You are here : Home Renungan Renungan Oleh Rm. Ign. Sumarya, SJ Minggu H.R. Tubuh dan Darah Kristus, 26 Juni 2011

Minggu H.R. Tubuh dan Darah Kristus, 26 Juni 2011

Bacaan 1: Ul 8:2-3.14b-16a;

Bacaan 2: 1 Kor 10: 16-17;

Bacaan Injil: Yoh 6:51-58

“Akulah Roti Hidup Yang Turun Dari Sorga”

Pada masa kini di pasaran dijual aneka macam jenis roti, entah roti basah atau roti kering, dengan harga murah atau mahal dst.. Dan cukup banyak orang yang memiliki simpanan roti kering dalam kaleng atau kemasan dalam rangka persiapan menjamu tamu atau bekal dalam perjalanan agar tidak kelaparan. Bahkan juga ada jenis makanan dalam bentuk tablet yang dapat berfungsi sebagai pengganti makanan biasa, demi kepraktisan atau effisiensi.  Aneka macam jenis makanan kemasan atau minuman yang tidak sehat seperti roti, minuman berwarna, dll melanda rakyat miskin di desa-desa atau anak-anak sekolah desa/miskin. Karena begitu dominan mengkonsumsi jenis makanan kemasan yang tak sehat tersebut, maka tidak mengherankan bahwa kesehatan warga masyarakat rendah atau menurun, dan lebih memprihatinkan lagi ada kemalasan bergerak atau olahraga. Dengan kata lain boleh dikatakan ada aneka jenis makanan atau minuman dalam kemasan yang mematikan bukan menghidupkan. Memang untuk mengkosumsi makanan atau minuman sehat lebih butuh waktu dan tenaga alias harus sabar dan kerja keras, sehingga hanya sedikit orang yang menempuhnya. Makanan dan minuman sehat dibutuhkan oleh tubuh kita agar kita hidup sehat, bergairah, dinamis, tidak bermalas-malas, dst… Hari ini kita kenangkan “Tubuh dan Darah Kristus”, jenis makanan khusus yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, yang dapat kita terima selama berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Apa arti atau maknanya setiap kali kita menerima Tubuh Kristus? Marilah kita renungkan sabda Yesus pada hari ini.

“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu adalah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”(Yoh 6:51)

 

Kita semua mendambakan hidup berbahagia, damai sejahtera selama di dunia ini serta hidup selama-lamanya di sorga setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kiranya kita percaya kepada sabda Yesus di atas ini, yaitu dengan menerima ‘Tubuh Kristus’ berarti kita akan hidup mulia selama-lamanya di sorga setelah meninggal dunia maupun hidup berbahagia dan damai sejahtera selama di dunia ini. Baiklah kepercayaan tersebut tidak hanya manis di mulut, tetapi juga menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Dengan kata lain setiap kali kita menerima Tubuh Kristus berarti kita diingatkan bahwa kita hidup dijiwai oleh semangat hidupNya, bertindak dengan meneladan cara bertindakNya.

 

Semangat dan cara bertindak Yesus kiranya dapat kita lihat dan fahami melalui atau dalam Kitab Suci, maka hendaknya rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci untuk lebih atau semakin mengenal semangat dan cara bertindak Yesus. Semangat dan cara bertindak Yesus antara lain: kepada anak-anak Ia menciumi dan memangkunya, kepada yang lapar diberi makan, kepada yang haus diberi minum, kepada yang berdosa diampuni, yang berbuat jangan atau melanggar tata tertib ditegor keras, yang munafik dikritik pedas, yang lemah dikuatkan, yang letih lesu didampingi dan dibimbing, yang frustrasi dan putus asa digairahkan, yang tidak selamat diselamatkan, dst.. Tentu saja agar kita dapat meneladan semangat dan cara bertindak Yesus tersebut kita sendiri sungguh telah menjadi sahabat-sahabatNya, artinya kita sendiri dalam keadaan selamat, bahagia dan damai sejahtera, sehat wal’afiat lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Apakah kita yang sering menerima TubuhNya sungguh dalam keadaan demikian ini?

