You are here : Home Artikel

Romo Benny Susetyo, Pr

Tidak banyak pastor muda yang melejit secepat Romo Antonius Benny Susetyo Pr. Ditahbiskan pada 1996, kemudian ditempatkan di Situbondo dan Bondowoso dua pekan kemudian, kini Benny Susetyo menjadi staf Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Tepatnya, Sekretaris Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK).

Posisi ini memungkinkan Benny leluasa bergerak ke mana-mana, menembus sekat-sekat agama, kepercayaan, serta latar belakang lainnya. Sebagai Pastor Kategorial, Benny Susetyo tidak punya paroki. Tidak secara langsung 'menggembalakan domba-domba' layaknya pastor biasa. Dia bisa ke mana-mana, kapan saja, bergerak di seluruh Indonesia. ''Yah, saya mendapat penugasan sebagai Pastor Kategorial. Saya berusaha melaksanakan itu dengan sebaik-baiknya,'' ujar pria 39 tahun ini saat ditemui di Gereja Katedral Surabaya, Kamis (21/3/2008).
Add a comment
Readmore

Mgr. Ignatius Suharyo, PR - Uskup Coajutor KAJ

Sabtu, 25 Juli 2009, tepat pada pk. 17.00 WIB, Paus Benediktus XVI mengangkat Mgr. Ignatius Suharyo, Pr (Uskup Agung Semarang yang sekarang) menjadi Uskup Coajutor Keuskupan Agung Jakarta.  Uskup Coajutor berarti Uskup Pembantu dengan hak menggantikan Uskup Agung Jakarta yang sekarang ini, Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ karena pada bulan Desember nanti, Bapa Kardinal akan genap berusia 75 tahun, usia pensiun bagi Uskup menurut Hukum Gereja.

Mgr. Ignatius Suharyo adalah putra Bpk. Florentinus Amir Hardjodisastra (alm) dan Ibu Theodora Murni Hardjodisastra. Berasal dari keluarga 10 bersaudara: 3 puteri dan 6 putera, dan yang satu telah meninggal dunia. Dari 6 putera tersebut, 2 orang menjadi imam, yaitu Rm. Suitbertus Sunardi, OCSO (Rawaseneng) dan Rm. I. Suharyo, Pr.   Dari 3 puteri, 2 orang menjadi biarawati, yaitu Sr. Marganingsih dan Sr. Sri Murni.
Add a comment
Readmore

Di Mana Hak Anak?

Setiap tahun, Hari Anak Nasional diperingati.  Namun, dalam kenyataannya banyak anak yang haknya belum terpenuhi.  Hal ini terbukti dari masih jauhnya pemenuhan hak dasar anak, seperti hak memperoleh identitas, pengasuhan, kesehatan, pendidikan, perlindungan khusus anak dari perlakuan salah, eksploitasi, kekerasan, dan diskriminasi.

Ketua Komisi Perlindungan Andak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno menyebutkan, pemenuhan hak anak di bidang kesehatan masih buruk.  Indikatornya antara lain, angka kematian bayi masih tinggi,  4,5 juta anak menderita kekurangan gizi, terutama di NTT dan NTB, serta 650 anak menderita HIV/AIDS, malaria, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).  Perokok pemula usia muda pun meningkat pada usia rata-rata 7-9 tahun.  “Depkes lebih banyak bicara soal hilir seperti obat dan jamkesmas, tetapi sangat kurang bicara soal pencegahan seperti pembudayaan hidup bersih dan sehat,” katanya belum lama ini.

Kondisi yang sama juga terjadi di dunia pendidikan anak.  Secara umum, program wajib belajar 9 tahun berhasil, namun masih banyak anak yang tercecer, terutama mereka kaum miskin kota, daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau terluar.
Add a comment
Readmore

Pengolahan Sampah Plastik Bantu Orang Miskin

[Jakarta 5/6/2009] 

Banyak orang berpikir bahwa sampah adalah barang yang menjijikkan dan tidak ada gunanya dan harus dibuang dan dilenyapkan dari pandangan mata. Namun ketika dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia pada 5 Juni, Suster Anna Wiwik Soepraptiwi, PK mengatakan bahwa cara itu bukanlah budaya untuk mengolah sampah.

Menurut mantan Pemimpin Provinsi Kongregasi Putri Kasih St. Vincentius de Paul (PK), membakar dan mengubur sampah yang tidak bisa hancur merupakan kebiasaan yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan pada manusia.

Add a comment
Readmore

Televisi dan Daya Menggoda


Pada hari Sabtu, 9 Februari 2008, setelah Perayaan Misa di Paroki St. Servatius Kampung Sawah, salah seorang aktivis paroki menyampaikan kepada saya tentang dampak negatif media televisi terhadap perilaku anak-anak zaman sekarang. Ia akhirnya memutuskan untuk mengadakan semacam ‘kampanye me-nonaktif-kan’ pesawat televisi dalam keluarga pada hari dan jam tertentu untuk menghindari anak-anak dan remaja dari tayangan realitas hasil rekonstruksi televisi. Baginya, televisi turut membantu merusakkan akhlak anak-anak dan remaja zaman sekarang.
Page 79 of 91