You are here : Home Renungan Renungan Oleh Rm. Ign. Sumarya, SJ Sabtu Suci, 30 Maret 2013

Sabtu Suci, 30 Maret 2013

Malam Paskah

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?”

Ketika baru saja ada orang dimakamkan di tempat pemakaman atau kuburan, pada umumnya banyak orang takut melewati daerah sekitar makam atau kuburan, apalagi masuk ke dalam kompleks kuburan dalam kesepian sendirian saja. Padahal jika dipikir secara logis apa yang ada di dalam kompleks kuburan adalah batu-batu nizan atau gundukan tanah, sebagai tanda ada mayat/orang yang sudah mati disemayamkan atau berada di bawah batu atau gundukan tanah tersebut, dengan kata lain adalah benda-benda mati. Ketakutan untuk pergi ke kuburan atau keluar rumah akan terjadi,  ketika yang dimakamkan adalah seorang tokoh yang dimusuhi banyak orang, para pengikut orang yang telah mati tersebut sungguh besar, takut kalau diketahui sebagai sahabat atau saudara dekat dari yang telah mati dan kemudian juga diancam untuk dibunuh. Memang setelah wafat Yesus di kayu salib para rasul bersembunyi di suatu tempat serta berdoa bersama, takut keluar. Maka sungguh menarik dan mengesan bahwa para perempuan tidak ketakutan, dan memang sering kurang diperhitungkan dalam percaturan social maupun politik; pagi-pagi benar mereka pergi ke makam. Marilah kita renungkan apa arti kebangkitan Yesus dari mati.

Pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Luk 24:1-5)

Kebanyakan orang di hari minggu pagi-pagi benar kiranya masih tertidur pulas, menikmati istirahat panjang setelah semalam begadang. Para perempuan yang pagi-pagi benar pergi ke makam Yesus adalah mereka yang sungguh merasa dikasihi olehNya, dan pada umumnya perempuan juga lebih peka dalam hal-hal kecil dan sederhana daripada laki-laki. Dalam kepekaan mereka, mereka ingat bahwa ada kekurangan dalam pemakaman Yesus, karena tergesa-gesa, yaitu belum diminyaki sebagaimana layaknya, maka karena kasihNya mereka tak takut pagi-pagi benar pergi ke makam. Bagi orang-orang tertentu pasti ketakutan akan lebih besar ketika di makam tiba-tiba muncul orang berpakaian yang berkilau-kilauan, sebagaimana juga dialami oleh para perempuan tersebut. Dalam ketakutan tiba-tiba yang berpakaian berkilau-kilauan berkata “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?”. Orang yang berpakaian tersebut tidak lain adalah malaikat, dengan kata lain tak usah takut karena di makam atau kuburan kita juga dapat bertemu dengan malaikat.

Kata-kata malaikat bagi para perempuan maupun para rasul tak terfahami apa maksudnya, dan mereka bertanya-tanya dalam hati apa arti semua yang telah terjadi bahwa Yesus yang dimakamkan tidak ada lagi di makam. Beriman kepada Yesus Kristus berarti mengimani kebangkitanNya dari mati, serta kemudian hidup dijiwai oleh RohNya, Roh Kudus. Maka marilah kita renungkan kata-kata malaikat di atas. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mencari dan menjumpai Tuhan dalam diri orang-orang yang hidup. Orang yang sungguh hidup pada umum penuh harapan, bergairah dan bergembira, ceria, sebagaimana terjadi dalam tanaman yang hidup, segar dan berkembang terus serta akhirnya menghasilkan buah melimpah yang berguna bagi umat manusia.

Di dalam hidup sehari-hari kiranya lebih banyak kita temui atau jumpai orang-orang yang sungguh bergairah dan dinamis daripada yan frustrasi atau lesu. Baiklah kita imani bahwa kegairahan yang ada  baik dalam diri kita maupun saudara-saudari kita sebagai karya Allah, yang bagi kita umat yang percaya kepada Yesus berarti karya Roh Kudus, Roh Yesus, yang telah wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati. “Menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan’ , itulah panggilan kita sebagai orang yang percaya kepada wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Tuhan berkarya melalui ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, melalui manusia, binatang dan tanaman atau tumbuh-tumbuhan, maka hendaknya kita sungguh menaruh hormat dan mengasihi ciptaan-ciptaanNya sebagai dikehendakiNya untuk merawat dan mengurus semua ciptaanNya di bumi ini. Pada masa kini lingkungan hidup sungguh memprihatinkan, pemanasan global semakin menjadi nyata, iklim tak menentu lagi, dan semuanya itu terjadi antara lain karena keserakahan manusia dalam mengkomsumsi alam guna kepentingan komersial. Maka dengan ini kami mengajak kita semua, ciptaan Allah terluhur dan termulia di bumi ini untuk menghayati diri sebagai gambar dan citraNya serta menghormati, merawat dan mengasihi ciptaan-ciptaan lain demi keselamatan jiwa seluruh umat manusia.

Jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia” (Rm 6:5-9)

Semoga dengan kebangkitan Yesus dari mati juga membangkitkan semangat atau gairah hidup kita dalam rangka meninggalkan dosa atau perbuatan jahat serta berusaha dengan bekerja keras hidup dan bertindak dijiwai oleh RohNya, senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, teutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Malam ini kita semua memperbaharui janji baptis, yang intinya kita berjanji hanya akan mengabdi Allah saja serta menolak semua godaan setan, maka semoga setelah pembaharuan janji baptis ini kita sungguh setia dalam mengabdi Allah dan menolak godaan setan.

Kehendak dan perintah Allah antara lain kita temukan dalam niat dan kehendak baik kita masing-masing, maka semoga tidak berhenti dalam niat dan kehendak saja, melainkan sungguh menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Niat dan kehendak baik kita kiranya berbeda satu sama lain, maka marilah kita sinerjikan dengan saling tukar dan menerima niat dan kehendak antar kita, dan sekiranya kemudian terjadi keragaman dalam tindakan atau perilaku, hendaknya kita saling menghormati dan menghargai, karena kita semua memang serba terbatas. Dengan kata lain hendaknya terjadi keterbukan hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tenaga dalam diri kita masing-masing.

Paus Fransiskus I mengajak kita untuk senantiasa memberikan hidup baik kepada generasi muda, yang berarti generasi tua diharapkan baik adanya sehingga mampu memberikan hidup baik kepada generasi muda. Perhatian kepada generasi muda dalam kerasulan atau pelayanan apapun kami harapkan dapat diwujudkan, karena mereka ada masa depan kita. Tidak memperhatikan generasi muda berarti tidak memiliki masa depan yang baik. Dari generasi muda kita juga dapat belajar kegairahan dan semangat hidup mereka, yang serba ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru, sebagai tanda bahwa Allah sungguh berkarya dalam diri mereka. Salah satu semangat yang diharapkan adalah ‘dengan dan dalam semangat cintakasih serta kebebasan Injili’ kita mendampingi generasi muda, orangtua mendidik dan membina anak-anaknya. Kami juga berharap tidak terjadi pemanjaan dalam aneka bentuk kepada generasi muda maupun anak-anak.

“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.”

(Mzm 51:12-15)