You are here : Home Renungan

Kamis, 27 Oktober 2011

“Hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalananKu”

(Rm 8:31b-39; Luk 13:31-35)

“ Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Luk 13:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Seorang utusan yang baik senantiasa maju terus melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaannya, meskipun harus menghadapi aneka ancaman, tantangan dan hambatan serta masalah. Ada rumor “maju kena mundur kena” , kiranya orang baik dan setia pada tugas pengutusan akan memilih untuk maju terus, tidak akan menyerah dalam menghadapi ancaman, tantangan dan hambatan. Maka kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk tetap setia melaksanakan tugas pengutusan, antara lain yang utama dan pertama-tama adalah tugas untuk menyebarluaskan apa yang baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagaian jiwa manusia. Kiranya kedatangan atau kehadiran kita dimanapun dan kapanpu hendaknya akan memperoleh komentar dari banyak orang, sebagaimana disabdakan oleh Yesus “ Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan”. Kedatangan atau kehadiran kita dimanapun dan kapanpun hendaknya ‘dalam nama Tuhan’, sehingga kita sungguh hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti kemauan atau keinginan pribadi alias seenaknya sendiri. Ketika menghadapi ancaman, hambatan atau masalah hadapi dan sikapi ‘dalam nama Tuhan’ artinya bersama dengan Tuhan, maka kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya. Marilah kita bangun dan perdalam keutamaan tangguh dalam diri kita. “Tangguh adalah sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan atau cita-cita tertentu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27).

· “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka” (Rm 8:31b-33). Kita semua adalah orang yang terpilih. Ingat dan sadari bahwa masing-masing dari kita merupakan buah persatuan satu sel sperma dan satu sel telur, dimana ada jutaan sel sperma merebut satu sel telor dan kemudian bersatu, tumbuh berkembang menjadi manusia. Siapakah manusia itu? Tidak lain adalah kita semua. Dengan kata lain kita semua adalah pemenang, yang telah mengalahkan jutaan lawan lainnya, yang berarti ‘Allah di pihak kita’. Jika Allah ada di pihak kita, maka kita akan mampu mengalahkan aneka ancaman, hambatan dan masalah. Aneka ancaman, hambatan atau masalah ada kemungkinan bersumber dari setan alias mengandalkan kekuatan setan, dan setan dengan mudah dikalahkan oleh Allah, maka bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu melakukan apapun demi keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan, yang antara lain tertulis di dalam Kitab Suci. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci serta kemudian menghayatinya di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Atau dengan rendah hati saya merelakan jika apa yang saya coba kutip dan tulis setiap hari dibaca dan diperdalam kembali atau disebarluaskan kepada teman-teman anda. Jika apa yang saya coba refleksikan baik, silahkan sebarluaskan kepada teman-teman anda.

Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama-Mu, lepaskanlah aku oleh sebab kasih setia-Mu yang baik! Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku; Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu, supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya

(Mzm 109:21-22.26-27)

Add a comment

Selasa, 25 Oktober 2011

"Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? “

(Rm 8:18-25; Luk 13:18-21)

Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya” (Luk  13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja, dan dalam kenyataannya Allah merajai umat manusia dengan cara yang lembut dan terus-menerus tanpa henti, mulai dari kecil dan tumbuh berkembang menjadi besar sekali. Dalam warta gembira hari ini Allah yang meraja digambarkan sebagai biji sesawi dan ragi. Biji sesawi setelah tumbuh menjadi pohon yang rimbun menjadi tempat burung-burung bersarang, sedangkan ragi dalam jumlah kecil ketika dicampurkan ke dalam adonan tepung membuat adonan tepung menjadi roti yang enak dimakan atau dinikmati. Dengan kata lain buah Allah yang meraja adalah kehidupan bersama yang sejuk dan nikmat, mempesona dan memikat. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mewartakan Allah yang meraja melalui cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita mawas diri apakah cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun membuat kehidupan bersama menjadi sejuk dan nikmat untuk didiami atau ditinggali. Hendaknya kita meskipun dalam jumlah kecil tidak perlu takut atau minder, melainkan tetaplah teguh, tabah, ceria dan gembira. Salah satu cara yang utama dan pertama dalam mewartakan Allah yang meraja adalah cara bertindak atau perilaku yang dijiwai oleh iman, sehingga cara bertindak sungguh sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan dan cara bertindak kita senantiasa baik adanya. Menjadi pewarta Allah yang meraja berarti juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Semakin tambah usia dan berpengalaman berarti juga semakin banyak sahabat atau teman. Memang berpartipasi dalam mewartakan Allah yang meraja perlu menghayati ‘proses’ yang lembut, serta membutuhkan kesabaran.
  • Kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?” (Rm 8:22-24). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma di atas ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Setia pada iman kiranya akan menghadapi penderitaan yang ditandai pengharapan sebagaimana seorang ibu yang sedang atau akan melahirkan anaknya. Para ibu yang telah memiliki pengalaman melahirkan anaknya kiranya dapat mensharingkan pengalaman derita yang ditandai pengharapan. Bayi yang masih berada di dalam rahim tidak kelihatan dan agar segera kelihatan harus dilahirkan dengan derita. Pengharapan merupakan salah satu keutamaan beriman; apa yang kita harapkan belum kelihatan karena ‘pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi’. Kami percaya bahwa kita semua memiliki pengharapan, misalnya berharap untuk pandai/cerdas, kaya/hidup sejahtera, suci dan selamat serta bahagia baik lahir maupun batin. Cirikhas orang yang berpengharapan adalah ceria, gembira, dinamis, bergairah dalam keadaan atau situasi apapun. Maka jika anda harus mengalami derita karena setia pada iman, hendaknya tetap ceria, gembira dan bergairah. Keceriaan, kegembiraan dan kegairahan anda akan menjadi kekuatan dan modal luar biasa untuk merubah penderitaan menjadi kebahagiaan sejati. Kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan dalam penghayatan keutamaan pengharapan bagi anak-anaknya; para pelajar atau mahasiswa hendaknya mengawali belajar dengan ceria, gembira dan bergairah, demikian juga para pekerja. Mengawali tugas pekerjaan dengan gembira, ceria dan bergairah pasti akan sukses, karena ketika kita dalam keadaan ceria, gemibra dan bergairah pasti akan mempesona dan memikat orang lain, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersabahat, serta kemudian membantu pelaksanaan tugas pengutusan kita. Tugas yang dikerjakan bersama-sama akan berhasil dengan baik sebagaimana kita dambakan atau harapkan.

Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” (Mzm 126)

Add a comment

Kamis, 20 Oktober 2011

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi”

(Rm 6:19-23; Luk 12:49-53)

Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan bebetapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di  bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12:49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari  ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Fungsi api adalah membakar, dan aneka jenis benda yang dapat terbakar dengan mudah akan segera ludes menjadi abu, sedangkan benda keras seperti besi, batu atau beton dapat meleleh, sedangkan logam mulia seperti emas terbakar akan semakin kelihatan keaslian atau kemurniannya. Maka jika Yesus “datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu menyala” berarti ia menghendaki pemurnian atau penjernihan iman kita. Iman mendasari hidup sejati dan mengatasi relasi darah atau daging, maka baiklah kita mawas diri perihal keimanan atau panggilan kita masing-masing, apakah kita setia pada iman atau panggilan. Sebagai orang yang telah dibaptis hendaknya kita setia pada janji baptis, sedangkan yang terpanggil secara khusus entah menjadi suami-isteri, pastror, bruder atau suster hendaknya setia pada janji atau kaul yang telah diikrarkan. Jauhkan semangat KKN (Kolusi, Korupsi dan Neptisme). Sekiranya terpaksa harus kolusi atau neoptisme tidak apa-apa asal tidak korupsi, karena dengan saling kenal lebih mendalam karena ikatan darah atau teman akan mendukung kerjasama yang baik asal tidak korupsi. Dengan kata lain kami harapkan kita semua serentak dan bekerjasama memberantas korupsi dalam bentuk apapun, karena korupsi merupakan bentuk pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak sedap dan nikmat lagi. Kami harap anak-anak sedini mungkin dibiasakan hidup jujur dan disiplin serta tidak melakukan tindakan amoral sahabatnya korupsi seperti menipu, berbohong, manipulasi dan seterusnya.
  • Sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal” (Rm 6:22), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Sebagai umat beriman atau beragama kita semua diharapkan menjadi ‘hamba-hamba Allah’, yang berarti senantiasa taat dan setia pada kehendak atau perintah Allah, tidak hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi atau keinginan/kemauan sendiri. Maka marilah kita semua setia dalam menjalankan aneka macam tata tertib atau kewajiban sebagai umat beragama atau beriman. Memang kesetiaan atau ketaatan pada perintah atau kehendak Tuhan antara lain menjadi nyata dalam kesetiaan atau ketaatan pada aneka tata tertib dalam hidup dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun. Sekali lagi saya angkat apa itu setia: “setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25). Pada masa yang diwarnai semangat materialistis dan hedonis saat ini memang banyak godaan-godaan yang dapat merongrong atau menghancurkan kesetiaan kita pada perjanjian yang telah kita buat. Godaan utama kiranya uang, karena ketika orang kaya akan uang atau dikuasai oleh uang, maka yang bersangkutan dengan mudah mengikuti godaan lainnya seperti kenikmatan seksual dengan berhubungan seksual dengan orang yang bukan pasangan hidupnya atau yang merayu muda-mudi untuk bergaul bebas sampai hubungan seksual. Orang dengan mudah menjadikan tubuhnya sebagai hamba dosa, dan ada kecenderungan  mengkormersielkan anggota tubuh atau memandang tubuh manusia sebagai kesatuan daging belaka. Marilah kita lawan atau atasi aneka godaan bersama-sama, saling membantu dan mendukung.

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mzm 1:1-3)

Add a comment

Rabu, 19 Oktober 2011

“Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."

(Rm 6:12-18; Luk 12:39-48)

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhaern, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Masing-masing dari kita memiliki tugas pengutusan atau kewajiban yang berbeda satu sama lain, tergantung dari fungsi atau jabatan atau pekerjaan kita masing-masing. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita bahwa apapun yang menjadi tugas pengutusan atau kewajiban kita hendaknya dilaksanakan atau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bekerja keras agar selesai pada waktunya. Ada runmor “Jika orang merasa memiliki banyak uang maka yang bersangkutan akan boros uang, jika orang merasa memiliki banyak waktu, maka yang bersangkutan akan boros waktu alias bekerja seenaknya sambil bermalas-malasan”. Marilah kita renungkan sabda Yesus ini, yaitu “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak diituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Berapa banyak kita diberi atau dipercayakan marilah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, selesai pada waktunya atau sebagaimana diharapkan. Ingatlah dan hayatilah bahwa pertanggungjawaban dari apa yang kita lakukan akan dilakukan sewaktu-waktu, dan kita tahu tahu persis kapan waktunya, sebagaimana kita juga tidak tahu kapan akan meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Baiklah kita usahakan jika sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia tidak meninggalkan beban atau masalah kepada mereka yang kita tinggalkan, karena semuanya sudah kita laksanakan atau kerjakan dengan baik, tuntas dan selesai.


· Janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Rm 6:13), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman atau beragama. Kita dipanggil untuk memfungsikan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata kebenaran untuk melakukan apa yang benar, baik dan mulia, sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya jangan memfungsikan anggota tubuh kita untuk berdosa, entah itu berarti menyakiti orang lain atau menjual diri sebagai pemuas nafsu seks kepada orang lain. Ingatlah dan hayati bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’, Allah hidup dan berkarya dalam tubuh kita yang lemah dan rapuh ini. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang dengan mudah mencemarkan anggota-anggota tubuh, entah secara aktif maupun pasif, untuk bertobat. Secara khusus saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan muda-mudi untuk senantiasa menjadi semua anggota tubuh tetap suci, tidak tercemar sedikitpun. Kepada mereka yang dianugerahi kecantikan atau ketampanan, kami harapkan hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, tidak menghadirkan atau menampilkan sedemikian rupa sehingga merangsang orang lain melakukan dosa. Dengan kata lain hendaknya kecantikan atau ketampanan tidak untuk dijual-belikan atau dikomersielkan. Entah laki-laki atau perempuan ketika melihat lawan jenisnya yang cantik atau tampan, hendaknya langsung memuji dan bersyukur kepada Tuhan, bukan untuk menguasainya melainkan melayaninya, artinya tidak pernah melukai sedikitpun.

“ Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, -- biarlah Israel berkata demikian --jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!” (Mzm 124:1-6)

Add a comment

Selasa, 18 Oktober 2011

“Kerajaan Allah sudah dekat padamu”

(2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9)

“Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Lukas, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Lukas, pengarang Injil, merupakan salah satu teman seperjalanan Paulus dalam rangka berkeliling dunia untuk mewartakan Kerajaan Allah. Kutipan Warta Gembira di atas ini kiranya menggambarkan secara singkat pengalaman perjalanannya dalam menemani Paulus berkeliling dunia. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Lukas hari ini marilah kita mawas diri perihal penghayatan atau pelaksanaan tugas kita sebagai pewarta Kerajaan Allah, artinya mewartakan Allah yang meraja. “Katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu”, demikian perintah Yesus kepada para muridNya. Allah yang meraja hidup dan berkarya di mana saja dan kapan saja, maka panggilan untuk mewartakan Kerajaan Allah berarti dengan rendah hati melihat dan mengimani Allah yang hidup dan berkarya di dalam seluruh ciptaanNya. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan ini kita diharapkan lebih mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi daripada pada aneka sarana-prasarana duniawi, karena kita harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan dan masalah, “Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”, demikan peringatan Yesus. Melaksanakan tugas pengutusan bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti dapat mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah serta dapat menyembuhkan orang sakit apapun. Bersama dan bersatu dengan Allah juga berarti senantiasa bersama-sama dengan rekan-rekan seperutusan. Maka marilah melaksanakan tugas pengutusan bersama-sama dengan semangat gotong-royong.


· Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya” (2Tim 4:17), demikian kesaksian iman Paulus. Kesaksian iman Paulus ini kiranya dapat menjadi kesaksian kita juga dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Marilah kita hayati pendampingan Tuhan dengan mengimani kehendak baik saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun atau apa-apa yang baik, indah, mulia dan luhur di lingkungan hidup kita. Marilah kita imani bahwa orang yang berkehendak baik lebih banyak dari pada orang yang berkehendak jahat. Injil atau Warta Gembira diperuntukkan bagi seluruh bangsa di dunia, maka hendaknya kita tidak takut jika diutus kemanapun juga dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan; hendaknya kita tidak takut berkata-kata perihal apa yang benar, baik, mulia, luhur dan indah kepada siapapun dan dimanapun. Tentu saja daari diri kita pribadi diharapkan baik adanya alias senantiasa berniat, berkehendak dan bersikap serta bertindak baik. Kita imani bahwa kebaikan pasti dapat mengalahkan kejahatan. Kita dapat belajar dari para pawang binatang buas yang dengan cintkasih mendekati dan bergaul dengan binatang buas dan akhirnya binatang yang menakutkan banyak orang dapat menjadi sahabat. Maka dekati dan sikapi orang, suasana atau tempat yang kelihatannya menakutkan dalam dan dengan cintakasih; siapapun atau apapun ketika didekati dan disikapi dengan dan dalam cintakasih pasti akan menjadi sahabat dan tidak menakutkan. Biasakan mendekati dan menyikapi segala sesuatu dalam dan oleh cintakasih, sebagai bukti bahwa Tuhan sungguh mendampingi hidup, perjalanan dan kesibukan kita.

“Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya” (Mzm 145:10-13)

Add a comment
Page 12 of 28