaum muda dalam kegiatan-kegiatan kelompok maupun perorangan yang menyangkut bidang kehidupan iman dan kegerejaan, kemandirian dan kehidupan bersama, serta kemanusiaan dan kemasyarakatan. Nantinya, diharapkan kaum muda mampu berkembang sesuai dengan harapan Gereja.

Mudika dalam pasang surut perjalanannya telah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan dan pelayanan Paroki, juga kegiatan untuk pengembangan jiwa dan kepribadian anggota Mudika sendiri. Kegiatan Mudika di Paroki dilaksanakan oleh Kelompok Kegiatan yang ada, yakni:

Mutripala (Mudika Trinitas Pencinta Alam) terbentuk pada bulan Oktober 1996, diawali oleh para kaum muda yang terlibat dalam kemping mudika saat itu. berpegangan pada motto "Non Verbo Sed Exemplo", Mutripala ingin melakukan sesuatu tidak/bukan hanya dengan kata-kata melainkan melalui suatu tindakan yang nyata dan berguna. dengan kata lain, Mutripala tidak ingin "NATO" - No Action, Talk Onlu - istilah populer gaulnya.

Sebagai wadah kegiatan kepemudaan yang mengarah pada aktivitas di alam bebas (mendaki gunung, penjelajahan hutan, berkemah), Mutripala juga tidak meluapkan kegiatan sosial dengan selalu siap membantu kegiatan-kegiatan Paroki seperti pemeliharan taman, kebersihan gereja, parkir, dan lainnya.

Dalam perjalanannya, Mutripala telah banyak melakukan kegiatan outdoor seperti pendakian perdana di tahun 1996 ke Gunung Gede, napak tilas 100 tahun Gereja Katolik Betawi di tahun 1996, ekspedisi ke Taman Nasional Ujung Kulon di tahun 1997, latihan rapelling yang mulai diadakan tahun 1997, latihan wall climbing dan latihan kano/dayung dan SAR yang bekerjasama dengan pihak-pihak lain (keduanya sejak tahun 2001), ekspedisi pendakian ke berbagai gunung, dan kemping rekreasi.

Antiokhia merupakan wadah kegiatan Mudika yang dibentuk sejak tahun 1985 dalam suatu 'weekend' yang dipandu oleh Romo Peter K. Subagyo, OMI. Antiokhia menjadi suatu wahana kaum muda untuk mengajak kaum muda lainnya mendalami iman mereka lewat suatu persekutuan, persaudaraan, persahabatan, untuk kemudian mulai mengambil bagian dalam hidup menggereja bersama kaum muda yang lain. Dengan demikian, lewat Antiokhia, kaum muda menjadi sadar atas panggilan mereka untuk saling menjaga - dari banyaknya pengaruh negatif pergaulan di era globalisasi ini - saling menguatkan, dan merasul bersama.

Kegiatan pokok Antiokhia adalah 'weekend' yakni program kegiatan penerimaan anggota baru semacam retret yang diselenggarakan di suatu tempat (rumah/sekolah/wisma) dari, oleh dan untuk kaum muda. Bimbingan diberikanoleh anggota tim yang pernah mengikuti 'weekend' serupa sebelumnya serta para 'alumnus' Antiokhia yang disebut 'Antiokher' senior dan pengurus. Setelah weekend, kegiatan yang penting adalah 'follow up' yakni kegiatan lanjutan dari weekend yang merupakan penyegaran materi yang pernah diperoleh dalma weekend.

Pembimbing sekaligus sebagai pendamping para kaum muda Antiokhia disapa sebagai 'Papi-Mami'. Beberapa nama Papi-Mami tercatat dalam perjalanan sejarah Antiokhia adalah Papi Joan Taroreh & Mami Melania Halim (WE 1, 1985); Papi Pius Effendy & Mami Catharina Djie Djie (WE 2, 1986); Papi Nurtjahyo & Mami Inggar (WE 4, 1988); Papi Johanes D. Polim & Mami Vera Maria Kasimo (WE 14, 1998); Papi Darius Rio Welly & Mami Christina (WE 19, 2003).

Mudika berusia 15-21 tahun dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti weekend Antiokhia. Setelah mengikuti weekend, para peserta telah menjadi Antiokher seumur hidupnya.

Antiokhia memang memiliki andil besar dalam pembinaan iman kaum muda di Paroki Cengkareng semenjak kelompok ini dibentuk hingga sekarang. Tercatat beberapa nama yang menerima panggilan khusus seperti Sr. Priska Linda Maria Josephine Sudarta, ADM (WE 1); Rm. Theodorus Treka Permonosidi, Pr (WE 12). Beberapa aktivis Gereja juga merupakan 'jebolan' Antiokhia seperti V. Khoe Yu Chai (WE 1) saat ini menjabat sebagai Ketua Seksi P & P Gereja; Sudjono Naliman (WE 1) Ketua Mudika 1980 dan juga pernah menjadi Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah; B. Max Rizal P. (WE 5) yang menjadi Ketua Mudika 1994-1996 dan sekarang sebagai Wakil Ketua Seksi Komsos Paroki; Michael Martubongs (WE 1) yang menjadi Prodiakon, pernah pula menjadi Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah; Fransisca Natalia K. H.B. (WE 1) yang menjadi Ketua Lingkungan, dll.

Romo Peter K. Subagyo, OMI yang membawa masuk program Antiokhia ke Paroki Cengkareng pernah berkata kepada para pengurus WE: "Saya percaya bahwa kaum muda akan menjaga kegiatan ini dan mereka akan mewariskannya kepada adik-adik mereka. Saya juga percaya bahwa Mami Papi serta Pastor Paroki (di mana ada program Antiokhia) akan bangga dan berusaha supaya sebanyak mungkin kaum muda bisa mengalami weekend Antiokhia dan menjadi lebih bersatu sebagai kaum muda, dan lebih bersatu dengan Yesus dan Gereja."

Persekutuan Doa Muda-Mudi Katolik (PDMK) Thomas Aquinas yang dibentuk pada 12 Juli 1997 adalah salah satu wadah para Mudika untuk berkumpul memuji dan menyembah Tuhan secara khusus dalam doa bersama serta mengadakan sharing, doa syafaat, dan mengunjungi orang sakit. Kelompok pendoa seperti ini akan sangat berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Kelompok ini bagaikan pelita yang senantiasa bersinar menerangi kegelapan. Ruang dunia yang kadang redup oleh ketidakadilan, penindasan, kekerasan, dna tindakan kotor sangat memerlukan 'terang' Allah Bapa lewat peranserta para muda pendoa.

