You are here : Home OMK Liputan The Enchanted Well, Petikan Wawancara Dengan Surya Candra

The Enchanted Well, Petikan Wawancara Dengan Surya Candra

Luar biasa!! Itulah yang tertangkap dalam benak kami, setelah menonton pementasan teater “Enchanted Well”, hasil buah karya anak-anak muda Trinitas atau dikenal dengan sebutan Laskar Trinitas (Lastri) pada tanggal 05 Desember 2010 di Graha Bakti Budaya – Taman Ismail Marzuki, Cikini. Di tengah-tengah arus dunia remaja saat ini yang sudah terbawa oleh tekhnologi dunia maya, ternyata masih ada sekelompok anak muda Trinitas yang mau bekerja seni murni. Dikatakan seni murni karena mereka tidak menerima imbalan apapun atas karya mereka, namun bahkan Uniknya, apa yang mereka lakukan ini semata-mata mereka persembahkan untuk penggalangan dana bagi pembangunan gereja Sta. Maria Imakulata. Bahkan seluruh hasil keuntungan pementasan ini mereka sumbangkan kepada Panitia Pembangunan Gereja (PPG).

Tim Redaksi Sabitah yang berkesempatan hadir pada pementasan pertama pada pkl.14.00 (ada 2 kali pementasan pkl.14.00 dan 19.00),  turut pula merasakan aura semangat anak-anak muda yang berani mempersembahkan talenta mereka lewat teater ini. Dan juga berkesempatan mengadakan wawancara dengan Sdr. Surya Candra, yang adalah sutradara dari kelompok teater ini. Berikut cuplikannya:

1. Sebelumnya SELAMAT atas pementasan Teater Lastri. Kalau boleh kami tahu, kapan sebenarnya terbentuk kelompok ini, dan apa tujuan utamanya dari pembentukan Kelompok Teater Lastri ini?

Paguyuban teater ini pada awalnya bisa ada di Trinitas karena saya pribadi mengajak teman-teman untuk membuat satu pementasan kisah sengsara Tuhan Yesus di tahun 2005. Nah, dari pementasan pertama inilah, muncul banyak muda-mudi yang ternyata cinta seni pertunjukkan dan memang memiliki panggilan untuk bergabung. Bahkan, bukan hanya muda-mudi. Ada beberapa umat yang sudah menjadi orang tua, pernah ikut bergabung.
Sejalannya dengan waktu, kelompok teater ini mengalami banyak pergantian pemain, bertambah lalu berkurang dan akhirnya di tahun 2009-lah, titik puncak di mana kelompok teater ini bertumbuh.

Pada tahun 2009, saya terpanggil untuk melayani Tuhan dengan menulis sebuah naskah kisah sengsara Tuhan Yesus, yang dimaksudkan menjadi renungan untuk kita semua. Di sinilah, nama LASKAR TRINITAS di dapat. Begitu banyak proses, tantangan, intimidasi, godaan, ujian dan cobaan dilewati namun kami semua tetap belajar setia. Itulah makna nama paguyuban kami, yang mau belajar setia pada proses dan tidak manja pada proses itu sendiri. Dan fokus pada Tuhan kita.

Jadi, dibentuknya paguyuban ini adalah agar OMK Trinitas, siapapun yang memiliki kerinduan untuk melayani melalui seni pertunjukkan, memiliki wadah untuk berekspresi secara sehat dalam dunia seni pertunjukkan yang pastinya tidak lepas daripada tujuan spiritual untuk lebih dekat pada Tuhan, yakni mau belajar setia dalam setiap proses pada pementasan-pementasan yang telah dilakukan. Karena percaya ga percaya, proses untuk satu pementasan tidak semudah dan sesederhana kelihatannya. Ujiannya dasyat!

Sampai pada titik ini, Lastri akhirnya bisa menjadi bukti bahwa Orang Muda Katolik di Gereja Trinitas memiliki kerinduan untuk ikut ambil bagian dalam pencarian dana untuk pembangunan gereja Sta. Maria Imakulata. Tercetuslah ide untuk melakukan pementasan kolosal musikal di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, dengan judul “The Enchanted Well”.

