You are here : Home Renungan

Rabu, 10 April 2013

“Manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang,”

(Kis 5:17-26; Yoh 3:16-21)

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Kecenderungan banyak orang pada umumnya adalah ingin hidup enak-enak, kerja sedikit menerima hasil melimpah, demikian juga dalam hal makan senantiasa mengusahakan yang enak dan nikmat, meskipun tidak sehat. Aneka rayuan kenikmatan yang merebak masa kini memang begitu menggoda manusia untuk segera menikmatinya, meskipun kenikmatan yang diperoleh membahayakan keselamatan jiwanya. Kita manusia memang menjadi rebutan antara roh jahat dan roh baik, cenderung berbuat jahat atau berbuat baik. Sebagai orang beriman kita semua diharapkan lebih melakukan apa yang baik dan benar, sehingga suka “datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah”. Perbuatan yang baik dan benar adalah yang menyelamatkan jiwa manusia, jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan untuk melakukan apa yang baik dan benar, namun karena keterbatasan dan kelemahan kita masing-masing, maka apa yang kita lakukan sungguh masih jauh dari apa yang kita dambakan  atau kurang sempurna. Untuk itu masing-masing dari kita hendaknya tidak memutlakkan bahwa yang dilakukan baik dan benar, melainkan hanya menyumbangkan sebagian kecil sekali demi kebaikan bersama. Namun demikian meskipun hanya mampu memberi sedikit sumbangan atau bantuan, hendaknya tetap bangga dan rendah hati. Kita semua mendambakan hidup mulia selamanya atau kekal setelah meninggal dunia nanti, maka marilah saling bekerjasama mengusahakannya.
  • "Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak." (Kis 5:20), demikian perintah malaikat Allah kepada para rasul, untuk keluar dari penjara serta kemudian memberitakan seluruh firman hidup. Kekuatan Allah memang lebih kuat dan kuasa daripada kekuatan manusia, itulah yang dialami oleh para rasul. Mengandalkan diri pada kekuatan Allah berarti senantiasa memberitakan firman hidup, artinya melakukan segala sesuatu yang menghidupkan, menggairahkan dan memberdayakan. Hemat saya untuk itu kita senantiasa harus melakukan apa yang baik dan positif, senantiasa melihat dan mengangkat apa yang baik dan positif, baik yang  ada dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Dengan kata lain kita senantiasa berpikiran positif, senantiasa mengikuti dorongan dan bisikan Roh Kudus. Memang untuk itu kita harus dengan rendah hati membuka diri dan belajar terus-menerus memahami bahasa Roh Kudus, sehingga mahir akan Roh Kudus, ahli roh baik bukan ahli roh jahat atau setan. Roh Kudus ‘menjiwai’ semua ciptaan Allah yang ada di permukaan bumi ini, antara lain menganugerahi perkembangan dan pertumbuhan maupun perubahan ke arah yang baik menuju  ke kesempurnaan hidup. Marilah kita imani bahwa kegairahan, kegembiraan dan keceriaan hidup sungguh merupakan buah karya Roh Kudus. Orang yang hidup dijiwai oleh Roh Kudus juga anti kekerasan dalam bentuk apapun, cara hidup dan cara bertindaknya sungguh lemah-lembut dan sederhana, menunjukkan penyerahan diri secara total kepada dorongan dan bisikan Roh Kudus. Karya Roh Kudus memang lembut, berproses terus-menerus, tak tergoyahkan oleh aneka tantangan, masalah maupun hambatan.

“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.” (Mzm 34:2-5)

Add a comment

Selasa, 09-04-2013

“Angin bertiup ke mana ia mau”

(Kis 4:32-37; Yoh 3:7-15)