Pada periode Dewan Paroki ke-10 (2005-2008), Seksi Kepemudaan mulai disebut sebagai Seksi Mudika dengan mendapat pendampingan penuh dari sepasang suami-istri.

Tugas Seksi Mudika menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Membina dan mendampingi kaum muda, melibatkan mereka dalam menunaikan dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas supaya berkembang menjadi orang-orang dewasa yang mampu mengambil bagian dalam pengabdian kepada Gereja dan masyarakat (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 6)

Mutripala: mengkoordinir, menggerakkan, melaksanakan dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pencinta alam sesuai dengan rencana kerja organisasi Mudika.

Antiokhia: mengkoordinir kepengurusan Antiokhia dalam membina anggota Antiokhia sebagai salah satu wadah kaderisasi Mudika.

Roses

Mudika PDKK

 

3.3. SEKSI KERASULAN AWAM

Berdasarkan Konsili Vatikan II dalam Dekrit Kerasulan Awam bab III no. 9 disebutkan bahwa dasar kerasulan awam adalah bahwa kaum awam itu menjalankan kerasulan yang serba ragam baik di dalam umat Gereja maupun di tengah dunia. Forum Kerasulan Awam hendaknya menjadi ajang pendidikan kerasulan bagi tokoh-tokoh umat Paroki agar dengan lebih bersemangat dan tanpa ragu-ragu berjuang melalui karyanya masing-masing di tengah masyarakat dan dengan demikian pula akan memperoleh sukses yang berlipat bagi hidupnya sendiri maupun bagi keselamatan sesamanya (Dekrit Kerasulan Awam bab VI no. 28-32).

Peranan Seksi ini adalah untuk meningkatkan penghayatan iman agar dapat menjiwai peran serta fungsi karya kerasulan umat lewat profesi masing-masing yang mampu mewujudkan sikap Gereja yang terbuka dalam hubungannya dengan mereka yang berbeda kepercayaan. Seksi ini juga menghimpun dan mengarahkan agar bidang-bidang kerawam lebih berdayaguna, bertahanguna dan berdaya tarik sebagai karya Gereja yang misioner, yang mengkonkritkan karya keselamatan Kristus yang ditujukan untuk semua orang.

"Mengubah wajah kita di cermin menjadi seperti wajah Kristus" memang tidak mudah, tetapi beberapa tokoh awam Katolik sejauh ini telah menunjukkan perannya untuk berusaha ke arah itu, seperti Bapak Adi Kurdi, tokoh "Abah" dalam sinetron 'Keluarga Cemara' yang pernah secara khusus diundang ke Paroki Cengkareng untuk berbagi pengalamannya dalam Seminar Kerasulan Awam.

Tugas Seksi Kerawam dan HAK menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menggiatkan kaum awam untuk meningkatkan kerasulannya di dalam kehidupan Gereja dan tata dunia sesuai dengan tugas yang diterimanya dalma permandian da penguatan (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 8) dengan cara menyebar luaskan pengertian yang benar dan utuh mengenai "kerasulan awam" kepada seluruh umat paroki, dan membina dialog serta kerja sama antar agama.

 

3.4. SEKSI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (dahulu disebut Seksi Sosial Paroki)

Bersamaan dengan pertemuan umat yang semakin berkembang, berbagai kebutuhan pun bermunculan. Kebutuhan rohani, psikologis, sosial, pendidikan, keuangan, dan karitatif semakin meluas. Secara informal kegiatan ini sudah dimulai pada pertengahan 1975, tetapi secara resmi Seksi Sosial Paroki (SSP) baru dibentuk pada 26 September 1978 dengan Ketua pertamanya Ibu C. Sumarsih. Untuk dapat lebih melayani umat yang memerlukan bantuan yang tidak mungkin lagi ditangani oleh Pastor Paroki maupun Dewan Paroki, maka Dewan Paroki segera menugasi Pengurus Lingkungan untuk membentuk Seksi Sosial Lingkungan. Pada 27 November 1978 SSP melahirkan Koperasi Kredit Usaha Sejahtera.

Tugas utama Seksi PSE ini adalah memberikan perhatian/bantuan sosial ekonomi kepada umat yang menderita, tersingkir, terlupakan karena keadaan sosial ekonomi yang lemah/kurang beruntung. PSE juga bertugas untuk melibatkan serta mengajak peran serta seluruh umat di paroki untuk menumbuhkan sikap dan perilaku sosial terhadap sesamanya di dalam kehidupan sehari-hari.

Pelayanan yang diberikan PSE meliputi bidang karitatif, pendidikan/bea siswa, perumahan, modal usaha, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Contoh-contoh konkrit kegiatan yang telah dilakukan seperti memberikan bantuan rutin bagi keluarga pra-sejahtera dalam bentuk sembako/susu, menyalurkan tenaga umat yang menganggur, mmberikan bantuan dana kepada umat yang tidak dapat menjangkau biaya pembuatan SIM, dan menjelang Natal setiap tahunnya, PSE bersama-sama Seksi Sosial Lingkungan akan bekerjasama membagikan 'Bingkisan Natal' bagi umat yang benar-benar membutuhkan di Lingkungan-Lingkungan.

Sejak tahun 2000 PSE juga menyelenggarakan Program APS - Aksi Peduli Sesama, sebuah program kepedulian kepada sesama yang miskin dan menderita di sekitar wilayah Paroki kita. Program APS ini hanya ditujukan kepada sesama yang berbeda agama (non-Katolik) dan biasanya dilaksanakan menjelang hari raya Idul Fitri.

Dalam menjalankan misinya, PSE selalu membuka pintu bagi umat yang ingin memberikan bantuan seperti dana (dapat langsung diserahkan ke kantor PSE), menjadi orangtua asuh, memberikan baju layak pakai, atau memberikan bahan-bahan natura (beras, susu, gula, mie instant, dan sebagainya). PSE pun menggalang kerjasama dengan Wilayah dan Lingkungan di Paroki guna bersama-sama bertanggungjawab menangani sendiri bantuan pelayanan karya sosial ekonomi bagi warganya.

Perkumpulan Kematian Katolik St. Yusup (PKK St. Yusup) dibentuk tahun 1975 dengan tujuan melayani dan meringankan - secara jasmani dan rohani - beban keluarga Katolik yang anggotanya meninggal dunia.

Pada awalnya, anggota St. Yusup hanya terdiri dari beberapa keluarga saja, sesuai dengan jumlah umat Katolik di Cengkareng saat itu. Dengan jumlah yang sedikit, mereka dapat saling mengenal dekat dan melayani di antara mereka. Jumlah ini terus bertambah sejalan dengan perkembangan jumlah umat di Paroki.

