You are here : Home Renungan Renungan Oleh Rm. Ign. Sumarya, SJ Sabtu, 12 November 2011

Sabtu, 12 November 2011

“Adakah Ia mendapati iman di bumi?"

(Keb 18:14-16; 19:6-9; Luk 18:1-8)

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk 18:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yosafat, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Berdoa merupakan bagian hidup kita sebagai umat beriman atau beragama. Saudara-saudari kita, umat Muslim, memiliki kebiasaan berdoa lima kali sehari, sementara itu kita semua kiranya memiliki kebiasaan berdoa harian, entah itu doa pagi atau doa malam dst.. Berdoa merupakan ungkapan iman kita bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita. St Yosafat yang kita kenangkan hari ini dikenal sebagai gembala umat yang berusaha keras mempersatukan umat Allah, sehingga menghadapi perlawanan dari mereka yang tidak senang dan kemudian membunuhnya. Ia adalah korban dan martir pemersatu umat Allah. Hemat saya doa juga mempersatukan kita semua sebagai umat Allah, karena kita sama-sama berdoa kepada Allah Yang Maha Esa. Persaudaraan atau persatuan sejati antara umat beragama juga merupakan wujud iman kita kepada Allah Yang Maha Esa. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah korban persaudaraan atau persatuan sejati, yaitu persatuan antara bapak dan ibu kita masing-masing, yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, sehingga bersetubuh dan ada kemungkinan menghasilkan buah kesatuan, antara lain kita ini. Sebagai ‘buah kesatuan’ marilah kita tunjukkan dalam hidup sehari-hari dengan mengusahakan, memperdalam dan memperteguh persatuan dan persaudaraan antar umat beriman atau beragama, antara seluruh bangsa di dunia.

Sebab sementara sunyi senyap meliputi segala sesuatu dan malam dalam peredarannya yang cepat sudah mencapai separuhnya, maka firman-Mu yang mahakuasa laksana pejuang yang garang melompat dari dalam sorga, dari atas takhta kerajaan ke tengah tanah yang celaka. Bagaikan pedang yang tajam dibawanya perintah-Mu yang lurus, dan berdiri tegak diisinya semuanya dengan maut; ia sungguh menjamah langit sambil berdiri di bumi” (Keb 18:14-16). Firman Tuhan “laksana pejuang yang garang melompat dari dalam sorga…Bagaikan pedang yang tajam dibawanya perintahMu yang lurus”, inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan bersama. Sebagai orang beriman dan beragama sungguh-sungguh kiranya percaya kepada semua firman Tuhan. Percaya berarti suka membacakan dan mendengarkan, dan karena Tuhan maha segalanya jika kita sungguh mendengarkan firmanNya maka kita akan dibentuk dan dibina. Dengan kata lain marilah kita sadari dan hayati bahwa firman Tuhan sungguh mendidik dan membina diri kita untuk semakin beriman. Apa yang saya kutipkan dan refleksikan setiap hari adalah firman Tuhan dan saya kirimkan kepada anda semua dengan harapan kita semua semakin beriman, maka semoga apa yang saya sharingkan berguna bagi anda semua untuk semakin beriman. Para imam dan anggota lembaga hidup bakti kiranya setiap hari juga mendengarkan firman Tuhan, entah dalam Perayaan Ekaristi maupun Ibadat Harian. Bacaan singkat dalam Ibadat Harian merupakan ayat-ayat terpilih, maka hendaknya sungguh direnungkan dan kemudian dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Pada minggu-minggu atau hari-hari terakhir dalam Kalendarium Liturgi ini kita diajak mawas diri: sejauh mana iman kita telah tumbuh-berkembang, makin kuat, makin handal, atau kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia dimana pun dan kapan pun, apakah kita semakin menjadi pendoa yang benar.

“TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku” (Mzm 102:2-3)