You are here : Home Renungan Mari Merenung Pengkhianat

Pengkhianat

Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ‘Bukan aku, ya Rabi?’” (Mat 26:25)

Minggu ini kita rayakan sebagai Minggu Palma, saat kita mengenang kembali masuknya Tuhan Yesus ke Yerusalem dengan disambut begitu banyak orang yang sangat besar jumlahnya; yang menghamparkan pakaian mereka untuk menjadi “karpet merah” untuk dilalui Sang Raja;  yang bersorak nyaring: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan...”  Tetapi 5 hari kemudian, orang-orang yang dengan gegap gempita menyambut Tuhan Yesus itu berbalik menghujat, mencemooh, dan menyalibkan Dia.  Apakah kita seperti orang-orang tersebut?

Yudas Iskariot, salah satu murid Tuhan Yesus, mengikuti ke mana pun Tuhan pergi.  Ia menyaksikan mukjizat-mukjizat terjadi, ia mendengar Tuhan mengajar murid-muridNya dan orang banyak.  Ia juga melihat penyambutan luar biasa di Yerusalem.  Tetapi karena nafsu duniawi yang merasukinya, hanya beberapa hari kemudian ia mengkhianati  Sang Guru dengan bersepakat bersama imam-imam kepala.  Apakah kita juga semacam Yudas Iskariot?

St. Eugenius de Mazenod menyesali waktu-waktu ia menjadi orang yang sungguh mengkhianati Sang Kasih, membuangnya jauh-jauh dari hidupnya, memuaskan nafsu duniawi demi ego diri dan gengsinya.  Waktu-waktu gelap itu disadarinya saat ia memandang Salib Kristus di hari Jumat Agung: “Aku mencari kebahagiaan di luar Allah dan setelah sekian lama, yang kutemukan hanyalah penderitaan.  Betapa sering di masa lalu hatiku tercabik, tersiksa, memohon bantuan kepada Allah yang telah kutinggalkan.  Dapatkah aku melupakan airmata kesedihan yang mengalir saat aku memandang Salib pada hari Jumat Agung itu? Memang air mata itu mengalir dari dasar lubuk hatiku dan tidak ada yang dapat mencegahnya.  Airmata itu terlalu banyak untuk bisa kusembunyikan dari orang lain yang juga hadir dalam perayaan yang mengharukan itu.  Aku dalam keadaan berdosa berat dan inilah yang membuat hatiku amat sedih.”  (Catatan Retret 1814)

Hari ini kita mengakui  Tuhan Yesus sebagai Raja.  Bukalah hati kita lebar-lebar, bersihkanlah segala noda dan kotor dari dalamnya - supaya kita tidak lagi menjadi seorang pengkhianat dan pencemooh Tuhan – supaya kita tidak lagi dan lagi menyalibkan Tuhan – supaya Tuhan berkenan bertahta dan meraja dalam hati dan hidup kita. (t)

Sumber: Wapita Minggu, 13 April 2014.