Patut disayangkan, masih banyak keluarga Katolik di Paroki Cengkareng ini yang belum menjadi anggota St. Yusup, padahal - belajar dari pengalaman - keluarga biasanya tidak siap dan bingung (baik di dalam pelayanan rohani maupun jasmani) apabila terjadi kematian salah satu anggota keluarganya.

Tugas Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengajak umat untuk memberikan waktu, perhatian, dan bantuan khusus kepada kaum miskin, yang sakit/yang mengalami penderitaan, ketidak-adilan, diskriminasi, dan cacat-cacat sosial lain (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 9)

Sub-Seksi Orang Tua Asuh dan Beasiswa: mengajak dan menghimpun umat untuk memberikan perhatian dan bantuan pada anak sekolah yang kurang mampu dengan cara menjadi orang tua asuh dan memberikan beasiswa; mengadakan seleksi pada siswa-siswa yang memerlukan bantuan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan; menyalurkan bantuan beasiswa kepada para siswa yang telah diterima dan terdaftar sebagai anak asuh; membukukan dengan baik dana yang terhimpun dan secara berkala melaporkannya kepada Ketua Seksi.

Sub-Seksi Karitatif dan Pinjaman: memberikan bantuan pada mereka yang mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti untuk modal usaha, perumahan, kesehatan, dan sebagainya, dengan memberikan bantuan uang baik secara rutin (misalnya untuk lansia) atau hanya sekali saja; memberikan pinjaman uang yang pengembaliannya dapat diangsur kepada umat yang membutuhkan untuk suatu keperluan yang mendesak.

Sub-Seksi Tenaga Kerja: mendata mereka yang memerlukan pekerjaan, mengusahakan memberikan/meningkatkan ketrampilan, mencarikan lowongan pekerjaan dengan berbagai cara dan menyalurkan para pencari kerja tersebut.

Sub-Seksi Kesehatan: mengusahakan bantuan/keringanan biaya pengobatan dengan berbagai cara, termasuk menyelenggarakan klinik gratis/murah, merekrut dokter dan paramedis sukarelawan dan sebagainya.

Sub-Seksi Kematian: mengusahakan bantuan bagi umat yang meninggal baik anggota/bukan anggota Santo Yusup.

 

3.5. SEKSI PANGGILAN

Tugas utama Seksi Panggilan adalah menyadarkan seluruh umat, khususnya keluarga dan lembaga pendidikan Katolik, dalam tanggungjawab bersama atas tumbuh dan lestarinya panggilan imam, biarawan/biarawati, dan 'lembaga hidup bakti' lainnya.

Dalam kegiatan rutinnya, Seksi Panggilan menyelenggarakan Doa Panggilan bersama keluarga yang anggotanya menerima panggilan khusus, juga bersama umat umumnya.

Di tahun 2003, Seksi Panggilan membidani lahirnya kelompok puteri pelayan Altar yang disebut "Puteri Legio Ekaristi", sebuah kelompok remaja puteri kelas 5 SD s/d 1 SMU yagn terlibat dalam membantu/melayani Misa Kudus.

Guna memperkenalkan kehidupan seorang yang mengalami panggilan khusus, Seksi Panggilan mengundang kelompok orkestra dari Seminari Wacana Bakti dan trio musisi nasional Katolik (Ireng Maulana, Didi SSS, dan Tony Suwandi) untuk memeriahkan Minggu Panggilan.

Komunitas basis terkecil adalah keluarga. Keluarga adalah seminari kecil karena dari keluarga-lah datang panggilan menjadi biarawan/biarawati. Cukup banyak keluarga yang tidak menyetujui permintaan anaknya untuk masuk seminari atau biara, tapi tak sedikit pula yang merestuinya. Keluarga yang menumbuhsuburkan panggilan merupakan dambaan Gereja. Umat perlu selalu menyadari bahwa anak (hanyalah) "titipan Allah" dan dirinya diutus untuk merawat, mendidik, dan mengembangkan mereka menjadi warga yang mandiri dan unggul, dan selanjutnya berserah pada Tuhan - terjadilah apa yang Tuhan kehendaki atas anaknya itu.

Lembaga pendidikan sangat bertanggungjawab untuk menciptakan suasana bertumbuh-kembangnya panggilan. Sekolah seharusnya mempunyai data alumni yang menempuh panggilan khusus dan terus mengikuti perkembangan panggilan itu. Keluarga pun sebaiknya melaporkan ke Paroki jika ada putera atau puterinya yang menekuni panggilan khusus. Orangtua tidak perlu berpikir "jangan-jangan gagal" sebab Paroki dan sekolah membutuhkan data ini. Berhasil atau gagal adalah dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pernah memulai sudah cukup baik, dan istimewa jika dapat berlanjut sampai selesai. Untuk ini perlu selalu dukungan doa bukan saja dari sanak keluarga tetapi juga dari seluruh komunitas Gereja.

Tugas Seksi Panggilan menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menyadarkan seluruh umat, khususnya keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan Katolik, dalam tanggungjawab bersamanya atas tumbuh dan lestarinya panggilan imam, biarawan/biarawati, dan lembaga hidup bakti lainnya. (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 7)

Sub-Seksi Legio Ekaristi


3.6. SEKSI PENDIDIKAN

Seksi Pendidikan baru dibentuk pada Kepengurusan Dewan Paroki XII periode 2011-2014. Bermula dari keprihatinan Gereja akan adanya umat yang tidak mampu memenuhi biaya pendidikan anaknya, maka sejak ulang tahun Paroki Trinitas ke-33, Dewan Paroki memperkenalkan sebuah program dengan nama "Ayo Sekolah" (AyoS). Program AyoS inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal dibentuknya Seksi Pendidikan di Paroki Trinitas, Cengkareng. Tugas utama Seksi Pendidikan adalah menjalankan program AyoS dengan menjadi jembatan bagi umat yang mau berbagi berkat dengan menjadi orangtua asuh dengan umat yang meminta bantuan sebagai anak asuh.

BIDANG PERSEKUTUAN


4.1. SEKSI HUBUNGAN ANTR AGAMA DAN KEPERCAYAAN (HAK)

Seksi HAK baru terbentuk di Kepengurusan Dewan Paroki ke-8 (masa bakti 1999-2002), tetapi kegiatannya justru dimunculkan oleh Panitia Yubilium Agung 2000 dengan membuat Perayaan Natal Eukumenis di bulan Januari 1999 dan dilanjutkan dengan pertemuan serta hubungan periodik antara Pimpinan Gereja serta Majelis sebagai forum komunikasi yang lebih terasa dibutuhkan kehadirannya.
Sejak tahun 1997 di Jakarta Barat telah dibentuk Forum Komunikasi Umat Beragama Jakarta Barat (FKUB) dengan anggota para pemimpin agama setempat - termasuk di dalamnya Pastor Paroki Cengkareng. Kegiatan FKUB antara lain adalah pembagian sembako oleh umat beragam agama yang menjadi anggota Forum guna mengatasi dampak krisis sosial ekonomi yang melanda Indonesia. Adapun tempat pelaksanaan kegiatan ini berpindah-pindah, baik di lingkungan Mesjid dan Gereja di wilayah Jakarta Barat. Beberapa tokoh Paroki yang aktif dalam berbagai kegiatan FKKUB ini antara lain Bpk. S. Dirgono Mastu, Bpk. F.X. Budiman, dan Bpk. Suryo Sutanto.

