You are here : Home Renungan Renungan Oleh Rm. Ign. Sumarya, SJ Selasa, 23 April 2013

Selasa, 23 April 2013

"Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan?”

(Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30)

“Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semakin diragukan dan dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi yang kurang percaya kepadaNya, Yesus semakin menyatakan Jati DiriNya, yang berarti bagi mereka yang tidak percaya akan semakin bimbang dan ragu-ragu, sedangkan yang percaya semakin mendalam dan handal kepercayaan mereka kepada Yesus, dan dengan demikian semakin bersatu dengan Yesus, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka megikuti Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya”, demikian penyataan atau pewahyuan Diri Yesus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa mengusahakan kesatuan denganNya dan secara konkret menghayati kesatuan atau persaudaraan sejati dengan rekan-rekan seiman. Hidup dalam persaudaraan sejati pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka macam bentuk permusuhan masih marak di sana-sini. Marilah kita hilangkan aneka kebimbangan dan keraguan terhadap rekan-rekan seiman, karena bimbang dan ragu dengan rekan-rekan seiman hemat saya berarti juga bimbang dan ragu terhadap Tuhan Allah. Kami berharap persaudaraan sejati pertama-tama dan terutama dihayati dalam keluarga kita masing-masing, yang dibangun dan diperkembangkan dalam dan dengan cintakasih. Kita dekati dengan rendah hati rekan-rekan kita yang mau menjauhkan atau memisahkan diri, untuk diajak bersaudara dan bersahabat lagi.

·   “Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan” (Kis 11:23-24). Pengalaman Barnabas ini kiranya dapat menjadi inspirasi atau teladan bagi kita semua umat beriman. Marilah kita saling melihat kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada saudara-saudari kita, dengan kata lain melihat kesetiaan saudara-saudari kita terhadap kehendak Allah. Kami percaya lebih banyak saudara-saudari kita yang setia kepada kehendak Allah daripada yang tidak atau kurang setia kepada kehendak Allah. Memang untuk itu kita senantiasa diharapkan berpikir positif terhadap orang lain alias lebih melihat dan mengakui kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri saudara-saudari kita daripada kekurangan-kekurangan atau kejahatan-kejahatannya. Marilah kita saling membawa satu sama lain kepada Allah, Tuhan, agar kita semua semakin mendengarkan dan melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati senantiasa berkarya dan hadir dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik. Lebih banyak saudara-saudari kita yang baik daripada yang jahat. Bukti kesetiaan orang kepada Tuhan antara lain menjadi nyata atau dapat kita saksikan dalam kesetiaannya pada panggilan dan tugas pengutusan. Sebagai contoh imam, bruder, suster atau suami-isteri yang lansia, bertahun-tahun lamanya menghayati panggilan dengan baik meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Masing-masing dari kita kiranya dapat belajar dari orangtua kita masing-masing yang setia sebagai suami-isteri sampai mati. Kepada generasi tua kami harapkan dengan besar hati dan kerelaan tinggi bersedia membagikan pengalaman kesetiaannya kepada generasi muda, dan kepada generasi muda kami harapkan dengan rendah hati meneladan kesetiaan generasi tua.

“Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.” (Mzm 87:1-3)