Menjadi sahabat-sahabat Yesus antara lain senantiasa hidup dan bertindak melayani sesamanya dengan rendah hati, penuh dengan kasih pengampunan. Melayani berarti senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, dan seorang pelayan sejati yang baik senantiasa tidak marah atau mengeluh dan menggerutu, meskipun harus bekerja berat serta menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Secara khusus kami berharap kepada para gembala umat/pastor beserta para pembantunya dapat menjadi teladan dalam semangat dan sikap hidup melayani dengan rendah hati; kami berharap kepada para gembala/pastor beserta para pembantunya tidak pernah marah, menggerutu atau mengeluh dalam melayani umat, meskipun harus menghadapi tantangan, masalah dan hambatan. Selanjutnya marilah kita renungkan atau refleksikan sapaan atau peringatan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.

“Karena roti itu adalah satu, maka kita, sekalipun banyak adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dari roti yang satu itu” (1Kor 10:17)

Makan bersama memang sungguh menyatukan dan masing-masing merasa dalam persaatuan atau persahabatan sejati. Makan bersama sering juga menjadi tanda kasih untuk semakin memperdalam dan memperkuat persahabatan atau persaudaraan sejati. Di dalam berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi, dimana kita diberi kesempatan untuk menerima dan menyantap Tubuh Kristus, kiranya kita juga merasakan kebersamaan atau persahabatan sebagai umat Allah, paguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Maka baiklah kita rasa kebersamaan atau persaudaraan tersebut terus kita perdalam dan perkuat dalam hidup sehari-hari, tidak hanya selama dalam ibadat atau Perayaan Ekaristi saja.

Sekalipun banyak kita adalah satu tubuh”, inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Paulus menggambarkan kebersamaan atau persaudaraan kita bagaikan aneka macam anggota yang ada dalam tubuh kita. Ada aneka macam anggota tubuh kita, dan sungguh saling bekerjasama dan bergotong-royong dalam menjalankan fungsinya; tidak ada iri hati, tidak ada sabotase, tidak saling memojokkan, dan masing-masing bangga dalam fungsinya. Ambil contoh: tugas makan -> mata melihat makanan, hidung mencium makanan, tangan mengambil makanan lalu memasukkannya ke mulut, mulut mengunyah makanan seperlunya dan segera diteruskan ke perut melalui leher dan perut/usus pun langsung bekerja untuk memilah dan memilih sari makanan yang berguna bagi kesehatan dan kesematan seluruh tubuh. Jika dicermati kinerja antar anggota tubuh tersebut sungguh cepat, cekatan, akurat, saling memperhatikan dan taat, dst..

Kebersamaan hidup dan kerja kita setiap hari diharapkan bagaikan kebersamaan anggota tubuh kita tersebut. Maka marilah kita mawas diri perihal kebersamaan atau persaudaraan kita. Pertama-tama kami berharap bapak-ibu atau  orangtua dapat menjadi teladan dalam hal persaudaraan atau persahabatan sejati, dimana anda pernah mengalami persahabatan sejati dalam saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain ditandai dengan hubungan seksual, saling memberi dan menerima dengan gembira dan gairah.  Masing-masing dari kita adalah korban kebersamaan atau persaudaraan sejati, korban kasih, diadakan dalam dan oleh kasih, dan dalam kebersamaan bapak-ibu juga kita dididik dan dikembangkan dengan bantuan rahmat Tuhan. Dengan kata lain dalam diri kita masing-masing ada benih-benih atau modal hidup persaudaraan atau persahabatan sejati, maka hendaknya benih tersebut terus menerus diperhatikan dan dipupuk, sehingga terus tumbuh berkembang menjadi persaudaraan sejati dalam hidup sehari-hari.

Pada masa kini hanya orang yang siap sedia dan rela bekerja sama dalam kasih dan pengorbanan dapat survival. Tidak bekerjasama dengan yang lain hemat kami berarti ingkar jati diri alias tidak setia pada jati diri kita masing-masing sebagai buah kerjasama. Kepada mereka yang egois dan sombong kami harapkan bertobat dan memperbaharui diri jika anda mendambakan sehat wal’afiat, damai sejahtera dan selamat. Marilah kita fungsikan aneka macam jenis sarana komunikasi yang canggih saat ini sebagai sarana untuk mengembangkan, memperkuat dan memperdalam hidup persaudaraan sejati antar kita.

“Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberi kesejaheraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum terbaik. Ia menyampaikan perintahNya ke bumi, dengan segera firmanNya berlari” (Mzm 147: 12-15)