You are here : Home Profil Seksi-Seksi Paroki

Seksi-Seksi Paroki

PERKEMBANGAN KEBERADAAN SEKSI-SEKSI DALAM GEREJA KATOLIK TRINITAS

Untuk melaksanakan dan memperlancar tugas Dewan Paroki di bidang reksa pastoral, dibentuklah Seksi-Seksi dalam tubuh Dewan Paroki. Seksi-Seksi yang kini ada merupakan wadah dari kebutuhan-kebutuhan yang timbul dalam Gereja. Semua Seksi bertitiktolak pada 4 bidang pelayanan pastoral yang diemban oleh Gereja, yaitu:

a. Bidang Pewartaan/Kerugma
b. Bidang Ibadat/Liturgia
c. Bidang Pelayanan/Diakonia
d. Bidang Persekutuan/Koinonia

Inilah Seksi-Seksi yang ada di Dewan Paroki yang telah mengalami pengembangan sesuai dengan kebutuhan Gereja:
BIDANG PEWARTAAN


1.1. SEKSI KATEKESE

Setiap umat, berkat Sakramen Inisiasi diutus untuk menjadi pewarta. Pewartaan dapat dengan pandangan hidup, sikap, pikiran, kata, perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. "Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak 2:17).

Menjelang berdirinya Dewan Paroki, sejak tahun 1977 telah dimulai pengajaran agama (katekese) oleh Bapak V.A. Adiwahyanto, seorang awam yang tidak berlatar belakang kateketik. Sejak Agustus 1980, Seksi ini ditangani oleh Suster Florentia, ADM. Mulai saat itu, semakin banyak umat yang mau mengajar, berkatekese dan menjadi pewarta/guru agama, masuk dalam jajaran Tim Katekese, walau kebanyakan dari mereka tidak berijasah kateketik. Sr. Flor kemudian ditugaskan ke luar Jakarta, Beliau diganti oleh Sr. Agatha, kemudian Sr. Yuliana M., rekan sebiaranya. Kembali ditugaskan di Jakarta, Sr. Flor terus berkarya di Seksi Pewartaan (sekarang disebut Seksi Katekese) hingga kepindahannya ke Kroya, Jawa Tengah, di tahun 2006. Kini Ketua Seksi Katekese diemban oleh seorang awam.

Seksi ini berperan penting dalam pengembangan agama Katolik dan pembinaan iman Kristiani pada murid-murid Kristus sekarang ini. Tugas Seksi ini adalah mengajar, mempersiapkan dan membina para calon baptis, calon penerima Komuni Pertama, calon penerima Krisma, serta pembinaan iman umat - khususnya dalam bidang pewartaan - disamping juga memperhatikan pelajaran agama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Paroki.

Katekese remaja-dewasa umumnya dimulai di bulan Oktober-November setiap tahunnya, berlangsung sekitar 18 bulan yang dilanjutkan dengan upacara pembaptisan bagi mereka yang 'lulus' wawancara. Para calon Baptis perlu diteliti dan diselidiki terlebih dahulu, misalnya tentang status perkawinannya sah atau dapat disahkan secara gerejani. Selama menjalani masa katekumenat, calon baptis diharapkan telah juga mempraktekkan hidup Katolik, membaca Kitab Suci, mengikuti liturgi, terlibat dalam kegiatan Lingkungan dan kegiatan gerejani lainnya. Hal ini diperlukan agar calon Baptis telah terbiasa dengan praktek hidup menggereja selepas menerima baptisannya. Setelah itu, masih ada 3 bulan masa mistagogi (pendampingan setelah pembaptisan). Selama ini, pembaptisan dilaksanakan dalam Pekan Suci menjelang Paskah dan pernah terjadi, calon baptis remaja-dewasa mencapai 200 katakumen. Mulai tahun 2009, masa katekumenat diselaraskan menjadi 12 bulan dengan pembaptisan yang dijadwalkan berlangsung menjelang peristiwa kelahiran Yesus Kristus (Natal).

Hingga sekarang Bapak/Ibu Wali Baptis belum berperan seperti yang diharapkan oleh Seksi Katekese maupun Gereja. Bapak/Ibu Wali Baptis seharusnya terus mendampingi putra-putri baptisnya selama hidupnya. Mereka adalah Bapak/Ibu Rohani bagi baptisan yang bertanggungjawb atas kehidupan dan perkembangan iman putra-putri baptisnya.

Sub-Seksi Katakese Lansia mulai berkarya sejak 2002. Katekese bagi para orang lanjut usia ini berlangsung sekitar 3 bulan yang dilanjutkan dengan pembaptisan tanpa masa mistagogi.

Sub-Seksi Baptisan Bayi bertugas mempersiapkan dan membina para orangtua bayi yang hendak dibaptis. Untuk itulah, sebelum sang bayi menerima baptisan, para orangtua diwajibkan mengikuti Bimbingan Baptisan Bayi yang dilaksanakan seminggu sebelumnya. Baptisan bayi berlangsung di gereja setiap hari Minggu kedua di bulan berjalan setelah Misa ke-2.

Sub-Seksi Bina Iman merupakan salah satu pelayanan yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan iman Katolik pada diri anak-anak yang sudah dibaptis maupun yang belum dibaptis yang tinggal di Paroki Cengkareng. Sekolah Bina Iman banyak berkembang di Wilayah dan Lingkungan. Sebagian besar Sekolah Bina Iman ditangani terutama hanya oleh generasi muda. Kalau kita berpikir untuk pengembangan potensi dan harapan ke depan, keadaan ini memang baik sekali, tetapi para pembina Bina Iman tetap membutuhkan pembekalan agar dalam menjalankan tugasnya mereka tidak merasa dilepas begitu saja. Pertumbuhan iman seseorang merupakan proses yang harus dilalui setapak demi setapak, dan oleh karenanya pembinaan iman di masa anak-anak tak boleh dilewatkan begitu saja oleh orangtua, para Ketua Lingkungan, Ketua Wilayah, maupun guru-guru agama.

Patut dipikirkan dan diupayakan bersama kelangsungan kegiatan serta peningkatan kualitas pelayanan pembina Bina Iman. Jumlah pembina yang ada masih terbilang sedikit untuk melayani anak-anak yang kian hari kian bertambah banyak. Penambahan jumlah pembina serta pemberian bekal maupun ketrampilan yang memadai mutlak diperlukan. Sebenarnya, setiap orang Katolik dewasa dapat membina yang lebih muda karena dalam setiap hati orang Katolik tinggallah Kristus Sang Guru Sejati yang mampu mengajar siapa pun. Dengan demikian, setiap umat telah mengambil bagian dalam memperluas Kerajaan Allah, lebih-lebih pada anak-anak, hingga setiap orang dapat mengatakan: "Biarlah anak-anak datang padaku, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga."

Sub-Seksi Komuni Pertama bekerja hampir sejalan dengan Bina Iman. Sebagian besar calon Komuni Pertama dibimbing oleh para guru di sekolah Katolik atau awam yang menyediakan diri untuk hal ini. Terobosan baru dicoba dilaksanakan dengan juga melibatkan para Katekis untuk menjadi pembimbing Komuni Pertama.