“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Percaya kepada Yesus yang bangkit berarti hidup dan bertindak sesuai dengan perintah atau dorongan Roh Kudus. Roh dalam bahasa Yunani adalah ‘ruah’ yang berarti badai atau angin kencang, dan kita tahu bahwa badai atau angin bergerak kepada ia mau, sesuai dengan tekanan udara di atas permukaan bumi ini. Angin kencang atau badai dapat memporak-porandakan apa yang dilewati, misalnya bangunan/rumah, pohon dst.., angin sepoi-sepoi bertiup di siang hari dapat membuat orang mengantuk dan tertidur. Pada umumnya orang tak mampu mengalahkan angin atau badai. Begitulah hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan dan bisikan Roh Kudus mau tak mau harus mengikutiNya. Bagaikan angin, roh tidak kelihatan, namun dapat dirasakan atau dinikmati hasil atau karyanya. Sabda hari ini mengingatkan kita semua bahwa untuk dapat percaya pada dorongan Roh Kudus mengandaikan orang percaya kepada apa yang kelihatan atau duniawi. Jika dalam hal duniawi kita sulit percaya apalagi dalam hal sorgawi atau rohani. Kami berharap kita dengan saudara-saudari yang setiap hari hidup atau bekerja bersama saling percaya, sebagai bukti bahwa kita percaya akan Roh yang hidup dan berkarya dalam diri kita masing-masing. Hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan atau kehendak Roh berarti berubah terus-menerus; kita memperhatikan tanda-tanda zaman serta menanggapinya demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun umat manusia. Memang hidup dan bertindak sesuai Roh juga berarti senantiasa berpegang teguh pada keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, serta menghayatinya sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.
  • Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya” (Kis 4:32-35). Kutipan dari Kisah Para Rasul ini merupakan contoh hidup bersama orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kumpulan umat yang sungguh beriman, maka cara hidup jemaat purba ini kiranya dapat menjadi bantuan bagi kita semua dalam mawas diri sebagai umat beriman yang harus hidup bersama. “Sehati dan sejiwa” itulah kiranya yang menjadi dambaan kita bersama sebagai umat beriman, sehingga terjadi persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati antar kita pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan masih maraknya permusuhan di antara warganegara kita, yang terjadi sekitar pemilihan kepala daerah. Bentuk penghayatan persaudaraan sejati juga dapat diwujudkan dengan hidup sederhana, menggunakan aneka jenis harta benda atau uang sesuai dengan keperluan, dan tidak berfoya-foya. Maka kepada mereka yang kaya akan harta benda dan uang kami harapkan solider kepada mereka yang miskin dan berkekurangan: bantulah saudara-saudari anda yang sungguh membutuhkan untuk hidup layak, dan jika mungkin juga membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam pembeayaan untuk belajar alias memberi beasiswa.  Marilah kita wujudkan motto ‘solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan’

“TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.” (Mzm 93:1-2)

Add a comment

Senin, 08 April 2013

HR Kabar Sukacita : Yes 7:10-14; 8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.

Pasangan suami-isteri baru yang mendengar bahwa sang isteri mulai mengandung, maka pasangan suami-isteri tersebut sungguh bersukacita, dan kiranya mareka pun juga tergerak untuk mewartakan sukacita atau kegembiraannya kepada saudara-saudarinya. Namun jika seorang perawan mengandung pasti akan menjadi bahan cemoohan atau pembicaraan jelek. Maria, perawan suci dari Nazaret tiba-tiba menerima kabar dari Allah melalui malaikatNya bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki karena Roh Kudus. Secara manusiawi hal ini kiranya sungguh menakutkan, jangan-jangan ada tuduhan orang lain ia berzinah atau kena tulah. Namun begitulah kehendak atau janji Allah harus segera terlaksana, dengan mengutus Pribadi kedua menjadi manusia melalui rahim Maria. Dengan kata lain Maria terpilih sebagai wakil umat manusia untuk bekerjasama dalam perwujudan janji Allah, maka kesanggupan Maria untuk mengandung karena Roh Kudus sungguh merupakan kabar sukacita atau gembira. Maria adalah bunda kita dan teladan umat beriman, maka marilah kita meneladan imannya.

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)

Kutipan di atas ini merupakan tanggapan Maria dengan rendah hati mentaati kehendak atau perintah Allah. Hemat saya orang yang rendah hati dan taat sungguh menggembirakan banyak orang atau membuat sukacita bagi banyak orang. Sebagai orang beriman marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dengan taat dan rendah hati. Ketaatan kita terutama adalah taat kepada kehendak dan perintah Allah dalam rangka berpartisipasi mewujudkan karya penyelamatan dunia. Dunia seisinya ketika diciptakan oleh Allah semuanya baik adanya, namun karena dosa dan keserakahan manusia apa yang semula baik telah rusak: ciptaan-ciptaan lain selain manusia seharusnya membantu manusia dalam mengusahakan keselamatan jiwanya alias menjadi sarana atau wahana sudah terbalik menjadi tujuan.

Berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia memang harus berjuang dan berkorban, sebagaimana dialami oleh Maria, sebagai perawan yang harus mengandung, mempersembahkan keperawanannya kepada Allah, bukan untuk kenikmatan seksual sebagaimana didambakan banyak orang. Apa yang paling berharga dipersembahkan kepada Allah demi keselamatan atau kesejahteraan umum, seluruh umat manusia. Memberi persembahan kepada Allah seharusnya memang yang paling baik, paling berharga atau paling bernilai, yang berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa diri kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai kini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya jika kemudian semuanya dipersembahkan kembali kepada Allah.

Sekali lagi kami ingatkan bahwa kita berada dalam Tahun Iman, dimana kita diajak untuk kembali ke sumber-sumber iman sebagai pedoman atau acuan hidup dan bekerja. Salah satu sumber iman kita adalah sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, maka marilah kita bacakan dan dengarkan serta cccap dalam-dalam sabda Allah. Semoga kehendak dan perintah Allah sungguh meresap dalam-dalam atau tertanam dalam hati kita, sehingga mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Keunggulan hidup beriman terletak dalam penghayatan atau tindakan bukan wacana atau omongan, maka marilah kita bekerjasama atau saling membantu dalam menghayati sabda atau perintah Allah dalam hidup sehari-hari, agar diri kita maupun kebersamaan hidup kita semakin dikasihi oleh Allah dan umat manusia. Dengan kata lain semoga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa menjadi kabar sukacita atau kabar gembira bagi siapa saja. Marilah kita senantiasa melakukan apa yang baik dan membahagiakan orang lain, karena kita semua mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, aman sentosa kapan pun dan dimana pun.

“Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.” (Ibr 10:7-8)

Kehendak Allah bagi kita semua adalah agar kita semua setia dan giat melakukan kehendakNya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Bukan ‘korban persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa’, sebagaimana sering dilakukan oleh sementara orang dengan berjaga bakti sepanjang malam dalam adorasi kepada Sakramen Maha Kudus, yang berkenan pada kehendak Allah. Derap langkah para pendahulu kita, misalnya di wilayah Keuskupan Agung Semarang, senantiasa terarah secara konkret pada suka-duka umat manusia, warga masyarakat, misalnya dengan social-ekonomi demi kesejahteraan rakyat atau kesejahteraan masyarakat.

Kami berharap kepada kita semua umat beriman untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan masing-masing. Dengan kata lain hendaknya kita sungguh hidup membumi, berpartisipasi dalam aneka macam seluk beluk hidup sehari-hari umat manusia masa kini. Tentu saja kita kemudian tidak jatuh ke semangat materialistis atau duniawi, melainkan tetap dalam dan dengan terang iman berpartisipasi dalam aneka seluk-beluk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia, Allah yang telah mendunia dengan menjadi manusia, kami harapkan kita sungguh hidup mendunia atau membumi.

Salah satu keprihatinan kita masa kini antara lain adalah kerusakan atau kehancuran lingkungan hidup, sehingga tidak sesuai lagi dengan kehendak Allah. Maka marilah kita tingkatkan perawatan lingkungan hidup, kita buat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat untuk ditempati atau ditinggali. Aneka jenis tanaman hendaknya diusahakan, demikian juga aneka jenis binatang biarlah hidup bebas, dan jangan dipenjara di dalam sangkar. Dimana mungkin hendaknya dibuat sumur-sumur resapan air hujan.

“Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN” (Mzm 40:7-10)


Add a comment

Minggu Paskah II, 07 April 2013

Mg Paskah II: Kis 5:12-16; Why 1:9-11a.12-13.17-19; Yoh 20:19-31

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Jika kita jajan atau makan di rumah makan kiranya kita tidak tahu/melihat bagaimana makanan dimasak, dan kita meskipun tidak melihat bumbu atau ramuan apa yang dimasukkan ke dalam makanan yang akan disajikan kita percaya bahwa tidak akan diracuni atau dicelakakan. Dalam banyak hal kita tidak melihat proses pembuatan atau  produksinya, namun kita percaya. Dalam hal-hal duniawi kita sungguh mudah dapat percaya, namun secara jujur kita akui bahwa dalam hal spiritual atau rohani kita sulit percaya. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan Tomas yang tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit dari mati, sebagaimana diceriterakan oleh rekan-rekannya, sebelum ia melihatnya sendiri. Mungkin Tomas lebih cenderung menekankan logika atau pikiran serta kurang dalam hal hati. Kata ‘melihat’ dan ‘percaya’ dalam Injil Yohanes menjadi tema utama, maka marilah kita renungkan apa yang menjadi isi utama dari Warta Gembira hari ini.

"Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:29-31)

Beriman memang antara lain mempercayakan atau mempersembahkan diri kepada sesuatu yang tak dapat dilihat oleh mata fisik ini, namun mata rohani atau spiritual melihat sangat jelas dan terang-benderang. Maka kutipan di atas ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua akan pentingnya pembinaan dan pendalaman mata rohani  atau spiritual, yang berarti mencerdaskan hati kita. Salah satu cara untuk mencerdaskan hati antara lain adalah rajin dan setia mengadakan pemeriksaan batin/hati setiap hari. Sepanjang hari tanpa kenal waktu dan tempat Allah terus berkarya dalam lingkungan hidup kita, melalui ciptaan-ciptaanNya, tentu saja juga melalui diri kita masing-masing. Teks kitab suci juga merupakan bantuan bagi kita agar dapat mawas diri atau mengadakan pemeriksaan batin/hati dengan baik dan benar.

Mengimani Yesus sebagai Mesias atau Penyelamat Dunia dan Anak Allah memang merupakan tantangan tersendiri. Mungkin secara verbal dan formal atau liturgis kita percaya, tetapi secara konkret melalui cara hidup dan cara bertindak atau perilaku kiranya tidak semuanya menghayatinya. Iman tanpa tindakan atau perilaku memang tak ada apa-apanya, bagaikan tong kosong berbunyi nyaring. Cara pembinaan iman yang lain adalah rajin dan teratur berjumpa dan bercurhat dengan rekan-rekan seiman. Ketidak-hadiran Tomas dalam perjumpaan para rasul, sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini memperlihatkan bahwa ketidak-hadirannya menimbulkan keraguan sekaligus memperlihatkan kepribadian Tomas yang jujur dan polos. Jujur dan polos kiranya keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, sebagai wujud konkret penghayatan iman kita.

Dalam Tahun Iman ini marilah kita tekun dan rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci agar iman kita semakin mendalam dan handal, sehingga kita tabah menghadapi aneka tantangan dan masalah kehidupan yang dapat merongrong kehidupan umat beriman atau membuat iman kita mengalami erosi. Dalam membaca dan merenungkan Kitab Suci hendaknya lebih mengutamakan atau  menekankan pencecapan yang mendalam akan isi Kitab Suci, bukan banyaknya pengetahuan. Kita dapat bercermin pada para gembala kita yang memiliki motto penggembalaannya satu dua kata dari Kitab Suci. Kita semua dipanggil untuk menjadi pribadi yang dapat dipercaya, sehingga di antara kita dapat saling percaya satu sama lain, tiada kecurigaan sedikitpun. Memang menjadi orang yang dapat dipercaya tidak mudah, namun demikian jika kita mau berusaha pasti akan berhasil dengan baik. Dapat dipercaya memang ada kaitannya bertanggungjawab, maka baiknya kita juga mengembangkan dan memperdalam keutamaan bertanggungjawab.

Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak.Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.” (Kis 5:13-16)

Kutipan di atas ini menggambarkan kesuksesan pelayanan para rasul, sebagai saksi-saksi iman. Mereka adalah orang-orang sederhana (para nelayan), dan dengan berani memberi kesaksian perihal kebangkitan Yesus dari mati, Pribadi Yesus yang penuh kuasa. Mereka yang semula kurang diperhatikan sekarang dihormati banyak orang, hal yang demikian kiranya juga terjadi dalam diri mayoritas pastor, yang pada umumnya berasal dari daerah desa dan miskin serta kurang diperhatikan dan ketika menjadi pastor dihormati banyak orang. Penghormatan yang terjadi bukan karena materi atau harta benda, melainkan ada kepercayaan orang yang bersangkutan merupakan wakil dan utusan Allah, orang-orang yang sungguh beriman.

