You are here : Home Kalangan Orang Beriman Samakah Persekutuan Doa dengan Misa?

Samakah Persekutuan Doa dengan Misa?

Sebagian orang mengatakan ikut Perayaan Ekaristi liturginya “membosankan”, sehingga ada pendapat mengikuti ‘Persekutuan Doa’ lebih menarik  dan sudah cukup, atau sama dengan mengikuti Misa.  Betulkah demikian?
       
Istilah “membosankan” perlu disimak sebab lebih bersifat subyektif.  Liturgi bukan arena pementasan untuk kenikmatan indrawi melulu, tetapi merupakan kegiatan suci perayaan. Memang sepantasnya diperhatikan unsur-unsur lahiriah, tetapi tanpa mengalir disposisi batin yang berkomunikasi dengan Tuhan dalam iman dan cinta kasih maka bisa saja Tuhan mengeluh lagi seperti  terhadap ibadah bangsa Yahudi.

Tata Perayaan Ekaristi saat ini adalah hasil pemugaran yang tak perlu diragukan lagi kualitasnya sebab jauh lebih memperjelas kehadiran Misteri yang aktif dan partisipasi umat di dalamnya. Daya tarik Liturgi yang sehat ada dalam lubuk hati yang terbuka untuk mendengarkan suara Tuhan, merasakan kehadiran-Nya, menyatu dengan korban-Nya, menyatu dalam kasih. Kalau setiap orang datang dengan disposisi pribadi yang sungguh “beriman dan bertobat”, ingin menyegarkan perjumpaan ilahi dalam kebersamaan gerejani, maka hilanglah segala kerewelan. Hal ini berlaku bagi umat beriman dan para pelayan liturgi. Jangan cepat khawatir tentang daya tarik liturgis; keheningan umat selama Doa Syukur Agung bukan tanda kepasifan. Sebenarnya apa yang mau dicari dalam setiap ibadah? Kita perlu katekese yang memadai tentang Ekaristi sehingga umat dapat mengalami keterlibatan yang sungguh berdayaguna bagi hidup dan karyanya.

 

Sumber: Buku Tanya Jawab Pengetahuan (minimum) Hidup Menggereja, disusun oleh Johanes K. Handoko, Ketua Panitia Perayaan 30 Tahun Gereja Katolik Trinitas, Paroki Cengkareng, 2008