Sub-Seksi Sakramen Krisma pada umumnya menjadi tanggungjawab para katekis. Sampai sekarang, penerimaan Sakramen Krisma diadakan 2 tahun sekali di Gereja Katolik Trinitas.

Kursus Evangelisasi Pribadi sudah diadakan beberapa kali dan telah melahirkan 4 angkatan. Semoga seluruh umat dapat 'memanfaatkan', memahami, dan mengembangkan iman antara lain dengan kegiatan Kitab Suci, termasuk dengan ber-KKS (Kerasulan Kitab Suci). Kini ladang membentang luas, menantikan para anggota Evangelisasi Baru sebagai kesempatan emas untuk pengembangan iman diri sendiri dan menjadi pewarta khusus bagi umat Paroki lewat KKS.

Kelompok Kategorial "Komunitas Evangelista" dibentuk sebagai wadah para alumni Kursus Evangelisasi Pribadi mengembangkan diri dan terus terhimpun dalam semagat evangelisasi baik ke dalam diri pribadi maupun ke luar kepada sesamanya.

Tugas Seksi Katekese menurut Peraturan Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengajar, mempersiapkan dan membina para calon baptis, calon penerima komuni pertama, calon penerima Krisma serta pembinaan iman umat khususnya dalam bidang Katekese. Seksi ini juga memperhatikan pelajaran agama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah paroki (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 1).

Sub-Seksi Baptis Dewasa bertugas mempersiapkan dan membina para calon baptis, mempersiapkan dan menyelenggarakan acara penerimaan Sakramen Baptis dan membina para penerima baptis muda.

Sub-Seksi Batipsan Bayi bertugas mempersiapkan dan membina para orangtua bayi.

Sub-Seksi Komuni Pertama mempersiapkan dan membina para calon komuni pertama serta mempersiapkan dan menyelenggarakan acara penerimaan komuni pertama.

Sub-Seksi Sakramen Krisma mempersiapkan dan membina para calon penerima Sakramen Krisma serta mempersiapkan dan menyelenggarakan acara penerimaan Krisma.

Sub-Seksi Bina Iman menyelenggarakan pengenalan/pengajaran iman Katolik pada anak-anak.

Sub-Seksi Sekolah menyelenggarakan pengajaran agama Katolik untuk anak-anak yang ada di sekolah-sekolah di Paroki.

 

1.2. SEKSI KERASULAN KITAB SUCI

Kegiatan ber-Kitab Suci sebenarnya sudah dimulai sejak Juni 1975. Kegiatan ini lahir lebih karena kebutuhan umat di Lingkungan atau Wilayah. Tercatat pernah lahir Kelompok Kitab Suci (KKS) Santo Yohanes, yang bergerak untuk seluruh Paroki. Bapak Johanes K. Handoko sebagai Ketuanya dengan tekun membina Kelompok ini. Kegiatan kemudian berkeliling di rumah-rumah anggotanya, tetapi sekitar 2 tahun kemudian kehadiran anggota Kelompok ini menurun dan akhirnya kegiatan ini terhenti.

Seksi ini dibentuk sebagai wadah kegiatan untuk mendalami Kitab Suci yang adalah sumber dan pokok ajaran Yesus Kristus. Lewat kegiatan-kegiatan Seksi ini, diharapkan umat dapat menghayati kehidupan sesuai semangat ajaran Kitab Suci. Umat Katolik masih sangat sedikit yang memiliki kebiasaan membaca Kitab Suci, maka untuk itulah KKS juga turut mendorong umat agar lebih sering membuka Kitab Suci.

Kitab Suci adalah kabar baik yang harus didengar oleh banyak orang, bahkan ada yang menyebutnya sebagai 'surat cinta dari Tuhan'. Sudah selayaknyalah kalau setiap umat membacanya setiap hari. Umat perlu terus dibina sehingga dari dalam dirinya selalu timbul dorongan dan semangat membaca Kitab Suci sebagai suatu kebutuhan.

Kegiatan rutinSeksi ini adalah pendalaman Kitab Suci di tingkat Paroki yang diadakan setiap Rabu terakhir dari bulan. Untuk mengajak agar umat semakin mencintai Kitab Suci, Seksi ini juga pernah mengadakan Seminar Mencintai Kitab Suci dengan mengundang Bapak Stefan Leks sebagai narasumbernya.

Tugas Seksi Kerasulan Kitab Suci menurut Peraturan Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Membimbing dan mendidik umat untuk lebih mengenal dan mendalami Kitab Suci (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 2).

 

1.3. SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS)

Seksi Komsos bertugas mengkomunikasikan ajaran-ajaran iman Gereja (warta keselamatan) dengan baik kepada seluruh umat manusia tanpa kecuali, sempurna dan tepat sasaran, dengan memanfaatkan seluruh sarana yang sudah tersedia atau yang akan dibentuk.

Komsos dibentuk pertama kalinya di tahun 1999, sejalan dengan Kepengurusan Dewan Paroki yang ke-8 (masa bakti 1999-2002). Dalam usianya yang masih muda, memang banyak yang perlu diperlengkapi dan digiatkan untuk mengisi rangkuman 5 sarana yang diajukan oleh Keuskupan Agung Jakarta, yaitu Media Cetak, Media Elektronoik, Media Tradisional, Media Massa dan Media Kelompok.

Warta mingguan 'Wapita' terbit sejak tahun 1978 sebagai sarana komunikasi antar umat Cengkareng. Wapita yang semula terbit setengah halaman folio yang distensil bolak-balik berisi rencana-rencana kegiatan atau acara Gereja sedikitnya untuk rentang waktu seminggu ke depan di samping juga pengumuman pasangan yang akan menerima Sakramen Pernikahan, petugas liturgi dan daftar bacaan Misa Harian selama seminggu. Melihat laju perkembangan gerak kegiatan umat yang semakin hari semakin marak dan beragam, maka sejak tahun 2008 Wapita terbit 8 halaman. Hal ini dimaksudkan agar sebanyak mungkin informasi kegiatan Paroki dapat diberitakan kepada umat sehingga umat dengan leluasa dapat mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Majalah Sabitah terbit sejak awal tahun 2003. Majalah dwi-bulanan ini terus berupaya mengembangkan dirinya hingga sekarang. Kesulitan sumber daya manusia yang mau mengabdikan dirinya sebagai 'wartawan pewartaan Kerajaan Allah' memang menjadi suatu kesulitan tersendiri. Demi untuk kemajuan umat yang terhimpun dalam redaksi Majalah Sabitah, maka Seksi Komsos telah 3 kali mengadakan Pelatihan Jurnalistik berupa Sarasehan Jurnalistik bersama Bpk. Eka Budianta, Bpk. Ign. Haryanto, dengan menampilkan sesi Bagi Pengalaman oleh Sdri. Angelina Sondakh. Sarasehan kedua diadakan dengan narasumber Bpk. Sasra Wijaya, seorang jurnalis dari BBC London. Dengan bekerja bersama Tabloid Genie, Sarasehan ke-3 dilaksanakan dengan fokus lebih kepada siswa-siswi sekolah-sekolah Katolik yang ada di lingkup Paroki.