Orang yang sungguh beriman memang menarik, mempesona dan memikat, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat. Iman juga dapat menyembuhkan aneka penyakit. Sebagaimana dialami oleh para rasul dimana banyak orang sakit dan yang diganggu roh jahat dibawa kepada mereka untuk disembuhkan. Pada masa kini kiranya banyak orang yang diganggu roh jahat sehingga cara hidup dan cara bertindaknya kacau-balau, hanya mengikuti selera pribadi, kurang peka terhadap orang lain dst.. Orang-orang yang demikian hendaknya segera disembuhkan. Orang menderita sakit pada umumnya karena kurang atau tidak teratur hidupnya, maka jika mau sembuh bertobatlah alias hidupnya dengan teratur (makan, minum, istirahat, olahraga dst..).

"Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,  dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.” (Why 1:17-19). Kutipan ini kiranya menjadi kekuatan atau pedoman kita untuk menjadi saksi iman yang handal. Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan bekerja terus menerus tidak terikat oleh ruang dan waktu, maka beriman kepadaNya berarti tanpa takut dan tanpa gentar menjadi saksi iman kapan pun dan dimana pun. Kita juga dipanggil untuk menulis aneka kebenaran yang terjadi sehingga kelak dapat menjadi pegangan bagi orang banyak, sebagaimana terjadi dengan Kitab Suci atau buku-buku rohani/doa. Tulis doa atau pengalaman iman anda yang baik, dan percayalah bahwa tulisan tersebut kelak akan sangat berarti dan berguna bagi banyak orang.

“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!” (Mzm 118:22-25)

Add a comment

Sabtu, 06 April 2013

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang  selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Kiranya kita semua setiap hari senantiasa bepergian, entah dekat atau jauh, dalam kota atau luar kota, dalam negeri atau luar negeri. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita semua dipanggil kemana pun kita pergi maupun dimana pun kita berada untuk senantiasa ‘memberitakan Injil kepada segala makhluk’. Dengan kata lain hendaknya cara hidup, cara bertindak maupun sepak terjang kita senantiasa menggembirakan dan menggairahkan orang lain untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan bertindak melalui RohNya, maka marilah kita lihat dan imani karya Roh Kudus dalam ciptaan-ciptaanNya dan tentu saja terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kita berharap siapapun yang bertemu kita atau melihat kita akan melihat dan bertemu dengan Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka kita yang masih hidup di dunia ini dan beriman kepadaNya dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira kepada dunia. Pada masa kini lingkungan hidup sungguh memprihatinkan, maka semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa membuat lingkungan hidup semakin bergairah, mempesona dan menarik. Marilah lingkungan hidup dimana kita hidup maupun bekerja kita usahakan semenarik dan semempesona mungkin: berilah tanaman yang memadai, jaga kebersihan lingkungan dst.. Usaha penghijauan dengan penanaman pohon-pohon hendaknya menjadi gerakan masal dimana-mana, dan kita hentikan pembabatan hutan yang tak tahu aturan demi kepentingan komersial.
  • "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.”(Kis 4:19-20), demikian kata Petrus dan Yohanes terhadap  para tokoh bangsa Yahudi yang ingin mengadili dan menghukum mereka. Apa yang dikatakan oleh Petrus dan Yohanes ini kiranya dapat menjadi teladan bagi siapapun yang dipanggil menjadi saksi. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang dipanggil menjadi saksi di pengadilan untuk “berkata-kata tentang apa yang dilihat dan didengar” alias memberi informasi yang benar dan akurat. Jangan coba-coba menjadi saksi palsu atau melakukan kebohongan dalam memberikan kesaksian, karena dengan demikian anda akan berbalik menjadi tersangka serta kemudian harus diadili dan dihukum. Kejujuran merupakan keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama. Maka kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal kejujuran, dan tentu saja teladan orangtua atau generasi tua sungguh penting dalam hal hidup jujur. Sekali lagi saya angkar rumor bahwa ‘jujur akan hancur’, memang hidup jujur akan hancur untuk sementara, tetapi akan mulia dan bahagia serta damai sejahtera untuk selamanya. Semoga mereka yang berkarya di dua departemen yang sangat erat dengan pembinaan manusia, yaitu Departemen Agama dan Departemen Pendidikan, dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran, tidak melakukan korupsi sebagaimana masih marak sampai kini. Jika mereka yang bekerja di dua departemen ini tidak jujur lagi dan selalu berkorupsi apa yang dapat diharapkan dari negeri tercinta ini. Para tokoh atau pemuka agama yang pada umumnya menjadi panutan hidup umatnya kami harapkan juga dapat menjadi teladan atau saksi kejujuran.

“TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan,”

(Mzm 118:14-15)

Add a comment
Page 5 of 28