Paroki Cengkareng dengan WP/WKRI serta PSE-nya mengambil peran aktif dalam setiap kegiatan HAK tanpa menimbulkan friksi dari golongan lain. Dengan adanya FKUB, maka komunikasi antar agama di tingkat Jakarta Barat berkembang positif, bahkan FKUB menjadi kebanggaan pembinaan sosial-agama di DKI Jakarta. Bapak Walikota Jakarta Barat pun turut bangga dengan pencapaian ini dan menunjukkan penghargaannya dengan hadir dalam Perayaan Natal dan Tahun Baru 2000 yang diselenggarakan oleh Wilayah VIII. Dalam acara itu, gamelan milik Paroki Cengkareng dimainkan oleh para pemuda Mesjid yang menyenandungkan lagu-lagu Natal. Alangkah indahnya hidup dalam kebersamaan dan rasa persaudaraan!

Tugas Seksi HAK menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menggiatkan kaum awam untuk meningkatkan kerasulannya di dalam kehidupan Gereja dan tata dunia sesuai dengan tugas yang diterimanya dalma permandian da penguatan (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 8) dengan cara menyebar luaskan pengertian yang benar dan utuh mengenai "kerasulan awam" kepada seluruh umat paroki, dan membina dialog serta kerja sama antar agama.

 

Selain Seksi-Seksi di atas, dalam Bidang Pelayanan dibentuk juga Bagian-Bagian untuk melaksanakan dan memperlancar tugas Dewan Paroki di bidang pemeliharaan sarana fisik Gereja. Adapun Bagian-Bagian yang ada di Paroki Cengkareng adalah sebagai berikut:

BAGIAN PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN GEREJA (P & P)

Bidang ini adalah perangkat Paroki yang berperan sangat penting dalam mengupayakan optimalisasi pengelolaan inventaris Gereja dan menciptakan rasa nyaman, tertib dan aman dalam diri umat yang mengikuti peribadatan maupun yang melakukan pelayanan.

Banyak hal yang telah dihasilkan oleh Bagian ini seperti penambahan teras kiri, kanan serta depan gereja, penutupan saluran air, pembuatan taman di depan pintu gereja, pengaturan dan penambahan tata suara, penggantian kipas angin serta pengaturan parkir mobil dan motor. Kerja keras Bagian ini sudah tentu membutuhkan dukungan seluruh umat yang secara langsung menggunakan sarana-sarana yang ada.

Tugas Bagian P& P menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan gedung-gedung, halaman dan tanaman di kompleks paroki. (Pedoman Dasar pasal 9 ayat 7)

Sub-Bagian Gedung: melaksanakan pemeliharan dan perbaikan gedung-gedung di paroki.

Sub-Bagian Taman: melaksanakan pemeliharan taman di sekitar gedung gereja, gedung paroki, dan pastoran agar tetap hidup, indah, dan rapi.

Sub-Bagian Dekorasi dan Kebersihan Gereja: mengatur dan menyediakan bahan keperluan dekorasi di dalam gedung gereja khususnya untuk Perayaan Ekaristi atau perayaan lainnya seperti bunga, penutup altar, gorden, dan sebagainya, serta memelihara kebersihan dalam gereja dan ruang sakristi.

Sub-Bagian Inventaris: memelihara dan menyimpan dengan rapi seluruh inventaris milik paroki serta membuat daftar inventaris untuk secara berkala dilaporkan kepada PGDP.

 

BAGIAN UMUM DAN PERSONALIA

Bagian ini dibentuk pada bulan Agustus 1999 dengan maksud meningkatkan pelayanan dan sumber daya para karyawan yang bekerja di Gereja sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dan disiplin sesuai dengan tugas yang diberikan. Para karyawan Gereja yang dimaksud meliputi Sekretariat, Koster, Pemeliharaan Gedung, Kebersihan dan Pertamanan, dan Satpam. Diharapkan Bagian ini dapat meringankan tugas Pastor Paroki dalam berurusan dengan para karyawan sehingga para Pastor dapat berkonsentrasi penuh pada tugas pastoral yang diembannya.

Tugas Bagian Umum dan Personalia menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengawasi dan membina para karyawan purna waktu dan paroh waktu yang bekerja di paroki agar bekerja dengan baik dan disiplin sesuai dengan tugas yang diberikan, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang belum dilakukan oleh Bagian lain.

Sub-Bagian Parkir: mengatur dan memelihara keamanan sehari-hari di kompleks gereja, mengatur dan menjaga parkir kendaraan pengunjung gereja, gedung paroki, dan pastoran khususnya sewaktu ada perayaan atau kegiatan lainnya.

 

BAGIAN RUMAH TANGGA PASTORAN

Bagian ini ditangani oleh ibu-ibu Paroki yang amat peduli dengan keadaan pasturan yang memerlukan pelayanan seperti penyediaan makan para imam, kebersihan, serta urusan rumah tangga sehari-hari yang tak mungkin dilakukan sendiri oleh para imam. Peran para ibu ini sangat membantu tugas para imam dalam masalah sehari-hari, sehingga para imam memiliki waktu cukup untuk pelayanan pastoralnya - walau tidak akan pernah cukup.

Tugas Bagian Rumah Tangga Pastoran menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengurus segala keperluan rumah tangga pastoran sesuai dengan kebutuhan dan permintaan Pastor Kepala Paroki. (Pedoman Dasar pasal 9 ayat 8)

 

BAGIAN PENDATAAN UMAT

Bagian Pendataan Umat dibentuk pada Kepengurusan Dewan Paroki XII dikarenakan adanya kebutuhan mendesak untuk dengan cermat dan teliti untuk sungguh-sungguh menaruh perhatian pada pendataan umat di Paroki Trinitas, Cengkareng, sehingga angka-angka yang dihadirkan adalah akurat yang dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dan kebijaksanaan Gereja dalam banyak hal.

