You are here : Home Artikel

4 Windu: Makin Maju, Makin Peduli Sesama Yang Kurang Mampu

Selamat 32 Tahun sebagai Paroki!

Salam dan selamat HUT ke-32!

Perayaan hari kelahiran Paroki biasanya diperingati pada hari Pesta Nama yang tentunya selalu berubah-ubah setiap tahunnya, tetapi tanggal tepat PERNYATAAN BERDIRINYA PENGURUS GEREJA DAN DANA PAPA R.K. GEREJA ”TRINITAS” CENGKARENG, JAKARTA adalah tanggal 10 Juni 1978, sesuai dengan Surat Pengangkatan DP/PGDP Paroki Trinitas bernomor 543/3.25.4/78 yang ditanda-tangani oleh Bapa Uskup Agung Jakarta waktu itu, Alm. Mgr. Leo Soekoto, SJ.  Modalnya lima puluh ribu Rupiah. Yang ditetapkan sebagai personalia Badan Pengurus Gereja (Dewan Paroki Pertama) adalah Ketua: Pastor Petrus McLaughlin, OMI; Wakil Ketua: Bapak Robertus Antian Tjuk; Sekretaris: Bapak R.Y. Prabowo; Bendahara: Bapak Alexander Nahan; Anggota: Ibu F. Romana Rustinah dan Bapak V. Adiwahyanto.  Para Pengurus Pertama ini masih ada yang berkumpul bersama kita hingga sekarang, ada juga yang sudah pindah Paroki dan ada pula yang sudah kembali ke pangkuan Tuhan. Luar biasa rahmat Tuhan pada kita sebagai Paroki selama 4 Windu (32 tahun)! Kalau saya membandingkan, Paroki ini dimulai hanya dengan beberapa lingkungan dan sekarang sudah ada 133 Lingkungan dengan 23 Wilayah yang terdiri dari Pusat Paroki (Gereja Trinitas), 2 Stasi (Stasi St. Vincentius Pallotti, Dadap dan Stasi Sta. Maria Imakulata, CitraGarden City), serta satu Kapel (Sta. Maria Ratu Surga, Kodam). Juga dengan buku Profil Paroki yang penuh nama-nama  Pengurus Paroki di tingkat Seksi, Kelompok Kategorial, dan semua Wilayah dan Lingkungan hingga mencapai tebal 282 halaman, adalah sebuah gambaran wajar dari sebuah Paroki yang mau melayani sesamanya. Syukur kepada Allah Tritunggal yang memberi rahmat kepada semua Pengurus Gereja.  Semoga dinamika Gereja kita dapat terus-menerus berkembang dan semakin banyak lagi umat mau terlibat dalam pelayanan-pelayanan di Paroki yang kita cintai bersama ini sesuai dengan arahan perutusan dari Keuskupan Agung Jakarta, bahwa kita semua dipanggil untuk mengambil bagian dalam penggembalaan umat.

Add a comment
Readmore

Jadi Katolik yang Jernih, Kuat, Sopan, dan Toleran

Gereja Paroki Trinitas, Cengkareng, lahir, tumbuh, dan besar di tengah-tengah masyarakat majemuk Kota Metropolitan Jakarta – khususnya tentu  mengacu kepada daerah Cengkareng sebagai daerah wilayah Paroki.  32 tahun peziarahan Paroki Trinitas diwarnai oleh suka dan duka hidup berparoki baik ke dalam (antar sesama umat) maupun ke luar (antara umat Katolik dan umat non-Katolik di sekitarnya).

Tak sedikit umat Paroki Trinitas yang masih mengenang sulitnya membangun Trinitas yang akhirnya megah berdiri dan diberkati di tahun 1990.  Sekarang pun Trinitas kembali sedang membangun gereja Santa Maria Imakulata sebagai ujud pemekarannya.  Hambatan tentu ada, itu tak bisa dipungkiri.  Mengapa hal demikian bisa terjadi?  Apakah karena kita sebagai umat Katolik belum bisa membaur diri – atau istilah yang biasa dipakai adalah: masih hidup eksklusif?  Umat Katolik kurang mampu menyentuh masyarakat non-Katolik yang menjadi tetangganya?  Kurang mau mengambil bagian dalam menciptakan kerukunan hidup beragama di negara ini?  Perlukah kita membina hubungan atau relasi yang baik dengan sesama yang bukan beragama sama dengan kita (baca: non-Katolik)?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, Sabitah mencoba mengontak Romo Henricus Asodo, OMI, Rektor Seminari Tinggi OMI, Yogyakarta, yang juga duduk dalam Komite Dialog Antar Agama dan Misi Sekuler, pada Konferensi Regional OMI Asia-Oceania (The Committee for Inter-Religious Dialogue and Mission to Secularity, The Asia Oceania Regional Conference – AORC/AOIRD-MS).