Sejak tahun 2006, Majalah Dinding yang dikelola orang muda Paroki hadir mengisi pelataran gereja. Majalah dinding dengan tema khas orang muda ini disajikan dalam bentuk tampilan seni sehingga tidak membosankan orang yang membacanya.

Perpustakaan Trinitas diresmikan pada 30 September 2006. Dengan menempati ruang sendiri, perpustakaan ini mencoba menghadirkan bacaan-bacaan rohani maupun non-rohani untuk menyemarakkan khazanah literatur umat Paroki.

Seksi ini juga membawahi Bidang Dokumentasi Foto dengan tugas membuat dokumen kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Paroki, serta menyimpannya dengan baik. Sayangnya, terdapat kesulitan dalam penyimpanan ribuan foto-foto dokumentasi yang ada karena tidak ditunjang dengan pengadaan sarana maupun tempat yang layak.

Sejalan dengan surat gembala Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II dalam menyambut Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-37 beberapa tahun yang lalu, yang meminta umat Katolik untuk memberdayakan dunia maya sebagai salah satu sarana pewartaan iman Katolik, Seksi Komsos meluncurkan situs Paroki Cengkareng (www.trinitas.or.id) di Minggu Paskah 2004.

Tugas Seksi Komsos menurut Peraturan Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menyiarkan warta keselamatan kepada seluruh umat dengan memanfaatkan media komunikasi sosial seperti media cetak, sinema, radio, televisi, dan sebagainya (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 3).

Sub-Seksi Dokumentasi Foto meliput acara dan peristiwa penting di paroki dan menyimpan serta memelihara hasilnya.

Sub-Seksi Media Cetak/Wapita menerbitkan buletin paroki sebagai sarana informasi mengenai kegiatan paroki dan menambah pengetahuan serta wawasan umat.

Sub-Seksi Perpustakaan menyelenggarakan dan mengelola perpustakaan paroki.

Sub-Seksi Radio dan TV menyiarkan warta keselamatan melalui media komunikasi radio dan TV.

Sub-Seksi Media Elektronik: membuat dan mengelola website paroki sebagai sarana untuk menyebarluaskan warta keselamatan dan berbagai informasi kegiatan paroki.

 

BIDANG IBADAT


2.1. SEKSI LITURGI

Liturgi merupakan poros kegiatan iman umat yang nyata dalam kehidupan menggereja. Dalam setiap ibadat, Allah hadir di tengah umatNya secara dekat. "Dalam liturgi Allah berbicara" dan "dalam liturgi umat memberikan tanggapan kepada sapaan Allah." (Dokumen Konstitusi Liturgi Art. 33) Maka, peribadatan perlu selalu sungguh-sungguh diupayakan agar dapat membantu umat bersatu dengan Allah.
Liturgi Ekaristi merupakan puncak liturgi Gereja. Saat Paroki lahir, liturgi masih terkesan asal jalan, tetapi secara perlahan namun pasti liturgi mulai ditata dan dibenahi. Hal ini bertujuan agar umat semakin menikmati dan menghayati makna Perayaan Ekaristi, apalagi saat itu tempat Misa selalu berpindah, seadanya dan belum mendukung kekhidmatan beribadat karena suasana yang menyedihkan. Dengan Liturgi yang ditata rapi umat dibantu untuk dapat mendengarkan Sabda, bersatu dalam Ekaristi Kudus, dan bergaul dengan Yesus Kristus. Perayaan-perayaan Sakramen diupayakan berlangsung semestinya dengan suasana standar. Seksi Liturgi untuk pertama kalinya hadir di tengah umat pada 20 Februari 1977 dengan Ketuanya Bapak R.Y. Prabowo.
Seksi ini segera melahirkan Sub-Seksi Putra Altar/Misdinar. Para Putra Altar bekerja keras, terutama sekitar Tri Hari Suci dan Paskah. Pembinaan bagi Putra Altar memang pasang surut, padahal panggilan imamat dan biarawan kebanyakan berasal dari mereka. Misdinar adalah petugas/pelayan Ekaristi yang paling dekat dengan imam dan panti imam, tempat khusus dan pusat perhatian semua umat, karena di situ Yesus hadir serta mengorbankan DiriNya. Karena kedekatannya dengan Yesus di altar, seringkali Misdinar mempunyai pengalaman iman yang khusus dengan Tuhan dan tak jarang benih-benih panggilan tampil dari putra-putra yang paling dekat dengan altar Tuhan ini.
Sub-Seksi Musik membawahi tiga hal yang tak terpisahkan: koor, dirigen dan organis. Sub-Seksi ini sangat menentukan meriah tidaknya sebuah perayaan gerejawi, karena nyanyian menjadi sarana pengungkapan iman untuk menyatakan rasa syukur lebih nyata, semakin bersemangat dan indah nyanyian kita, semakin nyata ungkapan iman kita kepada Allah, hingga sering dikatakan 'bernyanyi merupakan dua kali berdoa'. Organis memegang peranan penting dalam mengiringi koor dan umat dalam menaikkan pujian. Akan terasa hambar jika Misa dilaksanakan tanpa iringan musik. Penataan dan pembekalan organis gereja sungguh diperlukan. Di Paroki ini diyakini terdapat banyak pemain organ yang baik di luar personil yang sering tampil selama ini. Sedikit himbauan bagi umat yang memiliki talenta ini untuk dengan suka hati menyumbangkannya untuk Gereja.
Sub-Seksi Lektor/Komentator hingga sekarang umumnya beranggotakan angkatan muda. Adalah lebih baik jika beberapa orang tua pun tetap dilibatkan dan diberi kesempatan tampil untuk menghindarkan preseden negatif bagi umat generasi muda.

Sub-Seksi Dekorasi Altar lahir karena kepeduliaan akan harmonisasi dekorasi Altar yang sebetulnya sebagai wujud nyata rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan yang senantiasa hadir dalam hidup kita. Merangkai bunga Altar bukanlah pekerjaan mudah, karena si perangkai bunga harus senantiasa mengetahui warna liturgi dan masa liturgi yang sedang berjalan. Misalnya, pada masa Prapaskah dan Adven - masa pertobatan - Altar sebaiknya tidak dihias dengan bunga, tetapi hanya dengan dedaunan saja, karena bunga melambangkan kemeriahan. Maka sejak Oktober 2004, telah dibentuk 8 kelompok merangkai bunga Altar yang pada akhirnya dikecilkan menjadi 5 kelompok hingga sekarang.

Sub-Seksi Prodiakon yang merupakan bagian dari Seksi Liturgi bermula di awal 1979 dengan ditunjuknya Bapak R.Y. Prabowo, Bapak J.B. Agus Supaat, Bapak Robertus A. Tjuk, dan Bapak V.A. Adiwahyanto sebagai Pelayan Ekaristi (PE). Pastor Kepala Paroki menugasi mereka karena melihat kebutuhan pelayanan umat yang tak tertangani oleh imam yang terkadang harus ke luar kota. Dalam kevakuman itu, para Pelayan Ekaristi akan memimpin Ibadat Sabda dan membagikan Komuni kepada umat. Sejak 1995 dikenal istilah Prodiakon, anggota PE ditingkatkan peran dan tugasnya menjadi anggota Prodiakon.

