You are here : Home Renungan Mari Merenung Bicara Seputar Domba

Bicara Seputar Domba

(menyambut Minggu Kerahiman Allah, Minggu Paskah II, 11 April 2010)

Tak Kau lupakan diriku, Kau ingat ku adalah debu.  Tetapi Kau meninggikannya di hadapan malaikatMu.  Kau hapuskan lemahku dari kitab kehidupanMu.  Kau tak mau mengakuinya di hadapan Bapa.  Kau Allah yang tiada mengingat lagi, segala kesalahanku yang telah Engkau ampuni.  Walau dosaku merah bak kain kesumba, Engkau menjadikanku putih, seputih bulu domba..."

Domba adalah semacam binatang mamalia berbulu, yang banyak terdapat di Australia dan Selandia Baru.  Saking banyakny, jumlah domba di negara tetangga kita itu lebih banyak daripada jumlah penduduknya.

Di beberapa negara, ada tradisi yang berkaitan dengan domba.  Setiap Juni, peternak Cuzco di Peru mendadani domba mereka dan membawanya ke gereja untuk merayakan festival San Juan (Santo Yohanes).  Di Selandia Baru, setiap Maret, diadakan kontes pencukuran domba terbesar di dunia.  Sedangkan di Rumania, ada festival Sambra Oilor yang diadakan penduduk desa untuk merayakan turunnya kawanan domba dari gunung.  Domba-domba yang ikutan festival ini dihias dengan cat warna warni untuk menarik perhatian pengunjung.

Para nabi kerap menggunakan gambaran domba untuk menggambarkan Yesus yang datang sebagai Mesias.  Domba mempunyai 3 sikap yang tampak: Dongo, Ber-OMbak, dan BAreng-bareng.

Dongo (dungu) bahasa lain dari "tampak bodoh".  Yesus juga kerap menampilkan diri sebagai orang yang bodoh di mata dunia.  Yesaya menubuatkan, "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.  Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya." (Yes 53:7).  Dalam Injil Yohanes, Yesus tak melawan saat dijatuhi hukuman mati oleh Pilatur pada siang hari persiapan Paskah (Yoh 18: 28; 19:14), yaitu pada jam saat para imam mulai menyembelih anak-anak domba Paskah di Bait Allah.  Setelah penyaliban, Injil mencatat bahwa mereka tidak mematahkan satu pun tulangNya supay genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci (Yoh 19:36).  Nas ini sesuai juga dengan Kitab Keluaran (Kel 12:46) dan Kitab Bilangan (Bil 9:12) di mana satu tulang pun dari anak domba Paskah tidak boleh dipatahkan.  Kemudian, seorang dari antara prajurit itu menikam lambungNya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34) yang selalu diartikan sebagai lambang-lambang dari Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis yang memberi hidup.

Ber-OMbak: lihatlah bulunya (domba), bergelombang, bukan?  Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan mewartakan kedatangan Mesias, ia melihat Yesus dan berseru: "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia!" (Yoh 1:29).  Setelah memberitahukan untuk ketiga kalinya tentang sengsara, wafat, dan kebangkitanNya, Yesus menegaskan: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberi nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:26-28).  Dengan banyak bernubuat dan perkataanNya inilah, hidup Yesus semakin mendapat banyak penolakan dan tantangan dari imam-imam kepala, ahli Farisi juga kaum Saduki.

BAreng-bareng:  Domba kerap ada bersama-sama kawanannya di padang rumput.  Dalam banyak karya, YEsus melibatkan para muridNya untuk berkarya bersama, bahkan Ia mengutus mereka pergi bredua-dua.  Santo Yohanes Krisostomus menyampaikan khotbahnya bagaimana Hosti yang satu dipecah-pecahkan bagi orang banyak, melambangkan sengsara Kristus: "Apa yang tidak diderita Kristus di salib, Ia derita dalam kurban ini demi kalian."  Dan itulah yang kita ingat menjelang penerimaan komuni: "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia kasihanilah kami. Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia kasihanilah kami.  Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia berilah kami damai."

Maukah kita juga belajar menjadi domba-domba yang baik dan dapat diandalkan?

(Romo Jost. Kokoh, Pr, Tanda - Kata, Angka & Nada, Kanisius, 2009)