Idealnya, umat berbagai agama dapat hidup bersama dengan rukun di satu negara, tapi mengapa hal ini sulit dicapai di negara kita?

“Saya ingin bertanya: apakah benar bahwa idealnya umat berbagai agama dapat hidup rukun di satu negara? Bukankah lebih ideal lagi kalau satu agama untuk satu negara? Di sejumlah negara ada fakta bahwa satu agama, satu negara. Nampaknya, itu ideal sekali.  Namun, tetap saja dalam satu agama dan satu negara ada pertentangan dan pertikaian.  Pihak konservatif melawan pihak moderat; Klaim lebih asli melawan klaim lebih sesat; Persaingan antar pemimpin satu agama itu, dan lain sebagainya.  Kalau demikian keadaannya, memang menjadi serba sulit atau malah tidak ada pilihan sama sekali. Konsep “satu negara satu agama” ternyata tidak juga mampu menjamin kehidupan yang ideal, apalagi kalau dalam satu negara ada berbagai agama, bisa lebih runyam lagi.  Maka menurut saya, yang menjadi pokok masalah adalah egosentrisme dalam setiap agama. Hampir semua agama memusatkan perhatian pada kepentingan agamanya itu sendiri dengan klaim kebenaran mutlak mengungguli agama-agama yang lain. Hal ini secara asali – atau  pada dasarnya - tidak bisa dipisahkan dari kehadiran sebuah agama. Agama memang selalu mengandung unsur egosentris atau eksklusif.   Kita bisa membayangkan kalau egosentis hidup dengan egosentris, atau eksklusif hidup berdampingan dengan eksklusif,  bagaimana jadinya?  Sungguh menjadi suatu perjuangan yang berat untuk bisa hidup rukun dalam keberagaman agama, bukan?”

Add a comment

Readmore

Inspirasi Fransiskus Assisi

Judul Buku: Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek

Editor: Antonius Eddy Kristiyanto, OFM

Penerbit: Kanisius

Tahun terbit: 2009

Tebal: 238 halaman

 

Fransiskus Assisi adalah tokoh yang mengguncang dunia.  Betapa tidak, semangat hidupnya menjadi banyak inspirasi bagi berbagai kongregasi Fransiskan seluruh dunia yang tidak terhitung jumlahnya.  Sejarah mencatat 4 kongregasi (FCh, FSE, KSFL, SFS) ternyata bersaudara dan berada di bawah satu payung semangat Peniten Rekolek yang diwariskan oleh Theresia Saelmaekers.

Add a comment

Readmore

Panduan Sederhana Tentang Iman Kristiani

Judul Buku: User's Guide to Christian Belief

Penulis: Mark Stibbe

Penterjemah: Rm. Hasto, Fr. Bagyo, Fr. Dimas

Penerbit: Kanisius

Tahun terbit: 2009

Tebal: 140 halaman

 

Bagaimana cara umat awam yang ingin mempelajari dan memahami Allah, Yesus, Roh Kudus, penciptaan, dosa, kebangkitan, makna salib, serta akhir zaman?  Haruskah mereka mengikuti kuliah teologi atau membaca buku-buku tentang iman Kristiani yang belum tentu mudah dipahami?

Sepertinya tidak.  Sebab saat ini banyak diterbitkan buku-buku Kristen yang praktis, menggunakan bahasa sederhana, dan dikemas secara menarik.

Add a comment

Readmore

Workshop Basic Photography

Tidak lama setelah kita memperingati hari raya Paskah, seminggu kemudian tim Komsos Trinitas disibukkan dengan acara Workshop Basic Photograpy. Acara ini dipersiapkan jauh sebelum hari raya paskah. Acara Workshop yang digelar pada hari Minggu, tanggal 11 April 2010, dibuka dengan doa yang dipimpin oleh Teddy, Mantan Ketua Komsos Trinitas.

Dengan dipimpin oleh Yolanda dan Yohanes Vigar, acara Workshop Basic Photography ini berjalan dengan luar biasa. Para peserta juga sengaja tidak ditargetkan terlalu banyak. Hanya tersedia 20 kursi untuk peserta workshop ini. Dengan mengundang seorang photographer profesional yang banyak bergelut di bidang Wedding dan Pre Wedding Photography, yaitu Bintang Listyonatal (dborganizer.net) maka para peserta berhasil mendapatkan begitu banyak ilmu baru seputar dasar penggunaan kamera dan hal-hal yang terkait dengan photography. Tidak hanya teori, namun para peserta workshop juga mendapatkan kesempatan untuk uji praktek, tentunya dengan bantuan para model yang kebetulan juga merupakan umat paroki gereja trinitas juga, yaitu Vincy, Ivonne, Vero, dan Michelle. Praktek photography dilaksanakan dengan mengambil setting seputar lingkungan gereja.

Add a comment
Readmore
Page 69 of 91