Prodiakon adalah seorang umat/awam yang ditugaskan dan diangkat oleh Bapa Uskup guna membantu Pastur Paroki untuk menerimakan Komuni Suci dalam Perayaan Ekaristi serta membawa dan menerimakan Tubuh Kristus kepada orang sakit dan jompo baik di tempat tinggalnya maupun di rumah sakit. Prodiakon juga bertugas memimpin ibadat-ibadat non-sakramental umat Lingkungan seperti ibadat sabda, pemberkatan rumah, upacara kematian (penutupan peti jenazah, pelepasan jenazah dan ibadat di pemakaman/ krematorium) serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pastur Kepala Paroki.

Seperti dijelaskan di atas, istilah 'Prodiakon' baru digunakan di tahun 1995. Sebelumnya, sebutan para awam yang bertugas menerimakan Komuni Suci dalam Misa adalah 'Pelayan Ekaristi' (PE). Tugas-tugas Pelayan Ekaristi kala itu juga tidak semajemuk seperti Prodiakon sekarang ini. Sejalan dengan perkembangan pesat jumlah umat Paroki Cengkareng dan meningkatnya permintaan umat akan kebutuhan pelayanan gerejani yang mustahil dapat seluruhnya dipenuhi oleh para imam yang berkarya di Paroki Cengkareng, maka sejak tahun 1999 fungsi dan peran Prodiakon mulai aktif digalakkan oleh Romo John O'Doherty, OMI yang saat itu menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki dan menaruh perhatian khusus pada Prodiakon.

Dari pendataan terakhir yang dilakukan pada tahun 2002, tercatat 10 orang Pelayan Ekaristi yang masih aktif yang bertugas sejak sebelum tahun 1995 serta 12 orang Prodiakon aktif yang diangkat tahun 1995. Pada November 1999 dilantik 29 Prodiakon baru, dan di bulan Oktober 2000 menyusul pelantikan 29 Prodiakon baru. Di bulan Februari 2003 kembali dilantik 31 Prodiakon baru. Dengan masa tugas selama 3 (tiga) tahun yang dapat diperpanjang atau diperpendek, dan setelah melalui reorganisasi di awal tahun 2003, maka jumlah Prodiakon Paroki Cengkareng yang akan aktif bertugas di tahun 2003 ini adalah 82 orang. Dalam menjalankan tugas-tugas pelayanannya, Prodiakon juga dibantu oleh para Suster dari kongregasi Amal Kasih Darah Mulia (ADM) dan kongregasi Jesus Maria Joseph (JMJ).

Karena tugas utama Prodiakon adalah menjadi mitra imam dalam pelayanan umat, maka diperlukan penanganan yang serius guna menjamin kredibilitas Prodiakon itu sendiri. Untuk itu di tahun 1999 telah dibentuk sebuah Tim Koordinator Prodiakon Paroki yang bertugas untuk: (1) menyusun tatalaksana pembagian Komuni di gereja/kapel; (2) menyusun jadwal tugas Prodiakon untuk Perayaan Ekaristi di Gereja Katolik Trinitas; (3) membantu Pastur Kepala Paroki dalam melakukan perekrutan anggota baru; (4) membina para Prodiakon; dan (5) memonitor tugas Prodiakon. Sedangkan untuk meningkatkan pelayanan kepada umat, para Prodiakon dibagi dalam Kelompok-Kelompok Prodiakon di Wilayah masing-masing. Lewat Kelompok Prodiakon ini jugalah pembinaan yang berkesinambungan terhadap para anggota Prodiakon terus diupayakan seperti setiap bulan secara rutin diadakan pertemuan Kelompok Prodiakon untuk saling berbagi pengalaman pelayanan dan saling menguatkan lewat pendalaman Firman Tuhan, disamping juga diadakan retret setiap tahunnya. Keseriusan Paroki Cengkareng dalam mengupayakan yang terbaik untuk pelayanan umat lewat para Prodiakon dinyatakan dengan dibentuknya Tim Pendamping/Pembina Prodiakon dalam Kepengurusan Dewan Paroki yang baru dilantik November 2002. Tim ini bersama-sama dengan Tim Koordinator Prodiakon Paroki akan berbagi tugas demi kemajuan para anggota Prodiakon.

Sedikitnya umat yang terpanggil untuk pengabdian sebagai Prodiakon merupakan kendala tersendiri dalam upaya pemenuhan harapan Dewan Paroki Gereja Katolik Trinitas yang menginginkan adanya satu orang Prodiakon di setiap Lingkungan di Paroki Cengkareng.

Tugas Seksi Liturgi menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Membantu penyelenggaraan perayaan liturgi dengan tertib dan rapi, menyadarkan dan mendidik umat agar bersama-sama merayakan liturgi dengan sadar dan aktif sesuai dengan peranan masing-masing serta mengembangkan bentuk-bentuk ibadat lainnya dengan tetap menjaga kemurnian iman (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 4)

Sub-Seksi Koor, Dirigen, dan Organis membina koor, dirigen, dan organis, membagi tugas dan mengatur jadwal tugas masing-masing.

Sub-Seksi Lektor & Komentator membina para lektor dan komentator agar dapat bertugas dengan baik, membagi tugas dan mengatur jadwal tugas masing-masing.

Sub-Seksi Putera Altar membina para putera altar agar dapat bertugas dengan baik, membagi tugas dan mengatur jadwal tugsa masing-masing.

Sub-Seksi Penata Umat & Kolektan mengatur tata tertib Perayaan Ekaristi dan ibadat lainnya, mengatur pembagian dan jadwal tugas para kolektan.

 

BIDANG PELAYANAN


3.1. SEKSI KERASULAN KELUARGA

Dalam pertemuan para pastor dengan Bapa Uskup di Sukabumi di bulan Mei 1993, telah diputuskan dibentuk Seksi Kerasulan Keluarga (SKK) di tingkat Paroki yang berinduk dengan Komisi Kerasulan Keluarga KAJ (Komkaka KAJ), serta membentuk Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) di tingkat Dekanat guna melayani calon-calon pasangan keluarga baru dengan lebih sungguh-sungguh. Koordinator pertama SKK adalah pasutri Bapak J.B. Agus Supaat dan Ibu M.A. Hadiyanti. Mereka bertugas memberikan kursus persiapan perkawinan di tingkat Dekanat disamping juga mendampingi keluarga, membantu mengatasi keluarga yang bermasalah, dan sudah beberapa tahun menyelenggarakan Konseling Keluarga. Anggota tim selama ini adalah pasutri Marriage Encounter (ME). SKK juga memberikan pembekalan kepada calon pengantin yang meliputi Hukum Kanonik Gereja, Komunikasi Keluarga, Ekonomi Rumah Tangga, Seksualitas dan Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Pendidilan Anak dan Panggilan. Selain itu SKK juga bertujuan menyiapkan dan mendampingi keluarga Kristiani agar menjadi 'sakramen kasih Allah' dalam seluruh hidup, baik dalam keterlibatan mereka di tengah umat maupun di masyarakat luas.
Tugas Seksi Kerasulan Keluarga menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):
Mempersiapkan dan membina kehidupan berkeluarga secara Katolik, mencegah semakin banyaknya perkawinan campur agama, memberikan penjelasan ajaran Gereja tentang Keluarga Berencana dan hormat terhadap kehidupan (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 5)


