You are here : Home Artikel

"Abah" Adi Kurdi: "Saya Ini Artis Kalau Lagi Syuting Saja..."

Siapa yang tidak kenal dengan "Abah" Adi Kurdi, dalam sinetron "Keluarga Cemara"?  Berbekal pendidikan public relations selama 2 tahun di New York University, ia mendirikan Studio 3, yang salah satu kursusnya adalah melatih cara berbicara dengan baik.  Ia juga berpengalaman merapihkan gaya bicara 2 orang menteri di Kabinet Gus Dur, yakni Menteri Pariwisata Marzuki Usman, dan Menteri Keuangan Bambang Sudibyo.

Berikut ini adalah hasil wawancara Sabitah dengan Adi Kurdi, sehubungan dengan perannya selaku Ketua Komisi Kerasulan Awam di Keuskupan Bogor, dan juga sebagai salah satu pembicara dalam Seminar Kerasulan Awam yang diselenggarakan oleh Paroki Cengkareng.
Add a comment
Readmore

Selebriti Pun Bersyukur

Ada selebriti di Puncak Perayaan Syukur 200 tahun Gereja Katolik di Jakarta Tingkat Dekenat Barat II.  Siapa mereka?  Tak lain dan tak bukan adalah pasangan pembawa acara Susan Bachtiar dan Edwin Manangsang, serta juara Indonesian Idol yang pertama, Delon.

Di temui di belakang panggung, Susan Bachtiar, umat Paroki Cengkareng yang belakangan ini kerap mengisi acara di Parokinya berkesan: "Acaranya bagus, seru, rame.  Saya melihat adanya gabungan antara jalinan tali persaudaraan antar umat Paroki dan unjuk kebolehan dan kreativitas dari masing-masing Paroki.  Umat terlihat sungguh kreatif, anak-anak mudanya pun lebih maju dan lebih baik."  Saat ditanya makna perayaan ini bagi Susan, ia berujar: "200 tahun bukanlah waktu yang sedikit, lama banget, kita harusnya berbangga dan bersyukur.  Dalam kurun waktu yang tak sebentar itu, Gereja semakin matang, ada juga sedikit berpolitik, umat pun bertambah maju dan semakin banyak.  Masalah-masalah bukannya tak ada, seperti misalnya gereja sebagai sarana beribadah yang kena gusur, atau umat ingin beribadah tapi tak punya tempat dan terpaksa harus menumpang.  Semoga bukan perayaannya saja yang semarak, tapi bagaimana Gereja bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada seperti misalnya yang saya sebutkan tadi.  Semoga umat pun semakin sadar dan tidak egois.  Kita perlu membuka diri, mengenal orang-orang di lingkungan kita."
Add a comment
Readmore

Pepulih - Pemerhati dan Peduli Lingkungan Hidup

Dalam rangka memperingati Hari Bumi, 22 April 2004, muncullah sebuah Kelompok Kategorial Keuskupan Agung Jakarta yang khusus bergerak di bidang lingkungan hidup.  Maksud para pendiri tak lain utuk ikut mencermati permasalahan lingkungan hidup yang dirasa semakin mencemaskan.  Ternyata, telah banyak orang Katolik - tua maupun muda - ikut menggeluti bidang ini, baik secara pribadi ataupun dalam lembaga-lembaga sosial/LSM, melalui kegiatan lembaga internasional serta badan-badan kerjasama antar negara dengan Pemerintah Indonesia.

Setelah berusaha menghimpun serta mencari wadah dan bentuknya, maka muncullah nama PEPULIH - Pemerhati dan Peduli Lingkungan Hidup.  Kelompok yang berlindung serta mencontoh St. Fransiskus dari Asisi, seorang rahib pencinta alam ciptaan Tuhan, diresmikan pada 24 April 2004 dengan Penasihatnya Romo Peter K. Subagyo, OMI.  PEPULIH mengandung arti memberi silih atas sikap manusia yang auh dan tak peduli bahkan cenderung merusak karya cipta dan penyelenggaraan Tuhan yang dipercayakan kepada manusia.  Misinya adalah menumbuhkan kesadaran setiap insan untuk memelihara dan melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup, mengubah pola pikir dan perilaku insan untuk ikut melestarikan lingkungan.  Juga berusaha menjadi motivator bagi setiap insan dalam upaya membudayakan kepedulian dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.  Motto PEPULIH adalah "Think Globally, Act Locally, Small Step Towards a Big Leap".
Add a comment
Readmore

Sampah Pun Mengeluh

Aku yang selalu disia-siakan,
Aku dilempar di jalan, di kali - maka sukurin, kalinya jadi mampet.
Aku diinjak-injak, bahkan aku dibakar - maka rasain, bumi semakin panas, semua sakit kanker, mandul,.. dll.
Bila aku telah menggunung, aku mengeluarkan asap dengan aroma yang dahsyat bagi orang yang sedang flu.  Biila aku meledak, maka malapetaka bagi manusia seperti tragedi Leuwigajah... hiiiii... merinding bulu romaku.

Aku selalu dimaki-maki, karena keharuman aromaku.
Padahal aku selalu setia, ke mana pun dia pergi, aku selalu ikut, karena aromaku melekat pada pakaiannya.
Namun masih saja aku dimaki dan dimaki, sampai-sampai di Bantar Gebang, di Bojong, aku didemo ribuan orang karena aromaku.

Add a comment
Readmore

 
Christophorus Soebiantoro yang akrab dikenal masyarakat bangsa Indonesia sebagai Kris Biantoro muncul di Paroki Cengkareng.  Bersama Orkes Simfoni Jakarta, Beliau menyokong penggalangan dana pembangunan gereja St. Yohanes Maria Vianney, Paroki Cilangkap.  Siapa yang tak kenal Kris Biantoro?  Artis nasional – bahkan di kenal secara internasional – yang mempunyai filosofi hidup O Kuni No Tame Ni – Semangat, Kesatria, Demi Tanah Air – lahir di kaki Gunung Merbabu, Karesidenan Kedu, Jawa Tengah.  Anak ke-8 dari 11 bersaudara putera-puteri Bapak Warsid Sastrowiardjo dan Ibu Soekarsih lahir di era perjuangan kemerdekaan Indonesia.  Maka tak heran kalau Kris Biantoro punya rasa nasionalisme yang tinggi, punya semangat terus berjuang pantang menyerah menembus segala rintangan hidup.  Kerasnya zaman penjajahan, kekejaman perang, kesulitan ekonomi dalam melanjutkan pendidikan dan bertahan hidup di negeri orang, Australia, hingga penghinaan, prasangka, dan perlakuan tidak adil silih berganti Beliau alami, tetapi itu semua tidak membuatnya gentar dan mundur dalam berkarya di jalur seni. 
Add a comment
Readmore
Page 87 of 90