You are here : Home Artikel Romo Menyapa Pelayanan Perdamaian

Pelayanan Perdamaian

Apa tugas perutusan kita sebagai anak-anak Allah dan sahabat-sahabat Yesus di dunia ini? Tugas kita ialah memberikan pelayanan pendamaian. Kemana pun kita pergi, kita melihat perpecahan seperti di dalam keluarga, dalam komunitas, dalam kota, dalam negara dan antar negara. Perpecahan ini adalah tanda yang amat menyedihkan dari keadaan umat manusia yang jauh dari Allah. Kebenaran bahwa semua orang adalah warga satu keluarga Allah, amat jarang dapat dilihat dan dirasakan. Tugas perutusan kita yang suci ialah menyatakan kebenaran itu dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mengapa itu menjadi tugas perutusan kita? Karena Allah mengutus Yesus untuk mendamaikan kita dengan Allah dan mengutus kita untuk menjadi pelayan pendamaian. Sebagai umat yang sudah didamaikan dengan Allah oleh Yesus, kepada kita dipercayakan pelayanan pendamaian. Oleh karena itu, apapun yang kita kerjakan, pertanyaan dasar ialah, “Apakah itu semua mendatangkan pendamaian?”


Bagaimana kita bekerja sebagai pelayan pendamaian? Yang pertama dan utama ialah menyatakan bahwa kita sendiri sudah didamaikan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Tidak cukup mengakui kebenaran ini dengan budi kita. Kita mesti membiarkan kebenaran itu meresapi seluruh hidup kita. Selama kita sendiri tidak sungguh-sungguh yakin bahwa kita sudah didamaikan dengan Allah, bahwa kita telah diampuni, bahwa kita telah menerima hati yang baru, roh baru, mata baru, telinga baru, kita akan terus mendatangkan perpecahan karena kita mengharapkan dari mereka daya yang menyembuhkan yang tidak mereka punyai.

Hanya kalau kita benar-benar yakin bahwa kita adalah milik Allah dan dapat menemukan semua yang kita dambakan untuk budi, hati dan jiwa kita dalam hubungan kita dengan Allah itu, kita dapat menjadi orang yang benar-benar merdeka dan dengan demikian dapat menjadi pelayan pendamaian. Ini tidak mudah. Dengan mudah kita akan jatuh, menjadi ragu-ragu terhadap diri kita sendiri, atau bahkan menolak diri kita. Kita perlu terus-menerus diingatkan bahwa kita telah mengalami pendamaian, dengan merenungkan Sabda Allah, menerima sakramen-sakramen dan mengalami kasih dari sesama kita.

 

Sumber : Wapita 21 Desember 2008
Henri J.M. Nouwen, Bekal Peziarahan Hidup, Kanisius, 2003