3.2. SEKSI KEPEMUDAAN (dahulu Seksi Mudika)

Maret 1975 Mudika dibentuk karena kebutuhan. Daerah Cengkareng yang telah bertumbuh menjadi daerah industri baru telah membuat banyak pemuda perantau bekerja di wilayah Paroki ini. Mereka berasal dari berbagai daerah dan kebanyakan dari mereka tidak saling mengenal. Ketua Mudika pertama, Bapak Felix Wiratmo, ternyata berhasil menghimpun mereka. Para aktivis Mudika berupaya terus mencari, menghimpun, dan memberdayakan muda-mudi. Maka, kegiatan koor pun dibentuk, olahraga bersama diadakan, dan pertemuan berkala dilakukan. Mereka umumnya karyawan muda, tetapi beberapa dari mereka tidak senantiasa dapat berhimpun. Maklumlah, sebagian dari mereka bekerja paruh waktu.

Kaum muda adalah harapan dan masa dengan Gereja serta masyarakat. Arah dan pembinaan kaum muda adalah membantu perkembangan diri mereka sebagai manusia dan sebagai orang Katolik Indonesia yang tanggap, tangguh, serta terlibat dalam menggereja dan bernegara. Untuk itulah pembinaan kaum muda sangat diperlukan supaya mereka mampu menemukan dan mengembangkan nilai-nilai Kristiani, cinta tanah air, memiliki suara hati yang jernih, kebebasan dan tanggungjawab pribadi, berdaya cipta serta memiliki semangat membangun. Maka menjadi tugas Seksi inilah untuk selalu mendampingi dan melayani kaum muda dalam kegiatan-kegiatan kelompok maupun perorangan yang menyangkut bidang kehidupan iman dan kegerejaan, kemandirian dan kehidupan bersama, serta kemanusiaan dan kemasyarakatan. Nantinya, diharapkan kaum muda mampu berkembang sesuai dengan harapan Gereja.

Mudika dalam pasang surut perjalanannya telah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan dan pelayanan Paroki, juga kegiatan untuk pengembangan jiwa dan kepribadian anggota Mudika sendiri. Kegiatan Mudika di Paroki dilaksanakan oleh Kelompok Kegiatan yang ada, yakni:

Mutripala (Mudika Trinitas Pencinta Alam) terbentuk pada bulan Oktober 1996, diawali oleh para kaum muda yang terlibat dalam kemping mudika saat itu. berpegangan pada motto "Non Verbo Sed Exemplo", Mutripala ingin melakukan sesuatu tidak/bukan hanya dengan kata-kata melainkan melalui suatu tindakan yang nyata dan berguna. dengan kata lain, Mutripala tidak ingin "NATO" - No Action, Talk Onlu - istilah populer gaulnya.

Sebagai wadah kegiatan kepemudaan yang mengarah pada aktivitas di alam bebas (mendaki gunung, penjelajahan hutan, berkemah), Mutripala juga tidak meluapkan kegiatan sosial dengan selalu siap membantu kegiatan-kegiatan Paroki seperti pemeliharan taman, kebersihan gereja, parkir, dan lainnya.

Dalam perjalanannya, Mutripala telah banyak melakukan kegiatan outdoor seperti pendakian perdana di tahun 1996 ke Gunung Gede, napak tilas 100 tahun Gereja Katolik Betawi di tahun 1996, ekspedisi ke Taman Nasional Ujung Kulon di tahun 1997, latihan rapelling yang mulai diadakan tahun 1997, latihan wall climbing dan latihan kano/dayung dan SAR yang bekerjasama dengan pihak-pihak lain (keduanya sejak tahun 2001), ekspedisi pendakian ke berbagai gunung, dan kemping rekreasi.

Antiokhia merupakan wadah kegiatan Mudika yang dibentuk sejak tahun 1985 dalam suatu 'weekend' yang dipandu oleh Romo Peter K. Subagyo, OMI. Antiokhia menjadi suatu wahana kaum muda untuk mengajak kaum muda lainnya mendalami iman mereka lewat suatu persekutuan, persaudaraan, persahabatan, untuk kemudian mulai mengambil bagian dalam hidup menggereja bersama kaum muda yang lain. Dengan demikian, lewat Antiokhia, kaum muda menjadi sadar atas panggilan mereka untuk saling menjaga - dari banyaknya pengaruh negatif pergaulan di era globalisasi ini - saling menguatkan, dan merasul bersama.

Kegiatan pokok Antiokhia adalah 'weekend' yakni program kegiatan penerimaan anggota baru semacam retret yang diselenggarakan di suatu tempat (rumah/sekolah/wisma) dari, oleh dan untuk kaum muda. Bimbingan diberikanoleh anggota tim yang pernah mengikuti 'weekend' serupa sebelumnya serta para 'alumnus' Antiokhia yang disebut 'Antiokher' senior dan pengurus. Setelah weekend, kegiatan yang penting adalah 'follow up' yakni kegiatan lanjutan dari weekend yang merupakan penyegaran materi yang pernah diperoleh dalma weekend.

Pembimbing sekaligus sebagai pendamping para kaum muda Antiokhia disapa sebagai 'Papi-Mami'. Beberapa nama Papi-Mami tercatat dalam perjalanan sejarah Antiokhia adalah Papi Joan Taroreh & Mami Melania Halim (WE 1, 1985); Papi Pius Effendy & Mami Catharina Djie Djie (WE 2, 1986); Papi Nurtjahyo & Mami Inggar (WE 4, 1988); Papi Johanes D. Polim & Mami Vera Maria Kasimo (WE 14, 1998); Papi Darius Rio Welly & Mami Christina (WE 19, 2003).

Mudika berusia 15-21 tahun dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti weekend Antiokhia. Setelah mengikuti weekend, para peserta telah menjadi Antiokher seumur hidupnya.

Antiokhia memang memiliki andil besar dalam pembinaan iman kaum muda di Paroki Cengkareng semenjak kelompok ini dibentuk hingga sekarang. Tercatat beberapa nama yang menerima panggilan khusus seperti Sr. Priska Linda Maria Josephine Sudarta, ADM (WE 1); Rm. Theodorus Treka Permonosidi, Pr (WE 12). Beberapa aktivis Gereja juga merupakan 'jebolan' Antiokhia seperti V. Khoe Yu Chai (WE 1) saat ini menjabat sebagai Ketua Seksi P & P Gereja; Sudjono Naliman (WE 1) Ketua Mudika 1980 dan juga pernah menjadi Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah; B. Max Rizal P. (WE 5) yang menjadi Ketua Mudika 1994-1996 dan sekarang sebagai Wakil Ketua Seksi Komsos Paroki; Michael Martubongs (WE 1) yang menjadi Prodiakon, pernah pula menjadi Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah; Fransisca Natalia K. H.B. (WE 1) yang menjadi Ketua Lingkungan, dll.