2. Kalau boleh diceritakan secara singkat, sinopsis Enchanted Well, dan mengapa Sdr. Surya mau menyutradarai cerita ini?

The Enchanted Well adalah sebuah kisah kehidupan dari seorang pembantu rumah tangga bernama Rosary yang ceria dan rindu akan devosi pada Bunda Maria, yang terjebak dalam kisah percintaan dengan seorang laki-laki kaya raya bernama Joseph, yang tidak lain adalah anak daripada atasan Rosary. Kisah cinta mereka bertumbuh namun dilewati dengan begitu banyak ujian dan cobaan dari sang ibunda, Luwina yang begitu licik. Karakter Luwina menimbulkan konflik yang menjadi pemicu penderitaan pasangan ini. Namun, Rosary selalu berserah pada Tuhan Yesus. Kisah cinta yang terlihat begitu suram terjadi di jaman abad ke-18 dengan perbedaan harkat dan martabat yang begitu mencolok. Namun, pada kesudahannya, cinta akan selalu menunjukkan keabadiannya di dunia yang semakin mengucilkan arti dari cinta agape.

Itu kira-kira sinopsis singkatnya. Jika ditanya karya ini, karya siapa...? Puji Tuhan, ini adalah karya saya sendiri. Memang saya suka menulis. Beberapa karya telah saya tulis tapi hampir semuanya mengenai isu sosial yang sedang marak. Jujur saja, ini karya pertama saya tentang kisah cinta. Saya pribadi kaget, kok bisa? Ibarat kata, kok malah kecantol ama kisah cinta. Tapi, saya tetap membawa naskah ini dengan bahasa indonesia yang "baik dan benar". Jadi, warna bahasa dari naskah ini tidak picisan. Tidak akan terasa seperti drama sekolahan.

Kalau ditanya mengapa saya mau menyutradarai pementasan kali ini, jawabannya karena saya GILA! EDAN! Hahaha... Pementasan ini begitu rumit. Padahal ini pengalaman pertama saya menjadi sutradara untuk tampil di TIM. Kalau di gereja, sudah sering. Tapi kan beda. Apalagi, standard yang saya sendiri tanamkan cukup tinggi. Akhirnya termakan standard sendiri, yah stres sendiri. Hahaha... Kostum yang menggila, orkestra yang dasyat, teknik akting yang bagus, dan koreografi yang luar biasa ruwet...

Tapi Puji Tuhan, itu semua bisa dilewati. Tanpa campur tangan Tuhan, gak akan terlewati sama sekali. Satu tahun latihan, pementasan telah berakhir. Tuhan perhitungkan itu semua. Kita punya Tuhan yang ajaib, yang setia, yang selalu pegang janjiNya! He amazes me so! Praise the Lord! Ahhh...Tuhan kita DAHSYAT LUARRR BIASA!!!

3. Apa yang melatarbelakangi dipentaskannya Enchanted Well ini? Apa harapannya?

Sederhana. Seperti yang sudah saya katakan tadi, untuk mebantu menggalang dana. Berapapun dana yang terkumpul dan disumbangkan, niat baik dan ketulusan kami yang diperhitungkan Bapa di surga. Itu saja. Gitu aja kok ribet. Hehehehe...

Harapannya adalah biar OMK juga mau ambil bagian dan merasakan proses dalam segala macam pelayanan, yang pastinya tidak semudah kelihatannya. Dan yang penting setia. Saya pribadi salut ama teman teman pemain Lastri. Mereka setia selama setahun mau di marah-marahin saya selama latihan. Hahaha! Itu proses juga buat mereka untuk lebih rendah hati. Dan akhirnya, semua terbayarkan dengan dasyat! Ini tidak lepas karena kerja sama juga dari tim produksi Lastri dan segala dukungan orang tua, umat Trinitas dan Tim PPG.

