You are here : Home Renungan Mari Merenung Mengambil Resiko

Mengambil Resiko

Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri. Yesaya 65:2

Bacaan : Yesaya 53:2-8

Seekor anak lumba-lumba terdampar di pantai dan ditemukan oleh seorang nelayan. Saat nelayan itu mencoba menggendong tubuh lumba-lumba itu, ia menggeser tubuhnya seolah-olah menolak "maksud baik" bapak nelayan. Nelayan itu kembali ke pondoknya mengambil selembar handuk basah dan ditutupkan di tubuh lumba-lumba malang tadi. Sambil diawasi untuk memastikan handuk tetap lembab. Menjelang malam ketika air laut pasang mulai menyapu pantai, membelai tubuh si lumba-lumba malang. Mata si lumba-lumba bersinar indah menyiratkan satu harapan hidup. Dan ketika gelombang yang selanjutnya datang, lumba-lumba itu melompat ke udara sambil berteriak kegirangan seolah mengucapkan "terima kasih" dan kembali ke habitatnya.

Sering kita menjumpai orang-orang yang bersikap seperti lumba-lumba tadi. Tidak semua tindakan dan perbuatan kasih kita diterima dengan baik oleh orang lain. Sebagai orang tua, kita harus menghadapi sikap anak kita yang memberontak dan membangkang terhadap nasehat dan teguran, padahal tujuan nasehat itu baik. Penolakan ini kadang membuat kita putus asa. Lantas apakah kita membiarkan penolakan menguasai perbuatan baik kita?

Tuhan Yesus mengalami semua itu ketika Dia datang ke dunia. Umat manusia menolak keselamatan yang Dia tawarkan untuk mendamaikan hubungan dengan Bapa. Ia tidak bereaksi keras dengan penolakan itu, sebaliknya dengan penuh kasih. Dia menunjukkan kepeduliannya pada orang-orang yang tertolak dan membutuhkan pertolongan. Dia melenyapkan sakit penyakit, membebaskan orang-orang yang dikuasai roh jahat, bahkan seorang pelacur yang dianggap sampah pun tidak Dia hakimi. Dia tidak naik pitam ketika dua orang muridNya berebut posisi, Petrus menyangkali, Yudas mengkhianati, Thomas tidak mempercayai kebangkitanNya. Tidak ada ucapan terima kasih yang ditujukan kepadaNya. Tapi Tuhan Yesus tetap menunjukkan kasihNya setelah kenaikanNya ke surga, para murid menyebar untuk memberitakan Injil. Dan mereka menjadi pengikut yang luar biasa yang berani hidup dan mati bagi injil. Semua yang mereka lakukan seolah-olah menyiratkan satu ucapan terima kasih kepada Gurunya. Sikap inilah yang harus kita kembangkan.

Sangat sulit memperlihatkan satu perbuatan kasih tanpa menuntut balas atau mencampuri hidup orang lain.