Romo Peter K. Subagyo, OMI yang membawa masuk program Antiokhia ke Paroki Cengkareng pernah berkata kepada para pengurus WE: "Saya percaya bahwa kaum muda akan menjaga kegiatan ini dan mereka akan mewariskannya kepada adik-adik mereka. Saya juga percaya bahwa Mami Papi serta Pastor Paroki (di mana ada program Antiokhia) akan bangga dan berusaha supaya sebanyak mungkin kaum muda bisa mengalami weekend Antiokhia dan menjadi lebih bersatu sebagai kaum muda, dan lebih bersatu dengan Yesus dan Gereja."

Persekutuan Doa Muda-Mudi Katolik (PDMK) Thomas Aquinas yang dibentuk pada 12 Juli 1997 adalah salah satu wadah para Mudika untuk berkumpul memuji dan menyembah Tuhan secara khusus dalam doa bersama serta mengadakan sharing, doa syafaat, dan mengunjungi orang sakit. Kelompok pendoa seperti ini akan sangat berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Kelompok ini bagaikan pelita yang senantiasa bersinar menerangi kegelapan. Ruang dunia yang kadang redup oleh ketidakadilan, penindasan, kekerasan, dna tindakan kotor sangat memerlukan 'terang' Allah Bapa lewat peranserta para muda pendoa.

Pada periode Dewan Paroki ke-10 (2005-2008), Seksi Kepemudaan mulai disebut sebagai Seksi Mudika dengan mendapat pendampingan penuh dari sepasang suami-istri.

Tugas Seksi Mudika menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Membina dan mendampingi kaum muda, melibatkan mereka dalam menunaikan dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas supaya berkembang menjadi orang-orang dewasa yang mampu mengambil bagian dalam pengabdian kepada Gereja dan masyarakat (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 6)

Mutripala: mengkoordinir, menggerakkan, melaksanakan dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pencinta alam sesuai dengan rencana kerja organisasi Mudika.

Antiokhia: mengkoordinir kepengurusan Antiokhia dalam membina anggota Antiokhia sebagai salah satu wadah kaderisasi Mudika.

Roses

Mudika PDKK

 

3.3. SEKSI KERASULAN AWAM

Berdasarkan Konsili Vatikan II dalam Dekrit Kerasulan Awam bab III no. 9 disebutkan bahwa dasar kerasulan awam adalah bahwa kaum awam itu menjalankan kerasulan yang serba ragam baik di dalam umat Gereja maupun di tengah dunia. Forum Kerasulan Awam hendaknya menjadi ajang pendidikan kerasulan bagi tokoh-tokoh umat Paroki agar dengan lebih bersemangat dan tanpa ragu-ragu berjuang melalui karyanya masing-masing di tengah masyarakat dan dengan demikian pula akan memperoleh sukses yang berlipat bagi hidupnya sendiri maupun bagi keselamatan sesamanya (Dekrit Kerasulan Awam bab VI no. 28-32).

Peranan Seksi ini adalah untuk meningkatkan penghayatan iman agar dapat menjiwai peran serta fungsi karya kerasulan umat lewat profesi masing-masing yang mampu mewujudkan sikap Gereja yang terbuka dalam hubungannya dengan mereka yang berbeda kepercayaan. Seksi ini juga menghimpun dan mengarahkan agar bidang-bidang kerawam lebih berdayaguna, bertahanguna dan berdaya tarik sebagai karya Gereja yang misioner, yang mengkonkritkan karya keselamatan Kristus yang ditujukan untuk semua orang.

"Mengubah wajah kita di cermin menjadi seperti wajah Kristus" memang tidak mudah, tetapi beberapa tokoh awam Katolik sejauh ini telah menunjukkan perannya untuk berusaha ke arah itu, seperti Bapak Adi Kurdi, tokoh "Abah" dalam sinetron 'Keluarga Cemara' yang pernah secara khusus diundang ke Paroki Cengkareng untuk berbagi pengalamannya dalam Seminar Kerasulan Awam.

Tugas Seksi Kerawam dan HAK menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menggiatkan kaum awam untuk meningkatkan kerasulannya di dalam kehidupan Gereja dan tata dunia sesuai dengan tugas yang diterimanya dalma permandian da penguatan (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 8) dengan cara menyebar luaskan pengertian yang benar dan utuh mengenai "kerasulan awam" kepada seluruh umat paroki, dan membina dialog serta kerja sama antar agama.

 

3.4. SEKSI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (dahulu disebut Seksi Sosial Paroki)

Bersamaan dengan pertemuan umat yang semakin berkembang, berbagai kebutuhan pun bermunculan. Kebutuhan rohani, psikologis, sosial, pendidikan, keuangan, dan karitatif semakin meluas. Secara informal kegiatan ini sudah dimulai pada pertengahan 1975, tetapi secara resmi Seksi Sosial Paroki (SSP) baru dibentuk pada 26 September 1978 dengan Ketua pertamanya Ibu C. Sumarsih. Untuk dapat lebih melayani umat yang memerlukan bantuan yang tidak mungkin lagi ditangani oleh Pastor Paroki maupun Dewan Paroki, maka Dewan Paroki segera menugasi Pengurus Lingkungan untuk membentuk Seksi Sosial Lingkungan. Pada 27 November 1978 SSP melahirkan Koperasi Kredit Usaha Sejahtera.

Tugas utama Seksi PSE ini adalah memberikan perhatian/bantuan sosial ekonomi kepada umat yang menderita, tersingkir, terlupakan karena keadaan sosial ekonomi yang lemah/kurang beruntung. PSE juga bertugas untuk melibatkan serta mengajak peran serta seluruh umat di paroki untuk menumbuhkan sikap dan perilaku sosial terhadap sesamanya di dalam kehidupan sehari-hari.

Pelayanan yang diberikan PSE meliputi bidang karitatif, pendidikan/bea siswa, perumahan, modal usaha, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Contoh-contoh konkrit kegiatan yang telah dilakukan seperti memberikan bantuan rutin bagi keluarga pra-sejahtera dalam bentuk sembako/susu, menyalurkan tenaga umat yang menganggur, mmberikan bantuan dana kepada umat yang tidak dapat menjangkau biaya pembuatan SIM, dan menjelang Natal setiap tahunnya, PSE bersama-sama Seksi Sosial Lingkungan akan bekerjasama membagikan 'Bingkisan Natal' bagi umat yang benar-benar membutuhkan di Lingkungan-Lingkungan.

Sejak tahun 2000 PSE juga menyelenggarakan Program APS - Aksi Peduli Sesama, sebuah program kepedulian kepada sesama yang miskin dan menderita di sekitar wilayah Paroki kita. Program APS ini hanya ditujukan kepada sesama yang berbeda agama (non-Katolik) dan biasanya dilaksanakan menjelang hari raya Idul Fitri.

Dalam menjalankan misinya, PSE selalu membuka pintu bagi umat yang ingin memberikan bantuan seperti dana (dapat langsung diserahkan ke kantor PSE), menjadi orangtua asuh, memberikan baju layak pakai, atau memberikan bahan-bahan natura (beras, susu, gula, mie instant, dan sebagainya). PSE pun menggalang kerjasama dengan Wilayah dan Lingkungan di Paroki guna bersama-sama bertanggungjawab menangani sendiri bantuan pelayanan karya sosial ekonomi bagi warganya.

