You are here : Home Artikel

Anak-Anak Mempercayai Kita, Orang Dewasa

"Miss Kuroyanagi, saat Anda kembali ke Jepang, ada satu hal yang saya ingin Anda ingat.  Orang dewasa meninggal sambil mengerang, mengeluhkan rasa sakit mereka.  Tapi anak-anak hanya diam.  Mereka mati dalam kebisuan, di bawah daun-daun pisang, mempercayai kita, orang-orang dewasa," demikian Tetsuko Kuroyanagi menuliskan pesan seorang kepala desa di Tanzania dalam bukunya Totto-Chan's Children (Anak-Anak Totto-Chan, terjemahan Gramedia, 2010, hal. 17). Add a comment

Readmore

Sebuah Kisah Yang Hidup

Judul Buku: Yesus

Penulis: Water Wangerin

Penerjemah: Tri Budhi S. dan Kadang Keng Liu

Penerbit: Kanisius, tahun 2010

Tebal buku: 664 halaman

Pernahkah kita membaca sebuah perikop dari ke-4 Injil yagn menceritakan saat Yesus, Maria, dan para rasul saling bercanda?  Tentu tidak.  Namun dalam novel berjudul "Yesus" ini, kita dapat menemukan kisah saat Simon (Petrus) tertawa terpingkal-pingkal karena mengetahui sebuah rahasia yang disembunyikan Yesus (halaman 306-307).

Kisah jenaka itu hanya satu bagian dari rangkaian kisah dalam novel berjudul "Yesus" karya Walter Wangerin ini.

Wangerin merekonstruksi setiap kejadian hidup Yesus secara detail, halus, dan memikat.  Wangerin berhasil menggabungkan kisah-kisah ke-4 Injil dengan kisah carangan hasil intepretasi dan imajinasinya.  Ia menawarkan sesuatu yang baru.

Wangerin terkesan mengenal dan memahami setting lokasi, waktu, situasi politik, tradisi, dan budaya di mana Yesus pernah hidup.  Semua itu ia gambarkan secara jelas.  Pengetahuannya yang mendalam, boleh jadi dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai seorang teolog (pendeta Gereja Lutheran).

Kekuatan utama novel ini adalah teknik penceritaan dengan dramatisasi yang hidup.  Setiap karakter (tokoh) dalam novel ini juga kuat.  Ekspresi dan emosi mereka benar-benar hidup dan lebih manusiawi.  Imajinasi pembaca pun turut terbangun karena narasinya mudah untuk dibayangkan.

Secara umum, novel ini diceritakan melalui sudut pandang dua orang terdekat Yesus, yaitu Maria, ibuNya, dan Yohanes, penulis Injil sekaligus murid yang dikasihiNya.  Eksistensi Maria pun sangat menonjol, terutama sebagai seorang ibu Sang Juru Selamat dan juga menjadi "ibu" bagi para rasul.

Sebagai sebuah novel, kisah ini sesungguhnya bersifat universal sehingga dapat dibaca dan diterima siapa saja, bahkan oleh orang yang belum mengenal Yesus. (Willy Putranta)

Sumber:  Majalah Utusan No. 07, tahun ke-60, Juli 2010

Add a comment

Single Parent, Suatu Pilihan

Judul Buku: Tuhan, Buatkan Ayah Untuk Aku, Ya....

Penulis: Emmy Kuswandari

Penerbit: Kanisius

Tahun terbit: 2010

Tebal buku: 164 halaman

Tidak mudah menjadi single parent (orangtua tunggal).  Terlebih kalau penyebab perpisahan adalah sesuatu yang tidak kita duga atau tidak kita inginkan.  Tatkala hati dan pikiran masih dirundung kemarahan, kesedihan, dan kekalutan, pada saat yang sama juga harus menyiapkan diri untuk tetap tegak berdiri dan melanjutkan kehidupan.

Inilah yang dialami Emmy Kuswandari, penulis buku ini.  Dalam berbagai kesempatan ia senantiasa berbagi pengalaman, termasuk pengalaman pribadinya yang sebenarnya privasi.  Buku ini merupakan kesaksian hidup seorang ibu yang harus menjadi single parent.

Dalam buku ini, persoalan menjadi single parent tidak terletak pada takut atau tidak takut ketika menjalaninya.  Namun sebagai single parent, akan ada banyak persoalan dan keragu-raguan yang dialami.  Persoalan tentu akan sedikit lain bila memang sejak awal seseorang berniat untuk menjadi orangtua tunggal.

Buku ini sarat dengan pesan-pesan moral, bukan hanya menawarkan tips bagaimana menjadi single parent.  Nilai-nilai hidup yang dihayati Emmy justru menjadi inspirasi hidup untuk menjadi seorang yang tough (kuat secara mental).