 

Add a comment

Gembala Paroki Trinitas

Paroki Cengkareng yang memiliki sekitar 3.000 KK, dengan umat sekitar 9.300 orang ini digembalakan oleh para Imam dari Kongregasi Oblat Maria Immaculata (OMI). Dalam mengemban tugas memelihara, merawat dan membesarkan Paroki Cengkareng lewat reksa pastoralnya, para Imam OMI ini dibantu oleh para Suster dari Kongregasi Amalkasih Darah Mulia (ADM) dan Jesus Maria Joseph (JMJ). Imam OMI yang kini sedang berkarya di Paroki Cengkareng hanya 2 orang saja. Marilah kita mengenal lebih dekat satu per satu dari mereka:

 

Romo F.X. Rudi Rahkito Jati, OMI

Romo FX. Rudi Rahkito Jati OMI lahir di Yogyakarta, pada tanggal 14 Agustus 1969. Rudi adalah anak bungsu (no.9) dari pasutri Bapak Yohanes Subandi Hadisiwoyo dan Ibu Maria Adelia. Pada usia sekitar 4 tahun, karena alasan pekerjaan sang ayah, keluarganya pindah ke  Temanggung, sebuah kota kecil di lereng Gunung Sumbing, Jawa Tengah. Pada usia 4,5 tahun ia dibaptis oleh Romo LJ. Bussemakers MSF di Gereja Santo Petrus & Paulus, Temanggung.

Sudah sejak kelas 4 SD, Rudi bercita-cita menjadi seorang imam yang bekerja di daerah misi. Rudi kecil "bermain-belajar bernyanyi dan melukis" di TK Cor Iesu di bawah bimbingan para suster PI. Kemudian Rudi mengenyam pendidikan dasar di SD dan SMP Kanisius, Temanggung.

Setelah lulus SMP, Rudi melanjutkan pendidikan di Seminari Mertoyudan, Magelang (1985-1989). Sewaktu di Seminari Mertoyudan, Rudi mempunyai minat yang besar dalam  bidang dekorasi panggung, fotografi dan sepak bola.
Setelah menyelesaikan pendidikan seminari menengah, Rudi diterima di novisiat OMI di Condong Catur, Sleman, DIY (1989-1990). Selanjutnya frater Rudi mengikuti formasi di skolastikat OMI serta mengenyam pendidikan filsafat dan teologi pada Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (1990-1996). Dalam masa skolastikat, frater Rudi pernah mendapat kesempatan untuk TOP (=Tahun Orientasi Pastoral) di Seminari OMI di Melbourne dan Iona College di Brisbane, Australia. Frater Rudi mengikrarkan kaul kekal sebagai OMI pada tanggal 10 Desember 1995 di kapel Seminari Tinggi OMI, Condong Catur, DIY. Setelah melaksanakan masa diakonat selama 6 bulan di Paroki Sepauk, Sintang, Kalbar, frater Rudi menerima tahbisan imamat dari tangan Mgr. P.S. Hardjasoemarto MSC di Banyumas pada tanggal 4 Juli 1997.
Sebagai imam muda, Romo Rudi mendapat penugasan pertama di paroki Banyumas selama 5 bulan, kemudian berpindah ke Paroki Lubang Buaya, Jakarta Timur (1 Januari 1998 - Juli 2000). Dari Jakarta, Romo Rudi dimutasi ke Paroki Dahor, Balikpapan (Juli 2000-2003). Pada bulan Januari 2004, Romo Rudi melaksanakan perutusan baru  sebagai formator / pembimbing para novis OMI di Yogyakarta (2004-2011).
Pada bulan Agustus 2011, Romo Rudi pindah tugas ke Kaliori, Banyumas, di mana ia bertanggung jawab atas pengelolaan Rumah Retret dan tempat ziarah Gua Maria Kaliori sekaligus merangkap sebagai sekretaris Provinsi OMI Indonesia.Pada awal bulan September 2013, Romo Rudi pindah ke paroki Cengkareng, Jakarta. Sejak bulan Mei 2015 hingga sekarang Romo Rudi mengemban tugas sebagai Pastor Kepala Gereja Trinitas, Cengkareng.
Sebagai pastor paroki, Romo Rudi OMI berusaha membawa segenap kawanan domba di paroki ini makin memahami dan menghayati Trinitas' Way dalam segala aspek kehidupan dan pelayanan kita.
Trinitas' Way adalah seperangkat spiritualitas yang diinspirasikan dan ditimba dari pribadi Tri Tunggal Mahakudus sendiri. Adapun spiritualitas yang dimaksudkannya adalah kita semua diharapkan bertumbuh menjadi insan yang
Taat, refleksif, imani, nurani, inisiatif, teamwork, antisipatif, sederhana, dan selalu ber syukur.
Sebagai seorang imam, Romo Rudi OMI sangat menuntut kekhidmatan, keindahan dan kelancaran dalam perayaan sakramen, khususnya Ekaristi. Selama masa pandemi Covid-19, puluhan lagu rohani sederhana tentang Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santo Yosep,  dll telah diciptakan olehnya untuk memberi suasana baru dalam misa offline maupun 'live-streaming'. "Pertama, saya sendiri juga heran kok saya bisa bikin lagu seperti itu. Kedua, menggunakan lagu ciptaan sendiri lebih aman daripada nanti berurusan dengan pihak YouTube karena ada masalah hak cipta kan," demikian jawaban Romo ketika ada yang bertanya perihal lagu-lagu ciptaannya yang diputar dalam misa live streaming gereja Trinitas.
Romo Rudi juga suka mengoleksi cerita dan video pendek nan inspiratif yang bisa mempermudah tugasnya dalam berkotbah maupun mengajar. Beberapa buku koleksi cerita bermakna-nya telah diterbitkan.
Selain itu ia juga suka berinovasi maupun merenovasi agar berbagai kegiatan, pelayanan dan fasilitas di Paroki Cengkareng menjadi lebih tertata rapi, baik dan aman. "Ibaratnya tukang, saya ini sekedar membersihkan rumput liar pada sebuah taman yang indah," kata Romo Rudi perihal berbagai kegiatan renovasi yang telah dilakukannya selama ini.
Sejak bulan Juni 2021, Romo Rudi merangkap tugas sebagai Deken Jakarta Barat 2.

