You are here : Home Kalangan Orang Beriman Tradisi Misa Jumat Pertama, kenapa tidak setiap hari Jumat saja?

Tradisi Misa Jumat Pertama, kenapa tidak setiap hari Jumat saja?

Tradisi Misa Jumat Pertama, ternyata banyak diminati umat.Lebih banyak yang hadir daripada Misa harian. Apa latar belakang historis Misa Jumat pertama tersebut? Kalau karena hari Jumat pertama orang menghormati Hati Kudus Yesus, mengapa tidak setiap hari Jumat saja?

Kebaktian kepada Hati Kudus Yesus memang sudah sangat tua, karena dalam pengertian Alkitab, hati itu sumber dan pusat kehidupan manusia. Boleh dikatakan hati itu hampir sama dengan seluruh pribadi manusia. Maka dari itu, menghormati Hati Kudus Yesus berarti menghormati seluruh pribadi Yesus, utamanya pusat pribadi-Nya Yang Mahakudus, Yang memancarkan kasih dan kerahiman-Nya. Adapun penghormatan khusus kepada Hati Kudus Yesus setiap hari Jumat pertama (sebagai silih atas dosa-dosa kita) berasal dari abad XVII.  Devosi ini berasal dari penampakan Yesus kepada Santa Maria Margareta Alacoque di Prancis antara tahun 1673 dan 1675.  Waktu itu Yesus memerintahkan agar suster ini mendorong orang-orang lain untuk menghormati Hati Kudus-Nya setiap hari Jumat pertama. Mengapa hari Jumat? Karena hari Jumat adalah hari Yesus wafat di salib dengan lambung (hati) yang tertembus tombak. Mengapa Jumat yang pertama dalam bulan? Mungkin untuk memudahkan ingatan orang. Tentu saja hal ini tidak berarti kita tidak dianjurkan untuk menghormati Hati Kudus Yesus setiap Jumat atau bahkan setiap hari. Devosi umat pada hari Jumat pertama menjadi semakin menarik karena orang percaya kepada janji-janji Yesus bagi mereka yang rajin menghormati Hati Kudus-Nya. Yang dijanjikan Yesus antara lain: damai dalam rumah tangga, kekuatan bagi yang lemah, penghiburan dalam dukacita. Janji itu mencakup juga janji pengampunan dosa dan penerimaan Sakramen sebelum mati bagi mereka yang menerima Komuni Kudus setiap Jumat pertama berturut-turut selama 9 bulan. Rajinnya orang pergi ke Misa Jumat pertama timbul terutama karena janji Yesus yang terakhir.

 

Sumber: Buku Tanya Jawab Pengetahuan (minimum) Hidup Menggereja, disusun oleh Johanes K. Handoko, Ketua Panitia Perayaan 30 Tahun Gereja Katolik Trinitas, Paroki Cengkareng, 2008