You are here : Home Artikel Umat Berbagi Menjadi Pelayan Yang Bahagia

Menjadi Pelayan Yang Bahagia

Rekoleksi Dewan Paroki Pleno Trinitas, 9-10 Januari 2016 diikuti oleh 165 peserta yang terdiri dari para ketua lingkungan, wilayah, seksi dan kategorial. Rekoleksi yang dilaksanakan di MDC, Gadog, Bogor dibimbing oleh Rm. FX. Rudi Rahkito Jati, OMI dan Rm. Basir Karimanto, OMI.

Rekoleksi ini dibagi menjadi tiga sesi besar:

  1. Sesi Pertama : Tiga Pertanyaan Dasar  disampaikan Romo FX. Rudi Rahkito Jati, OMI
  2. Sesi Kedua : Panggilan Menjadi Pelayan disampaikan Romo Basir Karimanto, OMI
  3. Sesi Ketiga : Sharing Kelompok

I. Romo FX. Rudi Rahkito Jati, OMI

Tiga Pertanyaan Dasar
Romo Rudi mengawali sesi rekoleksi ini dengan merefleksikan tiga pertanyaan dasar, yakni “Siapakah Aku? Apa tujuan hidupku? Dan Apa itu kebahagiaan?” Dari tiga pertanyaan itu, pertanyaan pertama dan utama yang paling pokok dan menentukan hidup manusia adalah “Siapakah aku?” pertanyaan ini akan menentukan Anda dalam merumuskan tujuan hidup Anda dan bagaimana Anda merumuskan kebahagiaan.

Siapakah Aku?
Jawaban atas pertanyaan “siapakah aku?” dikatakan menjadi penemuan terbesar dalam abad Anda hidup. Tidak ada pengetahuan yang lebih penting daripada jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Pengetahuan mengenai diri sendiri sangat penting hingga seorang bijak mengatakan itulah kebijaksanaan tertinggi dalam hidup ini.

Jawaban atas pertanyaan “siapakah aku?” akan mengarahkan Anda dalam merumuskan tujuan hidup. Pertanyaan “apakah tujuan hidup Anda?” akan dengan mudah Anda rumuskan ketika Anda mampu merumuskan siapakah diri Anda. Pertanyaan “siapakah aku?”  adalah pertanyaan yang langsung menyentuh jati diri Anda. Jati diri ini menjadi proses sepanjang hidup Anda, dan karenanya amat penting memiliki jawaban yang benar atas pertanyaan ini. Ketika Anda menjawab diri Anda adalah orang yang paling berharga, maka jati diri Anda sebagai pribadi berharga akan berupaya menghayati hidup sebagai kesempatan yang amat berharga. “aku adalah pribadi yang sangat berharga” Anda tentu tidak akan menyia-nyiakan waktu yang Anda miliki, dan tentu Anda akan berupaya melakukan yang baik dan berharga.

Paus Fransiskus menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan “I am sinner, but God’s love save me” Karena itulah kita melihat pribadi Paus Fransiskus begitu rendah hati, cinta kepada semua orang termasuk para pendosa; pada Hari Raya Kamis Putih beliau membasuh kaki para tawanan, dan ketika diminta opininya mengenai perkawinan sejenis beliau mengatakan “siapakah aku ini sehingga aku harus menghakimi mereka”.  Jelas sekali bahwa pertanyaan “siapakah aku?” merupakan pertanyaan yang harus Anda refleksikan tiada henti. Jawabanya akan menentukan kualitas dan arah hidup Anda. Ketika Anda merasa hidup selalu mengecewakan Anda dan tiada pernah berhenti masalah menerpa diri Anda, hal pertama yang harus Anda tanyakan adalah “siapakah diri Anda menurut Anda sendiri?”

Tiga manfaat pengenalan diri, dirumuskan Romo Rudi sebagai berikut:

  1. Secara fisik Anda akan mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk untuk kesehatan diri Anda, dan lain-lain
  2. Secara social Anda akan tahu menempatkan diri sehingga Anda akan memiliki self-confidence yang baik
  3. Secara Spiritual-Rasional Anda akan makin rendah hati, dan mengejar kesucian

Pengetahuan dan pengenalan diri adalah syarat untuk bisa menghayati hidup sebagai orang yang terberkati karena penebusan Yesus. Jika Anda belum mampu mengenal diri Anda tentu akan sangat sulit Anda bisa menemukan tujuan hidup Anda. Temukan jawaban atas pertanyaan ini didalam cara pandang Allah, yakni didalam Kitab Suci. Anda akan menemukan betapa mulia dan berharganya kita dimata Allah, seperti yang dikatakan Yesaya “