 

Romo Gregorius Basir Karimanto, OMI

Lahir di Promasan, 21 Mei 1956 dan ditahbiskan di Cilacap, 27 Februari 1987 sebagai putera Indonesia pertama yang menjadi Imam Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI). Sebagai karya pertamanya, Romo Basir diutus berkarya di Paroki St. Stefanus, Cilacap (1987-1992). Beliau kemudian dikirim belajar di Saidi Centre, Filipina selama setahun (1992-1993) dan kemudian menjadi Magister Novis selama 6 tahun di Yogyakarta (1996-2000). Di pertengahan September 2000, Romo Basir mulai berkarya di Paroki Trinitas, Cengkareng, sebagai Romo Rekan hingga Agustus 2002 saat Beliau dipercaya menjadi Kepala Paroki Trinitas, Cengkareng (2002-2007). Romo Basir kemudian melanjutkan karya pelayanannya di Paroki St. Petrus dan Paulus, Dahor, Balikpapan mulai awal tahun 2007 hingga tahun 2009. Dalam Masa Sabatikal yang dijalaninya di tahun 2010, Romo Basir mengikuti kursus di Yerusalem dan Louven, Belgia. Sebelum kembali diutus untuk berkarya di Paroki Trinitas, Cengkareng mulai awal tahun 2012, Romo Basir sempat pula berkarya di Paroki St. Stephanus, Malinau, Kalimantan Timur, selama 1 tahun (2011-2012).

Romo Basir mengakui bahwa kembali berkarya di Paroki Trinitas, Cengkareng adalah seperti masuk ke tempat yang baru meski baru 5 tahun meninggalkan Cengkareng. "Banyak sekali perubahan, terutama cara-cara karya Paroki. Saya harus menyesuaikan lagi, harus banyak belajar lagi." Romo Basir berharap Beliau dapat bekerjasama dalam mengembangkan Paroki Trinitas. "Saya akan berharap sekuat tenaga untuk terus melayani umat. Banyak yang belum dikerjakan selama saya berkarya di Trinitas waktu lalu, banyak juga karya-karya yang diperlukan dalam kondisi umat yang semakin berkembang."

Romo Peter Kurniawan Subagyo, OMI
Lahir di Melbourne, 16 Agustus 1953, Romo Peter  begitu Beliau biasa disapa  menghabiskan masa kecil dan mudanya di Melbourne. Beliau masuk seminari di tahun 1972 dan ditahbiskan sebagai imam di Gereja St. Michael, North Melbourne, 24 November 1978. Selepas menerima tahbisan imamat, Romo yang murah senyum, jenaka, dan ramah ini berkarya di Paroki Sefton, Sydney, Australia selama 5 tahun. Cita-citanya menjadi Misionaris OMI tercapai saat Beliau diutus ke Indonesia di tahun 1983.
Tugas pertama yang diemban Beliau adalah sebagai Asisten di Seminari Tinggi OMI, Condongcatur, Yogyakarta. Di tahun 1985, Romo Peter diutus berkarya di Paroki Cengkareng, sebagai Pastor Kepala Paroki, menggantikan Romo Petrus McLaughlin, OMI. Selama 5 tahun Romo Peter menggembalakan umat muda Cengkareng yang kala itu sedang mengusahakan berdirinya gedung gereja impian mereka. Dalam masa itulah gedung gereja berhasil dibangun dan diresmikan pada 21 Februari 1990 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Bapak Wiyogo Atmodarminto dan diberkati oleh Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto, SJ.
Mengakhiri masa karyanya di Cengkareng, di bulan Agustus 1990 Romo Peter ditugaskan kembali ke Yogyakarta sebagai Rektor Seminari Tinggi OMI hingga tahun 1996 saat Beliau dikirim kembali ke Jakarta untuk berkarya di Paroki Kalvari, Lubang Buaya. Selama masa karyanya di luar Cengkareng, Romo Peter masih cukup sering terlihat mampir di Cengkareng pada acara-acara khusus yang diadakan oleh Paroki.

 

Pada September 2007, oleh Provinsial OMI Indonesia, Romo Peter ditugaskan kembali ke Cengkareng. Wah... saya rasanya senang sekali. Saya punya banyak teman lama di sini, meski tidak berkarya di sini, saya masih terus mengikuti perkembangan Paroki Cengkareng. Saya senang karena begitu banyak saudara-saudari yang saya kenal dahulu hingga kini masih terlihat di gereja. Jadi saya datang ke tempat yang tidak begitu asing buat saya, ujar Romo Peter yang sangat memperhatikan perkembangan iman kaum muda dan yang membawa masuk kegiatan pembinaan iman kaum muda, Antiokhia, ke Cengkareng ini.

Menurut Romo Peter, Paroki Cengkareng punya potensi yang besar sekali, Saya melihat ada begitu banyak potensi dalam diri umat Cengkareng. Kita harus bersama-sama menggalinya. Di Paroki ini juga banyak terdapat keluarga muda. Melihat perkembangan zaman dengan segala masalahnya, juga dengan terjadinya krisis ekonomi global sekarang ini, saya pikir banyak keluarga di Paroki ini yang kena imbasnya. Mari bersama-sama kita bantu mereka yang berkesusahan. Saling menguatkan dalam menghadapi masa depan. Semangat menggereja umat yang luar biasa di Cengkareng ini dapat menjadi bekal untuk saling membantu sesama umat dalam menghadapi masalah. Tidak perlu menunggu Romo, umat pun dapat saling menguatkan dan memberi nasihat. Mungkin sekali tanpa sadar umat sudah melakukan hal demikian, kata Romo Peter yang punya hobi berolahraga tenis lapangan ini.

Dengan motto tahbisan All you priests praise the Lord Pujilah Tuhan, hai para imam Tuhan (Daniel 3:84), Romo Peter yang terus ingin menjadi seorang imam misioner yang melayani umat ini berharap: Kita semua harus menjadi Paroki yang menghadapi masa depan. Memang ada beberapa peristiwa yang tidak bagus yang harus kita hadapi, tapi dengan potensi dan kemampuan luar biasa yang ada pada umat, kita bisa terus maju. Banyak tantangan ke depannya, kita harus dapat melupakan kekurangan masa lampau untuk bergerak maju ke depan supaya Paroki kita bisa menjadi Paroki besar di lingkup Keuskupan Agung Jakarta. Jangan kita nanti malah menjadi Paroki dengan persoalan-persoalan besar, tapi jadilah Paroki yang bisa menunjukkan kekuatan dan potensi yang ada di Gereja kita ini.

Romo Ignatius Wasono Putro, OMI

 

Masa Tugas: 2000-2001(Tahun Orientasi Pastoral): Januari 2005 - September 2008. Usai menerima tabhisan imamatnya di Bulan Desember 2004, Romo Warsono diutus untuk berkarya di Paroki Cengkareng sebagai Pastor Pembantu. Romo Warsono banyak mendampingi kegiatan-kegiatan Mudika dan WKRI Cabang Trinitas. Beliau menaruh perhatian pada bersatunya semua kelompok remaja/Mudika di Paroki.