Perkumpulan Kematian Katolik St. Yusup (PKK St. Yusup) dibentuk tahun 1975 dengan tujuan melayani dan meringankan - secara jasmani dan rohani - beban keluarga Katolik yang anggotanya meninggal dunia.

Pada awalnya, anggota St. Yusup hanya terdiri dari beberapa keluarga saja, sesuai dengan jumlah umat Katolik di Cengkareng saat itu. Dengan jumlah yang sedikit, mereka dapat saling mengenal dekat dan melayani di antara mereka. Jumlah ini terus bertambah sejalan dengan perkembangan jumlah umat di Paroki.

Patut disayangkan, masih banyak keluarga Katolik di Paroki Cengkareng ini yang belum menjadi anggota St. Yusup, padahal - belajar dari pengalaman - keluarga biasanya tidak siap dan bingung (baik di dalam pelayanan rohani maupun jasmani) apabila terjadi kematian salah satu anggota keluarganya.

Tugas Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengajak umat untuk memberikan waktu, perhatian, dan bantuan khusus kepada kaum miskin, yang sakit/yang mengalami penderitaan, ketidak-adilan, diskriminasi, dan cacat-cacat sosial lain (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 9)

Sub-Seksi Orang Tua Asuh dan Beasiswa: mengajak dan menghimpun umat untuk memberikan perhatian dan bantuan pada anak sekolah yang kurang mampu dengan cara menjadi orang tua asuh dan memberikan beasiswa; mengadakan seleksi pada siswa-siswa yang memerlukan bantuan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan; menyalurkan bantuan beasiswa kepada para siswa yang telah diterima dan terdaftar sebagai anak asuh; membukukan dengan baik dana yang terhimpun dan secara berkala melaporkannya kepada Ketua Seksi.

Sub-Seksi Karitatif dan Pinjaman: memberikan bantuan pada mereka yang mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti untuk modal usaha, perumahan, kesehatan, dan sebagainya, dengan memberikan bantuan uang baik secara rutin (misalnya untuk lansia) atau hanya sekali saja; memberikan pinjaman uang yang pengembaliannya dapat diangsur kepada umat yang membutuhkan untuk suatu keperluan yang mendesak.

Sub-Seksi Tenaga Kerja: mendata mereka yang memerlukan pekerjaan, mengusahakan memberikan/meningkatkan ketrampilan, mencarikan lowongan pekerjaan dengan berbagai cara dan menyalurkan para pencari kerja tersebut.

Sub-Seksi Kesehatan: mengusahakan bantuan/keringanan biaya pengobatan dengan berbagai cara, termasuk menyelenggarakan klinik gratis/murah, merekrut dokter dan paramedis sukarelawan dan sebagainya.

Sub-Seksi Kematian: mengusahakan bantuan bagi umat yang meninggal baik anggota/bukan anggota Santo Yusup.

 

3.5. SEKSI PANGGILAN

Tugas utama Seksi Panggilan adalah menyadarkan seluruh umat, khususnya keluarga dan lembaga pendidikan Katolik, dalam tanggungjawab bersama atas tumbuh dan lestarinya panggilan imam, biarawan/biarawati, dan 'lembaga hidup bakti' lainnya.

Dalam kegiatan rutinnya, Seksi Panggilan menyelenggarakan Doa Panggilan bersama keluarga yang anggotanya menerima panggilan khusus, juga bersama umat umumnya.

Di tahun 2003, Seksi Panggilan membidani lahirnya kelompok puteri pelayan Altar yang disebut "Puteri Legio Ekaristi", sebuah kelompok remaja puteri kelas 5 SD s/d 1 SMU yagn terlibat dalam membantu/melayani Misa Kudus.

Guna memperkenalkan kehidupan seorang yang mengalami panggilan khusus, Seksi Panggilan mengundang kelompok orkestra dari Seminari Wacana Bakti dan trio musisi nasional Katolik (Ireng Maulana, Didi SSS, dan Tony Suwandi) untuk memeriahkan Minggu Panggilan.

Komunitas basis terkecil adalah keluarga. Keluarga adalah seminari kecil karena dari keluarga-lah datang panggilan menjadi biarawan/biarawati. Cukup banyak keluarga yang tidak menyetujui permintaan anaknya untuk masuk seminari atau biara, tapi tak sedikit pula yang merestuinya. Keluarga yang menumbuhsuburkan panggilan merupakan dambaan Gereja. Umat perlu selalu menyadari bahwa anak (hanyalah) "titipan Allah" dan dirinya diutus untuk merawat, mendidik, dan mengembangkan mereka menjadi warga yang mandiri dan unggul, dan selanjutnya berserah pada Tuhan - terjadilah apa yang Tuhan kehendaki atas anaknya itu.

Lembaga pendidikan sangat bertanggungjawab untuk menciptakan suasana bertumbuh-kembangnya panggilan. Sekolah seharusnya mempunyai data alumni yang menempuh panggilan khusus dan terus mengikuti perkembangan panggilan itu. Keluarga pun sebaiknya melaporkan ke Paroki jika ada putera atau puterinya yang menekuni panggilan khusus. Orangtua tidak perlu berpikir "jangan-jangan gagal" sebab Paroki dan sekolah membutuhkan data ini. Berhasil atau gagal adalah dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pernah memulai sudah cukup baik, dan istimewa jika dapat berlanjut sampai selesai. Untuk ini perlu selalu dukungan doa bukan saja dari sanak keluarga tetapi juga dari seluruh komunitas Gereja.

Tugas Seksi Panggilan menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menyadarkan seluruh umat, khususnya keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan Katolik, dalam tanggungjawab bersamanya atas tumbuh dan lestarinya panggilan imam, biarawan/biarawati, dan lembaga hidup bakti lainnya. (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 7)

Sub-Seksi Legio Ekaristi


3.6. SEKSI PENDIDIKAN

Seksi Pendidikan baru dibentuk pada Kepengurusan Dewan Paroki XII periode 2011-2014. Bermula dari keprihatinan Gereja akan adanya umat yang tidak mampu memenuhi biaya pendidikan anaknya, maka sejak ulang tahun Paroki Trinitas ke-33, Dewan Paroki memperkenalkan sebuah program dengan nama "Ayo Sekolah" (AyoS). Program AyoS inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal dibentuknya Seksi Pendidikan di Paroki Trinitas, Cengkareng. Tugas utama Seksi Pendidikan adalah menjalankan program AyoS dengan menjadi jembatan bagi umat yang mau berbagi berkat dengan menjadi orangtua asuh dengan umat yang meminta bantuan sebagai anak asuh.