Tujuan Hidup Orang Kristen
Tujuan hidup Anda tentu saja melakukan segala yang berharga. Anda melakukan yang berharga karena Anda adalah pribadi yang pantas untuk dicintai. Dicintai menjadi tujuan hidup manusia. Tindakan mencintai dan dicintai adalah panggilan manusia. Karena Allah adalah Kasih ( Yoh 4:8). Tujuan itu hidup kita dapat diketahui secara eksplisit dari Yohanes 15:12 “ Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Inilah tujuan hidup orang Kristen, dan inilah tujuan hidup seorang pelayan. Dan itu menjadi tujuan hidup yang paling dasariah, seperti yang dikatakan Ovidius Naso “jadilah orang yang pantas dicintai”. Tidak ada tujuan yang lebih besar dalam hidup ini selain hidup untuk dicintai dan mencintai.

Apa itu Kebahagiaan?
Inilah pertanyaan ketiga yang direfleksikan. Dalam hidup sehari-hari sering dijumpai paham  kebahagiaan sebagai berikut.

  1. Saya bahagia jikalau saya PUNYA……. Bahagia diwujdukan dengan kepemilikan. Tidak heran jikalau manusia cenderung berlomba mengejar kepemilikan. Semakin besar dan semakin banyak yang dipunyai, akan semakin besar kebahagiaan itu. Pahami ini mensyaratkan bahagia dengan memiliki. Tidak memiliki berarti tidak bahagia.
  2. Saya bahagia ketika saya MELAKUKAN…. Bahagia diwajuhkan dengan pekerjaan atau dengan kemampuan melakukan sesuatu… dengan ukuran ini orang yang bahagia adalah orang yang mampu melakukan banyak hal.
  3. Saya bahagia karena saya TAHU TUJUAN HIDUP saya. Kebahagian dikaitkan dengan tujuan hidup. Orang yang bahagia adalah orang yang mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya. Dalai Lama mengatakan “I am happy one cause I knowing my purpose of my life. I am loved by and I loved of other”.

Manakah paham kebahagiaan yang Anda hidupi? Jangan harapkan Anda mengalami kebahagiaan yang sesungguhnya jikalau Anda tidak mengetahui tujuan hidup Anda yang sesungguhnya; dan jangan berharap Anda mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya jikalau Anda tidak mengetahui siapa diri Anda.

 

II. Romo Basir Karimanto, OMI

Terdapat lima panggilan Allah kepada manusia

  1. Called to be loved (panggilan untuk dicintai)
  2. Called to belong (panggilan menjadi keluarga Allah)
  3. Called to become (panggilan menjadi diri sendiri)
  4. Called to bless (panggilan menjadi berkat)
  5. Called to be sent (panggilan untuk diutus)

Pada kesempatan ini, refleksi akan difokuskan pada panggilan untuk melayani sesama. Dasar panggilan ini dapat dilihat pada Yohanes 15: 2 “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”. Dan Ef 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup didalamnya”

Empat Keuntungan Melayani Orang Lain
1. Melayani itu memberikan suka cita dalam hidup
Suka cita karena melayani ini mengungkapkan dua rahasia besar dari kebahagiaan yang muncul karena melayani, yakni: pertama, dengan melayani seseorang itu keluar dari dirinya sendiri (Fil 2:17; 2:4-5; 1:4). Orang yang melayani orang lain adalah orang yang telah bisa mengalahkan dirinya sendiri dan keegoisan diri. Kedua, adalah dengan melayani seseorang telah menggunakan karunia dari Tuhan untuk membantu orang lain. Menggunakan karunia dari Tuhan untuk membantu orang lain memunculkan kebahagiaan dalam diri kita. Inilah dua rahasia besar dari kebahagiaan. Anda ingi bahagia? Tidak ada jalan lain kecuali Anda melayani orang lain.
2. Melayani itu meningkatkan relasi dengan orang lain
Tidak ada orang terkenal dan menjadi besar tanpa memberi layanan kepada orang lain. Semakin banyak Anda melayani orang lain, semakin luas relasi Anda. Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat20:28), dan ia akan dihormati manusia (Roma 14: 18); sang bijak juga menasihati “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan; dan siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (Ams 11:25; 1:17; 22:12)
3. Melayani itu membuat hidup Anda bermakna
Pencarian makna hidup akan ditemukan dalam pelayanan. Ketika orang enggan melayani orang lain, ia akan kehilangan makna dalam hidupnya. Mengapa orang melakukan bunuh diri? Karena ia kehilangan makna hidupnya, ia merasakan hidupnya kosong. “Karena siapa yangmau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya” (Mrk 8:35). Sungguh pelayanan dalam Tuhan itu membuat hidupmu bermakna, tidak sia-sia (bdk 1 Kor 15:58)
4. Melayani itu meninggalkan warisan di dunia dan di surga.
Ketika Anda melayani orang lain, Anda akan meninggalkan warisan di dunia ini. Kita ingat peribahasa “Gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan jasa” Hidup manusia dikenang dari kebaikan-kebaikannya. Maka lakukan kebaikan kepada banyak orang. Amsal menegaskan ini dengan jelas, “kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk” (Ams 10:7)  dan Allah akan mengingat segala yang telah Anda lakukan ( Ibr6:10) Dengan demikianlahm nama Anda akan dikenang orang yang masih hidup dan Allah tidak akan melupakan Anda di surga.