Sebagai jurnalis, Emmy tidak begitu kesulitan memformulasikan gagasan dalam bentuk tulisan yang menarik dan memikat pembaca.  Namun untuk menuliskan pengalaman pribadinya, apalagi dibaca oleh khalayak, kiranya ia membutuhkan daya spiritual yang memampukannya untuk berbagi dalam buku kecil ini.

Dari buku ini pun kita bisa belajar tentang ketulusan, cinta, dan pengorbanan seorang ibu terhadap anak yang menjadi tanggungjawabnya. (D. Pujiyono, Guru SMA Kolose de Britto)

Sumber: Majalah Utusan No. 06, Tahun ke-60, Juni 2010

Add a comment

Buah Pemikiran Benediktus XVI

Judul Buku: Benediktus XVI

Penulis: Krispurwana Cahyadi, SJ

Penerbit: Kanisius

Tahun terbit: 2010

Tebal buku: 452 halaman

Satu lagi buku tentang Paus Benediktus XVI yang kembali ditulis oleh Krispurwana Cahyadi, SJ.  Meski mengambil judul dari nama Joseph Ratzinger setelah dinobatkan sebagai Paus, buku ini bukan sebuah biografi.  Buku ini lebih merupakan paparan pemikiran Benediktus XVI.  Maka dapat dikatakan, melalui buku ini kita diajak untuk mengenal seperti apa pemikiran, gagasan, serta keprihatinannya, baik sebelum atau sesudah menjadi Paus.

Ketika Ratzinger terpilih sebagai Paus baru untuk menggantikan mendiang Yohanes Paulus II, muncul reaksi cemas, kecewa, dan pesimis.  Reaksi ini berkaitan dengan sosok Ratzinger yang ketika menjabat sebagai Perfek Kongregasi Ajaran Iman Vatikan dikenal sebagai tokoh konservatif yang menentang homoseksualitas, pernikahan sejenis, euthanasia, dan aborsi.  Meski demikian, perlu diingat bahwa posisi dan kedudukannya sebagai Paus dapat membuat Ratzinger memiliki pemikiran dan pandangan yang tidak sama persis dengan sebelum ia menjadi Paus.

Reaksi keras juga muncul ketika Benediktus XVI menyampaikan pidato di Universitas Regensburg, Jerman, 12 September 2006.  Kutipan dialog yang ia ambil dari teks yang diterbitkan oleh Adel Theodor Khoury mendapat kecaman dari umat Islam.  Padahal tema dan persoalan dasar yang sebenarnya ingin diangkat Benediktus XVI adalah perihal relasi antara iman dan akal budi.  Di sana ia memberi kritik pada budaya relativisme yang melemahkan dialog antara iman dan budaya modern.

Di balik berbagai macam reaksi, muncul sebuah pertanyaan terkait penggembalaan Benediktus XVI.  Gereja Katolik Roma mau dibawa ke mana?  Kiranya pertanyaan itu akan terjawab ketika Anda membaca buku ini.  (Willy Putranta)

 

Sumber:  Majalah Utusan No. 06, Tahun ke-60, Juni 2010

Add a comment

SELAMAT JALAN, ROMO MITRO DHARMO

Telah berpulang ke Rumah Bapa pada Sabtu, 03 Juli 2010 siang hari: ROMO PETRUS MARIA MITRO DHARMO, OMI (Bonometti Pieromaria) dimakamkam Selasa, 06 Juli 2010, pkl. 10.00, di Balikpapan, Kalimantan Timur. Romo Petrus Maria Mitro Dharmo, OMI adalah Romo Oblat Maria Imakulata (OMI) asal Italia yang diutus untuk berkarya di Laos.  Karena kekejaman rezim komunis Laos, maka para misionaris yang berkarya di negara itu diusir.  Romo Mitro Dharmo bersama  para Imam OMI asal Italia lainnya kemudian mengungsi ke Indonesia dan akhirnya berkarya di pedalaman Kalimantan Timur hingga sekarang.


Sebagai seorang Imam Kristus, Romo Mitro Dharmo sangat memperhatikan dan berjuang keras untuk kepentingan umat yang digembalakannya.  2 tahun yang lalu, Beliau baru saja merayakan 50 tahun Tahbisan Imamatnya.  Romo Mitro Dharmo dikenal punya devosi kuat kepada Bunda Maria, Beliau sering diminta untuk menjadi narasumber Seminar tentang Maria dan juga menjadi Pembimbing Rohani sejumlah ziarah ke Tanah Suci dan Lourdes.  Romo Mitro Dharmo sering pula terlihat mampir di Trinitas dan ikut Misa Konselebrasi bersama para Imam OMI lainnya.

Selamat jalan, Romo Mitro Dharmo.  Kami akan selalu mengenang Romo dalam doa-doa kami.

(Sumber: Romo Antonius Andri Atmaka, OMI, Provinsial OMI Indonesia, dengan penambahan seperlunya/tis)

Add a comment
Page 66 of 90