BIDANG PERSEKUTUAN


4.1. SEKSI HUBUNGAN ANTR AGAMA DAN KEPERCAYAAN (HAK)

Seksi HAK baru terbentuk di Kepengurusan Dewan Paroki ke-8 (masa bakti 1999-2002), tetapi kegiatannya justru dimunculkan oleh Panitia Yubilium Agung 2000 dengan membuat Perayaan Natal Eukumenis di bulan Januari 1999 dan dilanjutkan dengan pertemuan serta hubungan periodik antara Pimpinan Gereja serta Majelis sebagai forum komunikasi yang lebih terasa dibutuhkan kehadirannya.
Sejak tahun 1997 di Jakarta Barat telah dibentuk Forum Komunikasi Umat Beragama Jakarta Barat (FKUB) dengan anggota para pemimpin agama setempat - termasuk di dalamnya Pastor Paroki Cengkareng. Kegiatan FKUB antara lain adalah pembagian sembako oleh umat beragam agama yang menjadi anggota Forum guna mengatasi dampak krisis sosial ekonomi yang melanda Indonesia. Adapun tempat pelaksanaan kegiatan ini berpindah-pindah, baik di lingkungan Mesjid dan Gereja di wilayah Jakarta Barat. Beberapa tokoh Paroki yang aktif dalam berbagai kegiatan FKKUB ini antara lain Bpk. S. Dirgono Mastu, Bpk. F.X. Budiman, dan Bpk. Suryo Sutanto.

Paroki Cengkareng dengan WP/WKRI serta PSE-nya mengambil peran aktif dalam setiap kegiatan HAK tanpa menimbulkan friksi dari golongan lain. Dengan adanya FKUB, maka komunikasi antar agama di tingkat Jakarta Barat berkembang positif, bahkan FKUB menjadi kebanggaan pembinaan sosial-agama di DKI Jakarta. Bapak Walikota Jakarta Barat pun turut bangga dengan pencapaian ini dan menunjukkan penghargaannya dengan hadir dalam Perayaan Natal dan Tahun Baru 2000 yang diselenggarakan oleh Wilayah VIII. Dalam acara itu, gamelan milik Paroki Cengkareng dimainkan oleh para pemuda Mesjid yang menyenandungkan lagu-lagu Natal. Alangkah indahnya hidup dalam kebersamaan dan rasa persaudaraan!

Tugas Seksi HAK menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Menggiatkan kaum awam untuk meningkatkan kerasulannya di dalam kehidupan Gereja dan tata dunia sesuai dengan tugas yang diterimanya dalma permandian da penguatan (Pedoman Dasar pasal 8 ayat 8) dengan cara menyebar luaskan pengertian yang benar dan utuh mengenai "kerasulan awam" kepada seluruh umat paroki, dan membina dialog serta kerja sama antar agama.

 

Selain Seksi-Seksi di atas, dalam Bidang Pelayanan dibentuk juga Bagian-Bagian untuk melaksanakan dan memperlancar tugas Dewan Paroki di bidang pemeliharaan sarana fisik Gereja. Adapun Bagian-Bagian yang ada di Paroki Cengkareng adalah sebagai berikut:

BAGIAN PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN GEREJA (P & P)

Bidang ini adalah perangkat Paroki yang berperan sangat penting dalam mengupayakan optimalisasi pengelolaan inventaris Gereja dan menciptakan rasa nyaman, tertib dan aman dalam diri umat yang mengikuti peribadatan maupun yang melakukan pelayanan.

Banyak hal yang telah dihasilkan oleh Bagian ini seperti penambahan teras kiri, kanan serta depan gereja, penutupan saluran air, pembuatan taman di depan pintu gereja, pengaturan dan penambahan tata suara, penggantian kipas angin serta pengaturan parkir mobil dan motor. Kerja keras Bagian ini sudah tentu membutuhkan dukungan seluruh umat yang secara langsung menggunakan sarana-sarana yang ada.

Tugas Bagian P& P menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan gedung-gedung, halaman dan tanaman di kompleks paroki. (Pedoman Dasar pasal 9 ayat 7)

Sub-Bagian Gedung: melaksanakan pemeliharan dan perbaikan gedung-gedung di paroki.

Sub-Bagian Taman: melaksanakan pemeliharan taman di sekitar gedung gereja, gedung paroki, dan pastoran agar tetap hidup, indah, dan rapi.

Sub-Bagian Dekorasi dan Kebersihan Gereja: mengatur dan menyediakan bahan keperluan dekorasi di dalam gedung gereja khususnya untuk Perayaan Ekaristi atau perayaan lainnya seperti bunga, penutup altar, gorden, dan sebagainya, serta memelihara kebersihan dalam gereja dan ruang sakristi.

Sub-Bagian Inventaris: memelihara dan menyimpan dengan rapi seluruh inventaris milik paroki serta membuat daftar inventaris untuk secara berkala dilaporkan kepada PGDP.

 

BAGIAN UMUM DAN PERSONALIA

Bagian ini dibentuk pada bulan Agustus 1999 dengan maksud meningkatkan pelayanan dan sumber daya para karyawan yang bekerja di Gereja sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dan disiplin sesuai dengan tugas yang diberikan. Para karyawan Gereja yang dimaksud meliputi Sekretariat, Koster, Pemeliharaan Gedung, Kebersihan dan Pertamanan, dan Satpam. Diharapkan Bagian ini dapat meringankan tugas Pastor Paroki dalam berurusan dengan para karyawan sehingga para Pastor dapat berkonsentrasi penuh pada tugas pastoral yang diembannya.

Tugas Bagian Umum dan Personalia menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengawasi dan membina para karyawan purna waktu dan paroh waktu yang bekerja di paroki agar bekerja dengan baik dan disiplin sesuai dengan tugas yang diberikan, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang belum dilakukan oleh Bagian lain.

Sub-Bagian Parkir: mengatur dan memelihara keamanan sehari-hari di kompleks gereja, mengatur dan menjaga parkir kendaraan pengunjung gereja, gedung paroki, dan pastoran khususnya sewaktu ada perayaan atau kegiatan lainnya.

 

BAGIAN RUMAH TANGGA PASTORAN

Bagian ini ditangani oleh ibu-ibu Paroki yang amat peduli dengan keadaan pasturan yang memerlukan pelayanan seperti penyediaan makan para imam, kebersihan, serta urusan rumah tangga sehari-hari yang tak mungkin dilakukan sendiri oleh para imam. Peran para ibu ini sangat membantu tugas para imam dalam masalah sehari-hari, sehingga para imam memiliki waktu cukup untuk pelayanan pastoralnya - walau tidak akan pernah cukup.

Tugas Bagian Rumah Tangga Pastoran menurut Pedoman Rumah Tangga Dewan Paroki (Juli 2006):

Mengurus segala keperluan rumah tangga pastoran sesuai dengan kebutuhan dan permintaan Pastor Kepala Paroki. (Pedoman Dasar pasal 9 ayat 8)

 

BAGIAN PENDATAAN UMAT

Bagian Pendataan Umat dibentuk pada Kepengurusan Dewan Paroki XII dikarenakan adanya kebutuhan mendesak untuk dengan cermat dan teliti untuk sungguh-sungguh menaruh perhatian pada pendataan umat di Paroki Trinitas, Cengkareng, sehingga angka-angka yang dihadirkan adalah akurat yang dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dan kebijaksanaan Gereja dalam banyak hal.

Â