Ada tujuh alasan mengapa kita harus bermurah hati.

  1. Allah telah berbelas kasih kepada kita ( Ef. 2:4-5; Mat 18:27)
  2. Allah memerintahkan kita untuk berbelas kasih (Yoh 3:16; Hosea 6:6)
  3. Pada masa datang kita membutuhkan belas kasih dari sesama kita (yak 2:13)
  4. Belas kasih itu membawa suka cita dan kebahagiaan (Ams 14:21; 11:17)
  5. Berbaik hati kepada orang yang menyerang kita (Mat 5: 44-45; 5:39; 1 Tim 1:3-17)
  6. Membangun jembatankasih bagi orang-orang terpinggirkan (Mat 9:13; Yes 55:8-9; Ams 14:12)
  7. Menghargai relasi diatas hukum dan aturan (Mrk 2:27; Rom 13:10; Titus 3:5; Ibr 4:10)

 

Pada sesi ini Romo Basir menutup dengan memberikan tips empat cara meningkatkan belas kasih,

  1. Bersabarlah terhadap orang-orang yang suka membuat jengkel dan jahat kepadamu (Ef 4:2; Yak 2:13)
  2. Membantu orang-orang yang terluka disekitar kita (Ams 3:27; Rom 12:8)
  3. Berilah kesempatan kedua kepada orang lain (Ef 29:31)
  4. Lakukan kebaikan bagi orang-orang yang menyakiti engkau (Luk 6:28-31)

 

III. Sharing Kelompok

Pada sesi ketiga ini, peserta melakukan sharing dalam kelompok kecil. Sharing dibantu dengan dua pertanyaan:

  1. Diri Anda dengan segala keunikannya dapat Anda simbolkan dengan benda apa? Dan mengapa benda itu menyimbolkan diri Anda?
  2. Sebutkan 2 sikap yang akan Anda lakukan pada tahun 2016 sebagai sikap utama Anda.

Dengan 2 pertanyaan itu, peserta mensharingkan diri dan kehidupannya serta perjuangannya. Tidak mudah memang mengungkapkan symbol diri sesulit memahami diri sendiri.

 

PENUTUP

Rekoleksi kali ini sangat berbeda karena dibimbing oleh para gembala sendiri, yakni para Pastor Trinitas. Hal ini dilakukan bukan sekadar mamaknai salah satu karakter Trinitas Way yakni “S” = Sederhana; melainkan gembala sungguh lebih mengenal para dombanya. Semoga dengan rekoleksi ini, anggota Dewan Paroki Pleno mengalami kebahagiaan sebagai pelayan. Melayani bukanlah sekadar pilihan tetapi panggilan. Tidak ada alasan untuk tidak melayani karena Allah memanggil kita untuk melayani. Dengan melayani kita akan menjadi bahagia, dan hidup kita bermakna. Itulah tujuan hidup kita dan untuk itulah kita dibaptis sebagai anggota Gereja-Nya. “Semua Demi Kemuliaan Allah yang Lebih Besar/ Ad Maiorem Dei Gloriam” Kata Romo Rudi Rahkito Jati. OMI. AMIN.

 

Ditulis oleh : Agustinus Purwanto - Ketua Seksi Liturgi Trinitas