Terimakasih kepada orang tua karena dukungan dan pengertian. Dan juga Tim PPG yang percaya kepada kami, dan dapat memberikan kesempatan sehingga potensi OMK Trinitas dapat tersalurkan.

4. Bicara tentang OMK (mudika) yang sekarang ini sudah tergerus akan kemajuan tekhnologi khususnya internet, apa tanggapan saudara?

Saya pribadi tidak tertarik dengan tekhnologi. Twitter facebook bolehlah. Hahaha...

Tapi menanggapi hal seperti ini, seharusnya teman-teman OMK, yang sudah saya anggap dewasa, harus mengambil sikap dan tindakan yang tepat untuk mencerminkan karakter anak Tuhan yang punya kredibilitas baik. Tidak menuntut harus sempurna, itu perlu proses. Tapi yang penting tahu batas.

Jangan sampai kemajuan tekhnologi menjadi kemunduran mental dan intelektual anak muda. Ironis. Kemajuan tekhnologi yang dibuat dari peningkatan intelektual manusia justru membuat kemunduran intelektual dan menumpulkan mental manusia juga.

Satu hal yang sering membuat saya pribadi merasa miris adalah saya sering membaca status-status anak muda yang membicarakan orang lain, menjelek-jelekkan, menghina bahkan mengutuki orang lain. Sedihnya, saya tahu orang tersebut saling mengutuk dan mereka anak-anak muda OMK Trinitas yang melayani loh..

Kalau sudah bisa melayani di gereja, seharusnya kita lebih tahu kapasitas kita. Itu saja. Jangan sampai, pelayanan dijadikan kedok. Topeng. Lama-lama, jadi pesta topeng ( hehehehe. Kita uda lihat kan adegan pesta topeng di The Enchanted Well :p )

5. Terakir, apa Kesan dan Pesan untuk kaum muda, dan juga kelompok Lastri?

Lastri selalu terbuka untuk siapapun yang memiliki kerinduan untuk melayani Tuhan dalam bentuk seni pertunjukkan. Soal jadwal latihan, tergantung pada besarnya skala pementasannya. Itu hal sederhana. Tapi satu yang pasti, untuk bergabung bersama Lastri, harus memiliki mental pejuang. Mental seorang laskar. Yang mau diproses habis-habisan, karakter, mental dan terkadang fisik. Katakanlah, yang awalnya manja, di Lastri akan jadi mandiri. Hehehehe. Amin.

Pesen saya ke teman-teman OMK, apa ya? Mungkin begini, saya selalu melakukan 110% bila orang lain melakukan 100%. Itu secara teknis.

Tapi secara karakter dan spiritual, saya akan terus berusaha melibatkan Tuhan Yesus melalui bimbingan Roh Kudus atas apa yang saya lakukan. Tanya kepada Tuhan, Dia mau saya lakukan apa. Jadi melayani Tuhan, bukan melayani manusia. Selalu libatkan Tuhan dan setia. Walaupun jatuh bangun tapi selalu berusaha setia pada proses. Itu intinya. Selebihnya, Tuhan pasti akan lakukan bagian-Nya. Jadi berjuang terus aja.

Oya, dan satu hal lagi. CINTAI NEGARA INDONESIA. Bukan sebuah kebetulan kita dilahirkan di Indonesia. Cintai negara. Doakan terus Indonesia. Stop mengutuki negara sendiri dan menyalahkan pihak lain. Lebih baik, introspeksi diri. Sudahkah saya melakukan sesuatu untuk negara dan bangsa? Mulai dari hal kecil. Dan intinya cintai negara ini. It starts with love. Love, love and keep loving. And you will have no time to judge this country.

Akhir kata, saya mau katakan, "Lastri, berjuang!" Itu motto dan yell yell kami, yang kami imani dan amini. Maju OMK Trinitas.

Tuhan Yesus memberkati. Bunda Maria mendoakan kita terus. (/ted)

Photo by Priska Rafael