 

 

Romo Petrus J. McLaughlin, OMI

Pernah bertugas di Paroki Trinitas, Cengkareng pada Agustus 1978 hingga Mei 1984, Romo Petrus - begitu Beliau biasa disapa - kemudian dipercaya untuk menjadi Rektor Seminari Tinggi OMI dan kemudian terpilih sebagai Provinsial OMI Provinsi Indonesia yang ke-2. Di masa karyanya di Cengkareng, Romo Petrus dikenal sebagai Romo yang halus tutur katanya yang dijuluki "Romo Peternak Ayam" karena Beliau mengusahakan peternakan ayam potong sebagai salah satu cara pengumpulan dana penunjang kegiatan Gereja. Romo Petrus juga pernah berkarya lama di Keuskupan Agung Jakarta sebagai Romo Kategorial Wartawan dan Artis, serta yang terakhir sebagai Romo Kategorial Dokter-Dokter se-KAJ.

 

Para Gembala yang Pernah Bertugas di Paroki Cengkareng

Seiring dengan perkembangannya, Gereja Katolik Trinitas, Paroki Cengkareng, mengenal lebih dari 10 orang gembala. Para gembala ini datang dan pergi silih berganti, sesuai dengan kaul ketaatan mereka untuk bersedia ditugaskan di segala penjuru mata angin. Sumbangan jasa dan pemikiran para gembala yang tak kenal lelah dalam memimpin dan membimbing domba-domba kekasih Allah di Paroki Cengkareng ini tentu tak dapat kita lupakan begitu saja. Berikut adalah nama-nama para gembala yang pernah bertugas dari sejak terbentuknya Stasi Cengkareng

Nama : Romo Anton Mulder SJ
Masa Tugas : Juli 1972 - 1975
Pastor Kepala Paroki Tangerang yang mulai mempersiapkan umat bakal Paroki Cengkareng ke arah terbentuknya Paroki yang baru. Romo Anton menyelenggarakan Misa mingguan dan menunjuk beberapa umat untuk melaksanakan pendataan umat Katolik di wilayah Cengkareng.

Nama : Romo Patrick Moroney, OMI
Masa Tugas : Februari 1975 - Juni 1976
Romo Patrick Moroney, OMI adalahImamOMI pertama yang menjejakkan kakinya di wilayah bakal Paroki Cengkareng. Romo yang bertugas dengan sarana yang tidak memadai ini menaruh perhatian pada perkembangan Mudika.

Nama : Romo David Shelton, OMI
Masa Tugas : Juni 1976 - Agustus 1978
Sebagai Pastor Kepala Paroki dan Ketua Dewan Paroki yang pertama. Dalam bimbingannya, lahirlah Dewan Paroki, Seksi Liturgi dan dimulainya pelajaran agama Katolik bagi para calon baptis.



Nama : Romo James C. Kalchthaler, MM

Masa Tugas : September 1980 - 1994

 

Romo James berasal dari Tarekat Maryknoll Missioners - sebuah Tarekat Imam Praja di Amerika Serikat. Romo James bertugas sebagai Pastor Pembantu danmenjadi penggagas dimulainya Pelayanan Karismatik Katolik (PKK) di Paroki Cengkareng dan menjadi pembimbingnya. Beliau juga dikenal sebagai penggerak Koperasi Kredit Usaha Sejahtera. Romo James telah berpulang ke Rumah Bapa, 24 Juni 2007, dalam usia 81 tahun di Wisma Sta. Teresa, Maryknoll,  New York, Amerika Serikat.



Nama : Romo John O'Doherty, OMI
Masa Tugas : Mei 1984 - 1985 dan Oktober 1997 - Agustus 2002
Pastor Kepala Paroki dan Ketua Dewan Paroki III, VII & VIII. Beliau menaruh perhatian pada kemajuan Liturgi dan Prodiakon.

 

 

 

Nama : Frater Heribertus Boedhy Prihatna, OMI

Masa Tugas : 1987

Menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Cengkareng selama 1 tahun. Setelah ditahbis menjadi Imam di bulan Mei 1990, Romo Budi ditugaskan ke Kalimantan Barat dan meninggal dalam karyakarena kecelakaan lalu lintas.

 

Nama : Romo P. Jean-Pierre Meichel, OMI
Masa Tugas : 1994 - 1998
Sebagai Pastor Pembantu,Beliau yang tidak muda lagi ini tercatat berhasil membuat pemetaan Paroki Cengkareng secara tepat.

 

 

 

Nama : Romo Fransiskus Asisi Rumiyanto, OMI
Masa Tugas : 1995 - 1997
Pastor Kepala Paroki dan Ketua Dewan Paroki VII. Beliau dikenal dekat dengan umat tanpa pandang golongan sosial.

 

 

 

Nama : Romo Antonius Rajabana, OMI
Masa Tugas : Hingga Juni 1996 (Masa Diakonat) dan 1996 - 2000
Menjalani Masa Diakonat di Paroki Cengkareng, setelah menerima tahbisan imamatnya Romo Bono kembali ditugaskan di Cengkareng sebagai Pastor Pembantu hingga tahun 2000, saat Beliau meneruskan studi S2-nya di Yogyakarta

 

 

Nama : Romo Diakon F.X. Siswo Murdiono, OMI
Masa Tugas : 1996 - awal 1997
Menjalani Masa Diakonat di Paroki Cengkareng.

.

 

Nama : Romo Marcello, OMI
Masa Tugas : Akhir 1998 - Desember 1999
Rencananya, Romo Marcel akan bertugas ke pedalaman Kalimantan, tetapi karena tersangkut masalah perizinan, rencana ini kemudian tidak terealisir.
Nama : Romo Yakobus Priyana, OMI
Masa Tugas : 2000 - Desember 2002.
Sebagai Pastor Pembantu, Beliau menaruh perhatian besar pada perkembangan Sekolah Bina Iman dan Serikat Kepausan Anak Misioner Indonesia (SEKAMI)

Nama : Bruder Widodo, OMI
Masa Tugas : beberapa bulan hingga Agustus 2000 Sebagai Bruder yang diperbantukan pada Seksi Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PSE).

 

Nama : Romo Yohanes Wasisa Kusnandar, OMI
masa Tugas : Februari 2000 - September 2000 (Masa Pastoral Sesudah Studi); September 2000 - Mei 2001 (Masa Diakonat) dan Mei 2001 - Agustus 2001.
Menjalani Masa Pastoral Sesudah Studi dan Masa Diakonat di Cengkareng. Beliau kembali ditugaskan di Cengkareng seusai menerima tahbisan imamatnya sebagai Pastor Skolastik yang diperbantukan di Paroki hingga penugasan barunya  ke Mukok, Kalimantan Barat.

 

 

Nama : Romo Bernardus Agus Rukmono, OMI
Masa Tugas : Agustus 2002 - Januari 2005
Usai menerima tahbisan imamatnya di bulan Mei 2002, Romo Rukmono sempat sebentar bertugas di Paroki Kalvari, Lubang Buaya, sebelum kemudian berkaryadi Paroki Cengkareng sebagai Pastor Pembantu. Romo yang dikenal akrab dan dekat dengan Mudika ini dikirim ke Pakistan sebagai Misionaris OMI.

 

 

Nama : Romo Henricus Asodo, OMI
Masa Tugas : Desember 2003 - April 2005
Berkarya di Paroki Cengkareng selepas menerima tahbisan imamatnya di bulan Desember 2003, Romo Asodo yang dikenal humoris dan dekat dengan anak-anak inikemudian berkarya di Paroki Kalvari, Lubang Buaya dan dikirim belajar ke Australia.

 

Nama: Romo F.X. Sudirman, OM
Masa Tugas: 1990-1995 dan Agustus 2005 - Februari 2012
Berkarya di Paroki Cengkareng sejak Masa Diakonat, setelah menerima tahbisan imamatnya di Gereja Paroki Trinitas, Cengkareng, Romo Dirman kembali diutus sebagai Imam di Cengkareng. Tahun 1992 Romo Dirman dipercaya menjadi Kepala Paroki Trinitas. Berkarya kembali di Cengkareng sejak Agustus 2005 sebagai Romo Rekan, Romo Dirman juga menjadi Romo Stasi St. Vincentius Pallotti, Dadap.
Nama: Romo Antonius Widiatmoko, OMI
Masa Tugas: 15 September 2008 - 18 Agustus 2013
Selepas tahbisannya, Romo Widi berkarya lebih dahulu di Paroki Sejiram dan Paroki Sepauk di Kalimantan Barat. Dalam rentang waktu pelayanannya di Cengkareng sebagai Romo Rekan, Romo Widi dipercaya menjadi Romo Pendamping Panitia Pembangunan Gereja Sta. Maria Imakulata dan Romo Stasi Sta. Maria Imakulata.
Add a comment

Dewan Paroki Trinitas

Bapak Uskup, Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta telah mengangkat/ mengangkat kembali Pengurus Gereja dan Dana Papa RK Gereja Trinitas Cengkareng dengan SK No: 455/3.14.4.7/2021, Untuk masa bakti 3 tahun (2021 - 2024) dengan sususan personalia sbb:

 

Ketua umum/Pastor Kepala : Pastor FX. Rudi Rahkito Jati, OMI

Ketua/Pastor Rekan : Pastor Gregorius Basir Karimanto, OMI

Wakil Ketua 1 : Gregorius Oey Sukardi Lieswanto

Wakil Ketua 2 : Ferdinandus Budy Hartono

Sekretaris I : Eleonora Vicky Rosaline

Sekretaris II : Gerardus Gregorius G. Gunarto

Bendahara I : Kristoforus Kinardi

Bendahara II : Yohanes Kwee

Anggota

  1. Stefanus Suwandi Harmadji (K.Bid.Peribadatan)
  2. Anna Maria Tina Gunawan (K.Bid. Pewartaan)
  3. Deodatus Suhartiman (K.Bid. Persekutuan)
  4. Josef Subianto (K.Bid Pelayanan)
  5. Ingrid Adelina Putri (K.Bid Pelayanan dan K.Bid. Penelitian dan Pengembangan Paroki)
  6. Filipus Sumiyarsono (K.Bid Kesaksian)
  7. Maria Magdalena Erwin Purnamasari (K.Bid. Perencanaan dan Evaluasi)
  8. David Tjoa (K.Bid. Pedampingan Teritorial dan Kategorial)

 

Dewan Paroki Harian Cengkareng telah memilih Ketua Seksi, Kepala Bagian, dan Ketua Tim Khusus untuk masa bakti pelayanan 2021-2024, dengan susunan sebagai berikut.

 

Seksi Liturgi : Antonius Freddy Irawan

Seksi Katekese : Yoh. Pembaptis. Santoso Chayadi

Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) : Gerardus Djoni Widjaja

Seksi Panggilan : Yohanes Don Bosco Gato

Seksi Kerasulan Keluarga : Emilio Junus Koswara

Seksi Kepemudaan : Anselma Ero Kotan

Seksi Komunikasi Sosial : Theresia Candyyanti Tjen

Seksi Kerasulan Kitab Suci : Yakobus Ivando Budiman

Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan : Mikael Charlie Menpouw Faruk

Seksi Pendidikan : Chatarina Sudarini

Seksi Penelitian dan Pengembangan Paroki : Gabriella Bernadeth Fenty Lesmana

Seksi Keadilan dan Perdamaian : Ignatius Hendra Saputra

Seksi Pelatihan dan Kaderisasi : Agnes Nugrawati Salim

Seksi Perencanaan dan Evaluasi ; Paulus Bernardus Budiman

Bagian Kekaryawanan : Petrus Hendro Hermanto

Bagian Rumah Tangga Pastoran : Johanes Berchman Sigit Noviandi

Bagian Pemeliharaan Komplek Gereja : Fransiskus Suriawan Subroto

Bagian Pendataan Umat (Tim Biduk Paroki) : Imaculee Jelly

Tim Khusus Ayo Sekolah dan Ayo Kuliah : Margaretha Muyana

 

Add a comment

Biodata Paroki Trinitas Cengkareng

Gereja Trinitas adalah gereja katolik yang terletak di Jakarta Barat, Indonesia. Gereja Trinitas menaungi umat katolik yang tinggal dalam wilayah paroki Cengkareng.

Nama Gereja Gereja Katolik Trinitas
Paroki Cengkareng
Tahun terbentuk 1978
Alamat Jl. Utama III No. 23, Cengkareng
Jakarta - 11730
No. Telepon 6221 6193882 (Sekretariat)
No. Fax 6221 619 1628
Email This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it
Website www.trinitas.or.id
Tarekat yang melayani Oblat Maria Imakulata (OMI)
Pastor OMI Pertama Romo Patrick Moroney, OMI
Pastor Kepala Paroki Pertama Romo Petrus J. McLaughlin, OMI
Pastor Kepala Paroki Sekarang Romo FX. Rudi Rahkitojati, OMI
Jumlah umat 9.223 (September 2021)
Jumlah keluarga Katolik
3.312 KK (September 2021)
Jumlah Wilayah 13 Wilayah (September 2021)
Jumlah Lingkungan 64 (September 2021)

 

Jadwal Misa & Pelayanan Paroki Trinitas, Cengkareng.

Add a comment